KONDISI UDARA JAMBI HARI INI, Ukur Kualitas Udara Hari Ini Manual, Hasilnya Keluar 2 Hari Lagi
Di saat kabut asap membekap Jambi, ternyata alat ukur otomatis kualitas udara rusak.
Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
KONDISI UDARA JAMBI HARI INI, Ukur Kualitas Udara Hari Ini Hasilnya Baru Keluar 2 Hari Lagi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Di saat kabut asap membekap Jambi, ternyata alat ukur otomatis kualitas udara rusak.
Seiring semakin memburuknya kualitas udara di Provinsi Jambi akibat kabut asap, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jambi terpaksa harus melakukan pengukuran kualitas udara dengan cara manual.
Apa penyebabnya? Bagaimana kondisi udara Jambi hari ini?
Alat otomatis untuk mengukur kualitas udara atau ATMS milik DLH Provinsi Jambi yang di tempatkan di Balai Kota Jambi mengalami kerusakan.
FB LIVE
Download Lagu MP3 Tema Kemerdekaan, Garuda Pancasila, Maju Tak Gentar, Kebyar-kebyar, Bendera
Download Lagu MP3 Dj Remix Nonstop 10 Jam Full Bass, Video DJ Opus, DJ Nanda Lia, DJ Slow Full Album
Download Lagu MP3 Nella Kharisma Full Album 2019, Ada 50 Lagu Nonstop dan Video Spesial Cendol Dawet
Baca: Puluhan Lowongan Kerja Jambi untuk Lulusan SMA s/d S-1 pada Agustus 2019, Segera Daftar!
Alat tersebut masih diperbaiki Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan.
"Alat itu seharusnya ada lima parameter yang bisa diukur, ada PM 10, CO, O3, NO2, dan SO2. Namun alat tersebut saat ini yang berfungsi hanya dua parameter yaitu SO2 dan O3. Sementara yang erat kaitanya dengan Karhutla itu PM 10," kata Kepala DLH Provinsi Jambi Evi Primawati, kepada Tribunjambi.com, Jumat (16/8).
Namun untuk tetap mengetahui Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dari Parameter PM 10, pihak DLH Provinsi Jambi melakukan pengukuran manual.
Pengukuran manual itu hasilnya baru akan diketahui setelah dua hari.
"Kami sudah lakukan untuk tanggal 15 kemarin, hasilnya PM 10 nya itu kondisinya sedang. Kalau sedang belum berbahaya untuk manusia namun sudah disarankan untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan atau menggunakan masker," sebut Evi.
Evi menyebut, pihaknya sudah mengimbau kepada semua kabupaten kota melakukan pengukuran PM 10-nya secara manual.
"Baru tiga hari ini, namun sejauh ini belum ada laporan dari Kabupaten Kota hasilnya, mungkin karena keterbatasan peralatan peralatan di Lab dan SDM nya," ujar Evi.
Disinggung soal pengadaan alat ukur baru, Evi menyebut untuk mengandalkan anggaran dinas tidak mampu, karena harganya Rp 3 miliar.
"Itu saja kita bantuan dari KLHK," ujarnya.
Untuk pengukuran manual, kata Evi butuh biaya tidak sedikit, sebab saringan udara yang dibutuhkan harganya tidak murah, mencapai jutaan rupiah.