MENGENANG Sang Penakluk Tujuh Puncak Dunia, Norman Edwin yang Meninggal di Puncak Aconcagua

TRIBUNJAMBI.COM- "Ingatan terakhir saya mengenai kehadiran almarhum adalah ketika beliau berpamitan

Editor: ridwan
ist
Tiga mahasiswi Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Jawa Barat, yang tergabung dalam tim The Women of Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (Wissemu) mengibarkan bendera di puncak gunung Aconcagua, Argentina. 

Norman dan Didiek dipastikan meninggal di lokasi yang tidak jauh dari puncak Aconcagua setelah jasad mereka ditemukan otoritas setempat.

Didiek ditemukan lebih dulu pada akhir Maret oleh pendaki kawakan Argentina, yaitu Carlos Tenjerina, Miguel Sanchez, dan Raul Benegas, di dalam pondok di Refugio Independencia di ketinggian sekitar 6.400 mdpl.

Baca: Galih Ginanjar, Rey Utami & Pablo Benua Tersangka Ujaran Ikan Asin Reaksi Fairuz hingga Hotman Paris

Miguel Sanchez (53), yang ditemui Kompas di Plaza de Mulas setelah 18 tahun lalu musibah itu berselang, mengaku bahwa saat itu ia menemukan tubuh Didiek yang sudah meninggal dalam posisi tertelungkup dengan tangan dan kaki kirinya tertutup salju.

Di samping tubuh Didiek terdapat termos plastik yang tutupnya telah rusak. "Kami kemudian mencari satu lagi temannya di sekitar tempat itu, tetapi tidak ada.

Kami hanya bisa bertahan satu jam di sana karena tidak membawa makanan dan kantong tidur," kata Miguel yang saat ini telah 53 kali mencapai puncak Aconcagua.

Baca: Lolos ke Senayan, Krisdayanti Ngaku ke Najwa Habis Rp 2 M hingga Menyanyi Gratis, Siap Dihujat?

Pencarian Norman akhirnya dilanjutkan pihak militer Argentina. Setelah sempat terhambat badai, jenazah Norman akhirnya ditemukan pada awal April tidak jauh dari tempat jasad Didiek.

Begitu mendengar kabar ini, kalangan petualang di Indonesia berduka karena kehilangan dua insan terbaiknya.

Pemakaman keduanya pun dihadiri pembesar saat itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan dan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Akbar Tandjung.

Baca: Bagaimana Nasib Baby Shima Saat Sule Makin Lengket dengan Naomi Zaskia?

Hingga kini, nama Norman dan Didiek sendiri layaknya tokoh wajib bagi generasi masa kini yang hobinya mendaki.

Terlebih lagi Norman yang mampu menularkan semangat luar biasa dalam dunia petualangan. Tidak hanya lewat berbagai macam aktivitasnya, mendaki gunung, panjat tebing, mengarungi jeram, mengubek-ubek kolong bumi, dan menyusuri samudra luas, tetapi juga lewat tulisan-tulisannya tentang petualangan.

Dalam e-mail balasannya, Melati juga menambahkan bahwa hingga saat ini dia masih terkagum-kagum akan pengaruh Norman terhadap khalayak pencinta alam di Tanah Air.

Baca: MENDADAK VIRAL Kambing Ganteng Banyak Mendapat Pujian, Simak Cerita Pemiliknya!

"Dalam beberapa kesempatan, saya bertemu atau mendengar kabar tentang orang-orang yang tidak saya kenal dekat atau bahkan tidak saya kenal sama sekali yang kerap mengunjungi makam almarhum pada tanggal ulang tahunnya atau ketika Lebaran.

Beberapa 'pengagumnya' bahkan pernah memberi tahu saya secara langsung bahwa mereka menganggap beliau layaknya seorang 'nabi' yang menyemangati petualangan-petualangan mereka di alam".

Melati tidak berlebihan menggambarkan pengaruh Norman dalam dunia petualangan di Tanah Air.

Baca: Sinopsis The Secret Life of My Secretary Eps 16, Gal Hee Bilang Dia Suka Min Ik

Dalam buku Catatan Sahabat Sang Alam yang berisi kumpulan tulisan Norman Edwin, wartawan senior Rudy Badil sekaligus senior Norman di Mapala UI menuturkan, kisah-kisah petualangan dari lelaki kelahiran Sungai Gerong, 19 Januari 1955, ini seperti sudah memiliki "umat"-nya sendiri.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved