Kisah 1964, Soekarno dan Heldy Gadis Cantik Kalimantan Timur yang Ingin Jadi Desain Interior
Soekarno memiliki cerita tersendiri dengan Tenggarong, Kutai Kartanegara. Ini terjadi pada 1964 di Istana Merdeka.
Pertemuan pertama yang penuh ketegangan namun sangat berkesan.
Pertemuan kedua dituduh Bohong
Kali kedua pertemuan, Heldy kembali menarik perhatian Presiden saat dirinya diundang kembali ke Istana.
Ketika acara mulai, Heldy tetap mengambil posisi sudut. Tapi Presiden malah memintanya mendekat. Mental Heldy langsung jatuh.
“Ke mana saja kau, sudah lama tidak kelihatan?” Rupanya presiden memperhatikan.
“Sakit, Pak,” jawab Heldy dengan suara lirih tercekat.
“Bohong, kau pacaran. Saya lihat kau di Metropole sedang menonton film.”
“Tidak, Pak,” kali ini Heldy berani mengangkat muka. Tapi pertanyaaan bertubi-tubi mengubur kembali nyalinya. Heldy kembali tertunduk.
“Nanti kau lenso sama aku ya. Sini, kau duduk dekat aku,” kata Presiden.
Saat menari lenso pun tiba. Heldy yang untungnya sering diajari kakaknya menari lenso, tahu harus melakukan apa. Tapi berlenso dengan Presiden? Oh, tidak.
Di hadapan banyak tamu penting, juga artis penghibur yang lebih senior seperti Titiek Puspa, Rita Zahara, dan Feti Fatimah, Heldy menyambut uluran tangan Presiden.
Dengan ragu ia memberikan telapak tangan kirinya yang dingin untuk digenggam Bung Karno, sementara ia harus meletakkan tangan kanannya di bahu kiri Bung Karno.
Ia menunduk, membiarkan pinggang kecilnya dipeluk Bung Karno yang terus-menerus menatapnya.
“Siapa namamu?” tanya Bung Karno sambil berbisik.
“Heldy,” jawabnya pelahan.