Kisah 1964, Soekarno dan Heldy Gadis Cantik Kalimantan Timur yang Ingin Jadi Desain Interior

Soekarno memiliki cerita tersendiri dengan Tenggarong, Kutai Kartanegara. Ini terjadi pada 1964 di Istana Merdeka.

Editor: Duanto AS
kolase Tribunnews.com, Kompas 2011 via Intisari
Heldy dan Soekarno 

Soekarno memiliki cerita tersendiri dengan Tenggarong, Kutai Kartanegara. Ini terjadi pada 1964 di Istana Merdeka.

TRIBUNJAMBI.COM - Soekarno pernah memiliki kisah dengan seorang gadis Kalimantan yang cantik.

Seorang gadis cantik dari Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, ini bernama Heldy.

Heldy merupakan bungsu dari sembilan bersaudara.

Dia anak pasangan H Djafar, seorang pemborong terpandang di Tenggarong, dan Hj Hamiah.

Menariknya, nasib Heldy telah lebih dulu diramal dan diprediksi oleh orang pintar.

Baca Juga

 Permohonan dukun Sakti dari Jambi Bikin Presiden Soekarno Kaget

 BREAKING NEWS Lokasi Ibu Kota Baru di Sebagian Wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara

 Cek Google Maps dari Udara, Intip Penampakan Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara

 Kejutan Hubungan Prilly Latuconsina dan Maxime Bouttier Sebenarnya, Paparkan Kriteria Calon Suami

 Sumber Kekayaan Nikita Willy yang Miliaran Rupiah, Cocok Bersanding Sang Pacar Putra Bos Blue Bird

Mengutip Intisari, Hj Hamiah sempat melihat bulan purnama bulat utuh.

Teman ayahnya yang seorang pria Tionghoa berkata, "Nanti kalau bayimu lahir, harus dijaga ya, sampai dia beranjak dewasa."

Saat Heldy duduk di bangku SMP, seorang tante (dalam bahasa Kalimantan adalah “mbok”) bernama Mbok Nong yang dianggap pandai meramal, mengatakan kepada Ibu Heldy, “Wah, anakmu ini kelak jika dewasa akan mendapatkan orang besar. Jadi tolong dijaga baik-baik ya.”

Si bungsu yang cantik dan berkulit putih itu selalu dilindungi dan dimanjakan.

Tamat sekolah dasar (waktu itu disebut Sekolah Rakyat/SR), Heldy melanjutkan ke SMP Gunung Pedidi di Jalan Rondong, Demang, Tenggarong.

Menjelang naik ke kelas tiga, terjadi proses nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda.

Ayah Heldy yang bekerja di perusahaan Belanda Oost Borneo Maatschapij (OBM) pun berhenti.

Setelah lulus SMP, Heldy yang sudah tumbuh menjadi remaja putri 16 tahun dan berperawakan mungil itu pun pergi mengikuti jejak kakak-kakaknya ke Jakarta untuk menuntut ilmu.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved