Kisah Militer
35 Tahun Kemudian AM Hendropriyono Salut pada Sintong Panjaitan, Dulu Minta Heli Ditolak
Banyak yang tidak mengetahui bagaimana kisah ini apabila Sintong Pandjaitan tak menulisnya.
Komandan tim menyadari pasukannya terkepung.
Kemudian ia memanggil para perwira bawahan dan menyampaikan hal tersebut.
"Kesimpulan saya, kita terkepung. Kita harus bisa keluar dari sini," tutur AM Hendropriyono.
Ia memanggil para perwira yang menjadi komandan patroli untuk memperoleh perkiraan-perkiraan jumlah kekuatan musuh.
Ternyata, kepungan gerombolan yang paling tipis untuk diterobos adalah ke selatan, menuju bivak.
Karena di sekitar bivak hanya terlihat empat orang musuh Hendropriyono memutuskan menerobos ke selatan.
Namun saat sampai ke lereng bukit, mereka tidak menemukan gerombolan.
Ia tidak mau turun ke lembah, karena sudah sore hari.
Diperkirakan, kalau tim yang bermalam di lembah, pagi-pagi akan habis dari ketinggian.
Hendropriyono melaporkan posisinya.
Kemudian, dia mendapat perintah dari Sintong agar pasukan terus-menerus mendaki bukit.
Pada saat pasukan sedang mendaki menuju puncak bukit, terjadi pertempuran.
Hasilnya cukup menggembirakan.
Dua orang gerombolan tewas, tiga orang menyerah dan yang lain melarikan diri.
AM Hendropriyono mengagumi Sintong
Di kemudian hari, AM Hendropriyono menanyakan kepada Sintong, Panjaitan, sebagai komandan mengapa ia tidak mau mengirim helikopter?
Sebagai anak buah, Hendropriyono tidak mungkin marah kepada Sintong yang atasannya.
Namun, ia sakit hati.
Sebaliknya, Sintong meyakini bahwa Hendropriyono dapat mengatasi keadaan dan keluar dari kepungan.
Kesimpulan Sintong yang meyakini bahwa Hendropriyono dapat mengatasi keadaan itu setelah mengolah situasi berdasar pada laporan Hendropriyono dan membaca peta.
Sintong Panjaitan menyadari situasinya sangat kritis.
Tetapi jika Sintong meminta helikopter, berapa lama waktunya?
Tidak dapat dihitung
"Keberadaan helikopter itu di Pontianak. Kapan helikopter akan sampai? Pada waktu helikopter datang mungkin kalian sudah mati," kata Sintong.
Mendengar jawaban itu, Hendropriyono menerima senang.
AM Hendropriyono dan Sintong Panjaitan memiliki hubungan yang sangat dekat sejak keduanya bertugas dalam Satgas 42.
Sintong menyukai pekerjaan AM Hendropriyono sebagai anak buah.
Sementara itu, Hendropriyono menyukai Sintong Panjaitan sebagai satu-satunya komandan yang sangat ia kagumi di semua operasi.
Hendropriyono memiliki banyak atasan selama di daerah operasi seperti di Irian Jaya dan Timor Timur, tetapi Sintong merupakan komandan yang paling ia kagumi.
Hendropriyono menilai nasib Sintong Panjaitan kurang bagus.
Itu lantaran Peristiwa 12 November 1991 di Dili.
Sintong dicopot dari jabatan Pangdam IX/Udayana.
Hendropriyono merasa sangat sedih.
Sebetulnya, Sintong bisa menjadi Menhankam/Panglima ABRI.
Kesan Hendropriyono terhadap Sintong adalah orang yang sangat hebat dan luar biasa, kreatif, bijak, cerdas dan baik.
Selain itu, Sintong Panjaitan merupakan perwira yang jujur. (*/Tribunjambi.com)
Baca: Anak dan Mertua Lahir dari Kopassus hingga jadi Jenderal, Aksinya Bikin Kaget Pemberontak
Baca: Ingin Jadi Kopassus, Ternyata 3 Tahapan Ini Harus Ditempuh Calon Prajurit, Sanggup? Bak Neraka Dunia
Baca: Pramugari Garuda Ini Akhirnya Sadar Penyebab Pacarnya yang Kopassus Kerap Tiba-tiba Menghilang
Baca: Tubuh Pratu Suparlan Dihujani Ratusan Peluru, Kopassus Korbankan Nyawa untuk Selamatkan Tim
Baca: Baret Merah yang Dilempar Bikin Para Jenderal TNI Kaget, Mereka Hanya Bisa Diam