Sejarah Indonesia

Kala Soekarno Mendadak Hentikan Pidatonya saat Ajudan Secarik Nota Pasca G30S/PKI, Isinya Mencekam

Kala Soekarno Mendadak Hentikan Pidatonya saat Ajudan Secarik Nota Pasca G30S/PKI, Isinya Mencekam

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Presiden Soekarno menangis 

Kala Soekarno Mendadak Hentikan Pidatonya saat Ajudan Secarik Nota Pasca G30S/PKI, Isinya Mencekam

TRIBUNJAMBI.COM - Ada kisah saat detik-detik Soekarno Berhenti Pidato Pasca G30S/PKI karena Baca 1 Nota dari Ajudan, Isinya Mencekam.

Peristiwa G30S/PKI sulit dilupakan bagi masyarakat Indonesia.

Pasalnya, peristiwa tersebut telah memakan korban para petinggi TNI.

Mereka kemudian dibawa ke kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Di tempat itu, mereka mengalami siksaan, hingga menemui ajal.

Walaupun, sebagian lagi ada yang meninggal saat proses penculikan oleh Pasukan Resimen Cakrabirawa.

Pasca peristiwa tersebut, situasi politik, khususnya di Jakarta pun semakin memanas.

Baca: Mahfud MD Akhirnya Tanggapi Kesaksian Keponaknya Sewaktu Jadi Saksi 02 di MK, Terkait Kecurangan

Baca: Ramalan Zodiak 25 Juni 2019, Sagitarius Tiba-tiba Emosimu Jauh Lebih Kuat, Aquarius Sebaliknya

Baca: 3 Siswi Terjebak Hubungan Intim dengan Guru, Ada yang Lakukannya di Kelas bahkan di Semak-semak

Baca: Buka Rapat Pembaruan Kebangsaan, Ini yang Diharapkan Wawako Maulana dengan Masyarakat Heterogen

Baca: VIDEO : 10 Bahan Makanan Menggandung Tinggi Kolagen, Bikin Awet Muda Menghindari Penudaan Dini

Para mahasiswa yang tergabung dalam KAMI pun melakukan aksi, dan mendesak pemerintahan Soekarno membubarkan PKI.

Dalam buku "Soeharto, Bagaimana Ia Bisa Melanggengkan Kekuasaan Selama 32 Tahun?", karangan Peter Kasenda,

Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden No 41/Kogam/1966 yang berisi pembubaran KAMI.

Namun, hal itu tak menyurutkan desakan para mahasiswa.

Oleh karena itu, Soekarno pun memaksa mengadakan sidang kabinet untuk membicarakan tuntutan mahasiswa, pada 11 Maret

1966.

Baca: SUDAH Tunangan, 6 Artis Ini Justru Gagal Dinikahi Pasangannya, No 3 Putus Setelah 12 Tahun Pacaran

Baca: MK Percepat Jadwal Putusan Pilpres 2019, Bambang Widjojanto: Tak Mungkin Buktikan Kecurangan

Baca: 3 Kecamatan di Kabupaten Sarolangun Ini Jadi Langganan Banjir Setiap Tahunnya

Baca: Warga Tebo Heboh, Dermawan Ginting Ditemukan dengan Kondisi Sudah Membusuk di Kediamannya

Saat itu semua menteri datang, walaupun ada gangguan karena mahasiswa kembali demo, dan mengempiskan ban-ban mobil di

sekitar istana.

"Yang secara mencolok adalah ketidakhadiran Soeharto yang dikatakan sakit tenggorokan ringan," tulis Peter.

Peter melanjutkan, berdasarkan sebuah sumber, Soekarno sebenarnya telah diberitahu Duta Besar untuk Ethiopia yang baru

saja pulang ke Jakarta, Brigjen Suadi semalam sebelumnya, bahwa pasukan-pasukan RPKAD berusaha menyergap istana.

Mendapatkan informasi itu, Soekarno pun menghubungi Panglima KKO Hartono yang mengulangi jaminannya, KKO siap

menghadapi RPKAD.

Sementara saat Soekarno berpidato, satu di antara ajudannya menyela, dan menyerahkan selembar nota.

Setelah membacanya, Soekarno mengumumkan sesuatu yang amat penting telah mencekam dirinya, dan bermaksud

meninggalkan tempat tersebut sebentar.

Dua pejabat lainnya saat itu, Soebandrio dan Chaerul Saleh juga mengetahui isi nota itu.

Begitu tahu isi nota tersebut, mereka juga pergi meninggalkan sidang.

Baca: Kaki Kirinya Diamputasi, Aldiansyah, Siswa SMA 3 Muarojambi, Korban Kecelakaan yang Butuh Bantuan

Baca: BPOM Jambi Temukan 665 Item Produk Tanpa Izin Resmi BPOM, 70 Persen Produk Kosmetik

Baca: VIDEO : Ramalan Zodiak Selasa 25 Juni 2019, Aries Jenuh & Sesak, Taurus Pekerjaan Berat Menanti

Baca: Bertemu Bubu, Ibunda Syahrini Kepergok Menangis saat Sambut Kedatangan Mantan Pacar Anaknya

"Nota itu berisi informasi sekelompok pasukan tak dikenal yang menanggalkan segala tanda pengenal mereka sehingga

identitasnya tak diketahui, telah menduduki posisi mengepung istana," tulis Peter.

Menurut Peter, awalnya nota itu ditujukan kepada Pangdam Jaya, Amir Machmud.

Lalu, ia mengatkan tak apa-apa.

Belakangan, diketahui Soekarno meninggalkan sidang kabinet, dan menuju Istana Bogor.

Di sana Soekarno bertemu sejumlah pejabat, hingga menghasilkan Surat Perintah 11 Maret, atau yang biasa dikenal Supersemar.

Isi Supersemar "memerintahkan" Soeharto mengambil tindakan yang dianggap perlu demi menjaga keamanan Presiden Soekarno, dan Indonesia.

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Kisah Soekarno Hentikan Pidato Saat Ajudan Berikan Selembar Nota Pasca G30S/PKI, Isinya Mencekam

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved