Kisah 1964, Soekarno dan Heldy Gadis Cantik Kalimantan Timur yang Ingin Jadi Desain Interior
Soekarno memiliki cerita tersendiri dengan Tenggarong, Kutai Kartanegara. Ini terjadi pada 1964 di Istana Merdeka.
“Sekolahmu?”
“Kelas dua SKKA.”
“Berapa umurmu?”
“Delapan belas tahun.”
“Hm … cukup.”
“Boleh aku datang ke rumahmu?”
Heldy dihadapkan pada kenyataan seperti sering dicandakan para sepupu.
Kalau Presiden naksir, banyak gadis yang mau. Heldy tersudut pada keadaan tak bisa menolak, ia pun mengalami bukti nyata sesuatu yang dia anggap mustahil: presiden naksir anggota barisan Bhinneka Tunggal Ika.
Sejak acara menari lenso, keadaan langsung berubah bagi Heldy. Ia sering diamati, juga ada anggota Cakrabirawa, pasukan pengamanan Presiden, yang selalu menjaganya.
Akibatnya, mahasiswa yang naksir Heldy mundur teratur.
Tanggal 12 Mei 1965, Bung Karno berkunjung ke rumah Erham tempat Heldy tinggal.
Sebelumnya sejumlah “orang Istana” datang. Mereka antara lain meminta agar ketika Presiden datang, lampu teras dimatikan.

Presiden datang dengan penampilan yang sangat berbeda. Tanpa peci, celana panjang hitam, kemeja putih lengan pendek yang kancing atasnya terbuka, bahkan mengenakan sandal.
Presiden Republik Indonesia datang ke rumah Erham untuk mengunjungi adik bungsunya. Ini nyata.
Apalagi saat itu H. Djafar juga ada di Jakarta. Maka ayah Heldy yang berusia 65 tahun dan Bung Karno yang berusia 64 tahun pun bertemu.
Setelah saling mengucapkan salam, H. Djafar pun masuk. Heldy menghidangkan teh yang dibuatnya sendiri di dalam cangkir terbaik yang ada di rumah itu.
Bung Karno menyatakan ketertarikannya kepada Heldy, namun Heldy merasa masih terlalu muda.
Heldy meminta agar Bung Karno memilih perempuan lain saja. Tapi Bung Karno tidak marah. Ia tersenyum saja dan memberikan sebuah bungkusan kecil. Isinya jam tangan Rolex.
Kemudian Bung Karno mengajak pergi mencari makan malam. Heldy mendampinginya di jok belakang VW Kodok yang dikemudian Darsono dan didampingi ajudan Kolonel Parto.
Dalam perjalanan itulah Bung Karno berbicara lagi tentang ketertarikannya kepada Heldy.
“Dik, kau tahu. Kau tidak pernah mencari aku, aku juga tidak mencari engkau. Tapi Allah sudah mempertemukan kita.”
Bung Karno selalu memanggil Heldy dengan sebutan Dik, dan belakangan ia juga menolak Heldy memanggil Pak. Ia ingin Heldy memanggilnya Mas.
Setelah kunjungan pertama, kunjungan berikutnya makin sering.
Bung Karno selalu memberi uang yang jumlahnya tidak sedikit.
Saat Hj. Hamiah ke Jakarta Bung Karno juga memberi uang. Belakangan Heldy diberi mobil Holden Premier warna biru telur asin. Heldy jadi sering ke Istana.
Orang makin tahu bahwa Heldy adalah kekasih Bung Karno.
Bulan Mei 1966, sudah hampir setahun Heldy menjadi kekasih Bung Karno. Itu waktu yang cukup bagi Bung Karno untuk meminta kesediaan Heldy menjadi istrinya.
“Yang aku cari bukan wanita yang cantik luarnya saja. Tapi juga dalamnya, dan itu ada dalam dirimu. Kau sungguh menarik bagiku, dan kau juga bisa beribadah dan mengerti baca Al Quran, ini yang aku cari sesungguhnya.”
“Saya tidak bisa menolak lamaran Bapak, hubungan kita sudah telanjur dekat. Saya mau menikah dengan Bapak,” jawab Heldy sambil menatap Bung Karno.
Tanggal pernikahan pun dipilih, 11 Juni 1966 alias lima hari setelah Bung Karno berulangtahun ke-65. (intisari online)
BREAKING NEWS Lokasi Ibu Kota Baru di Sebagian Wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara
Cek Google Maps dari Udara, Intip Penampakan Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara
Kejutan Hubungan Prilly Latuconsina dan Maxime Bouttier Sebenarnya, Paparkan Kriteria Calon Suami
Dua Postingan Ariel Tatum Isinya Blank Picture, Curhat Alasan Undur Diri dari Dunia Artis?
Sumber Kekayaan Nikita Willy yang Miliaran Rupiah, Cocok Bersanding Sang Pacar Putra Bos Blue Bird