HUT Ke 74 RI
Soekarno Keluar Rumah, Menatap ke Langit lalu Berdoa Sebelum Menulis Teks Proklamasi
Pada hari spesial itu, Soekarno yang biasa berpidato secara spontan, harus melewati perenungan panjang sebelum akhirnya berbicara saat 17 Agustus.
Soekarno Keluar Rumah, Menatap ke Langit lalu Berdoa Sebelum Menulis Teks Proklamasi
TRIBUNJAMBI.COM - Banyak orang tidak mengetahui bagaimana cara Soekarno menulis teks Proklamasi.
Banyak juga orang yang tidak mengetahui bahwa naskah proklamasi klad (tulisan tangan Soekarno) pernah masuk tong sampah, sebelum diselamatkan seseorang.
Berikut ini penuturan Darmosugondo, wartawan sekaligus penyiar RRI kala itu, yang juga orang dekat Soekarno.
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, dikenal sebagai seorang orator ulung.
Pidato yang disampaikannya mampu membangkitkan emosi mereka yang mendengarnya.
Baca Juga
Dar Der Dor Hujan Peluru di Saparua, Kepala Kopassus Denjaka dan Paskhas Diincar Sniper
Sempat 2x Ditolak, Preman Terminal jadi Perwira Kopassus: Letkol Untung Pranoto 17x Naik Pangkat
10 Tokoh Muda yang Diperkirakan Jadi Menteri Jokowi-Maruf, Mengapa Ada Sosok Ini?
Perut Buaya Sinyulong 6 Meter di Jambi Dibedah, Temuan di Dalamnya Bikin Warga Kaget
Cara Bikin Video Youtube Ucapan Selamat HUT Ke-74 RI, Praktis dan Lebih Menarik
Tak terkecuali saat Soekarno, sering pula disapa Bung Karno, menyampaikan pidato saat peringatan Hari Kemerdekaan RI pada setiap 17 Agustus.
Meski terbiasa mempersiapkan naskah pidato atau menyampaikan pidato secara spontan, konon ada perbedaan saat Soekarno mempersiapkan pidato untuk amanat Hari Kemerdekaan.
Pada hari spesial itu, Soekarno yang biasa berpidato secara spontan, harus melewati perenungan panjang sebelum akhirnya berbicara saat 17 Agustus.
Memandang bintang dan bermunajat
Membuka arsip lama Kompas terbitan 11 Agustus 1965, tertulis sedikit cerita mengenai cara Bung Karno mempersiapkan amanatnya.
Kisah itu termuat pada halaman pertama dalam artikel berjudul “Tjara Bung Karno Mempersiapkan Amanat 17 Agus”.
Salah satu orang dekat Bung Karno yang merupakan wartawan sekaligus penyiar RRI kala itu, Darmosugondo, mengungkapkan, Soekarno kerap memandangi bintang pada malam hari sebelum menuliskan amanat untuk disampaikan pada 17 Agustus.
Menurut kisah Darmosugondo, Soekarno keluar dari rumahnya, kemudian menatap langit secara seksama.