Blak-blakan Jokowi Soal Anaknya Terjun ke Dunia Politik, Sampai Jatah Menteri Untuk Milenials & PKB
Minta ya silakan. Mau minta 10, mau minta 30, ya nggak apa-apa. Apakah memang berani mengangkat orang muda (milenials) menjadi menteri?
Ya bisa saja umur 20, 25 tahun. Tapi, ya harus punya pengalaman managerial, bukan hanya sekadar muda usia saja. Selain itu, juga mampu mengeksekusi program yang telah ditentukan.
Sampai detik ini, saya melihat anak-anak saya tidak tertarik ke dunia politik.
Gibran (Gibran Rakabuming, anak sulung Jokowi), Kaesang (Kaesang Pengarep, anak bungsu), maupun yang lain senangnya di dunia usaha.
Tapi, ya nggak tahu lagi, kalau tahu-tahu besok pagi bilang, "Pak saya kepingin jadi wali kota." Siapa tahu. Minggu depan bilang, "Pak saya siap jadi wali kota."
Kalau ditanya itu, saya akan bilang, ya jadi saja.
Saya tidak pernah memaksa anak saya masuk ke dunia politik. Saya serahkan sepenuhnya kepada mereka untuk menentukan pekerjaan dan karier masing-masing.
Kalau tahu-tahu mereka ada yang bilang, "Pak saya siap untuk ikut pilkada," saya bilang maju saja. Itu jawaban saya.
Masih banyak kebutuhan infrastruktur yang belum kita selesaikan. Ini kan baru awal, meski dilakukan secara besar-besaran.
Coba dilihat infrastruktur per kapita kita, masih rendah sekali. Bandingkan dengan Malaysia dan Thailand atau China, kita masih rendah sekali.
Memang setelah dilakukan pembangunan infrastruktur selama lima tahun belakangan ini ranking kita naik drastis. Ranking kita, seingat saya naik menjadi 50 dari semula 70-an.
Ya karena pertumbuhan ekonomi global yang turun terus.
Masih untung kita tidak ikut turun. Coba bandingkan dengan negara lain, baru bisa kelihatan.
Lihat saja di Uni Eropa, Amerika Selatan, silakan dibandingkan.
Pembangunan infrastruktur ini memang belum selesai.
Nanti kalau sudah dikoneksikan dengan kawasan wisata, kawasan industri, kawasan perkebunan, pertanian, perikanan, kawasan ekonomi khusus, kawasan industri kecil, kawasan industri besar, baru manfaat ekonominya kelihatan.
