Berita Muarojambi

Polemik Tanggul Raksasa, Desa Rukam,yang Ada Sejak 1832 Ini Tak Lagi Bersahabat dengan Warganya

Polemik Tanggul Raksasa, Desa Rukam yang Ada Sejak 1832 Ini Tak Lagi Bersahabat dengan Warganya

Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Deni Satria Budi
tribunjambi/Dedy Nurdin
Polemik Tanggul Raksasa, Desa Rukam yang Ada Sejak 1832 Ini Tak Lagi Bersahabat dengan Warganya 

"Jadi alam masih asli, semua tersedia dan melimpah seolah sudah diatur tuhan," ujarnya.

Tanaman padi biasanya akan berlangsung selama enam bulan di musim kemarau. Sampai bulan Oktober memasuki musim panen.

Namun situasi ini berubah, setelah ada perusahaan membangun tanggul setinggi delapan meter mulai tahun 2002 semua berubah.

Baca: Wisata Lubuk Penyengat, Liburan Murah di Muarojambi Saat Lebaran, Tunggu Kejutannya

Baca: Kapolres Muarojambi Cek Pospam dan Posyan, Sekaligus Beri Bantuan Sembako

Baca: Sempat Tertunda, Jelang Lebaran Pegawai dan Honorer K2 di Kabupaten Muarojambi Terima Gaji

Datuk Syafei bercerita perubahan yang dirasakan warga yang pertama adalah banjir tidak lagi membawa manfaat.

Justru membawa mudharat karna air tidak lagi teratur. Ketinggian air bisa mencapai dua meter itu terjadi karna air Sungai Batanghari yang meluap mestinya masuk ke hutan.

Namun karena di bangun tanggul tinggi dan menutupi danau dan lopak sehingga air justru menjadi tinggi di desa.

Baca: Tahun 2019 Pemprov Jambi Dapat Anggaran Rp 400 M Untuk Replanting 15.700 Hektar Sawit di 7 Kabupaten

Baca: Kaji 25 Grup Perusahaan Sawit, Walhi: Satu Juta Hektare Izin Perkebunan Sawit di Jambi Tak Jelas

Baca: Perahu Bermuatan Sawit Tenggelam di Sungai Batanghari, Dua Orang Hilang

"Tidak ada lagi kalender adat. Dulu ada kami kenal kalender Serat baung dan lainnya. Banjir tidak lagi ke rawang. Kalaupun air masuk melewati tanggul perusahaan air akan dikompa dengan alat untuk dikeluarkan kembali oleh perusahaan Ketika hujan pun demikian," jelas Datuk Syafei.

"Sekarang tidak di rawang lagi. Tidak ada danau lagi, Ikan pun terbatas. Air limpahan dari perusahaan mencemari perairan warga. Ikan tidak bisa berkembang seperti biasanya lagi. Ikan sekarang hilang, penghasilan jauh dari yang dulu," sambungnya.

Bukan hanya itu, kondisi sawah pun tak lagi bisa menghasilkan, saat kemarau sebentar saja tanah retak dan saat banjir semua hanyut terbawa air.

"Hutan pun dak ada lagi, mau cari rotan atau damar tidak bisa lagi. Kita nanam baru semalam besok sudah dimakan hama (babi hutan.red) karna yang biasanya dihutan lari ke belakang desa," ujarnya.

"Kami tidak minta banyak, tolong buka tanggul itu lagi biar kehidupan warga desa bisa kembali seperti dulu, biar ekonomi warga baik lagi, anak-anak bisa melanjutkan sekolah," pungkasnya.

Polemik Tanggul Raksasa, Desa Rukam yang Ada Sejak 1832 Ini Tak Lagi Bersahabat dengan Warganya (Dedy Nurdin/Tribun Jambi)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved