BENNY Moerdani Lolos dari Sergapan Sniper SAS Inggris, Gegara Kapal Perang Queen Elisabeth Mau Lewat

TRIBUNJAMBI.COM - Ketika terjadi konfrontasi militer Indonesia-Malaysia (1964), tugas Benny Moerdani yang saat

Editor: ridwan
Benny Moerdani 

TRIBUNJAMBI.COM - Ketika terjadi konfrontasi militer Indonesia-Malaysia (1964), tugas Benny Moerdani yang saat itu berpangkat Mayor adalah menyusup ke Kalimantan Utara.

Tugas itu merupakan misi militer yang sangat berat dan penuh risiko.

Setiap harinya Benny bersama tim kecil RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) berjalan kaki menyusuri hutan lebat selama berjam-jam untuk membuka jalur bagi pasukan induk AD yang nantinya bertugas menyerbu Malaysia.

JIka tidak sedang melewati hutan lebat, Benny dan timnya menyusuri sungai yang berada di wilayah Kalimantan Utara menggunakan perahu.

Baca: Kapolda Jambi Hadiri Pembacaan Sumpah dan Penandatanganan Pakta Integritas Susulan Penerimaan Polri

Baik misi penyusupan yang melewati wilayah daratan maupun sungai, Benny dan timnya selalu terancam oleh pasukan Inggris yang siap menghadang.

Selain menyiapkan sergapan pasukan Inggris yang rutin patroli juga kerap bertemu dengan gerilyawan dari Indonesia sehingga kontak senjata yang memakan korban jiwa tak bisa dihindari.

Ketika Benny dan timnya sedang bertugas menyusuri sungai sejumlah pasukan SAS Inggris ternyata sudah menunggu di seberang sungai dan berada di tempat ketinggian yang strategis.

Posisi Benny yang berada di perahu paling depan sudah masuk ke dalam jarak tembak sniper SAS dan senapan runduk pun siap dibidikkan.

Baca: Live Streaming RCTI Manchester United vs Barcelona, Liga Champions Man Utd vs Barca, MU Mesti Menang

Dari teropongnya sniper SAS bisa melihat sosok Benny secara jelas tapi jari yang telah menyentuh picu senjata masih diam.

Setelah sekian detik, picu senjata ternyata tak jadi ditarik dan senapan lainnya yang sudah siap tembak dan dibidikan secara akurat oleh semua personel SAS juga tidak menyalak.

Semua personel yang dipimpin Benny akhirnya lolos dari sergapan mematikan itu.

Pada tahun 1976 Benny berkunjung ke Inggris dan secara tak terduga ia dipertemukan dengan dua prajurit SAS yang dulu nyaris menembakknya.

Baca: Demi Konten Video Lucu, Dua Pria Ini Nekat Dorong Orang Tak Dikenal hingga Mati, Akhirnya Begini

Personel SAS yang pernah mengincarnya ternyata masih mengenali Benny yang secara fisik tidak berubah banyak.

Benny lalu bertanya kenapa personel SAS itu kenapa tak jadi menembaknya.

Salah seorang langsung menjawab, bahwa timnya harus menunggu dulu datangnya kapal perang Queen Elisabeth.

Jika saat itu Benny ditembak dan kemudian berlangsung baku tembak, kapal Queen Elisabeth bisa terganggu perjalanannya.

Baca: SOEHARTO, Jenderal Sangat Dipercaya Bung Karno, Meski Suka Bertindak di Luar Komando

Namun, hingga semua tim Benny pergi, kapal Queen Elisabeth ternyata tidak jadi melintas.

Mendengar kisah prajurit SAS itu, Benny serta merta berkomentar, jika saat itu dirinya jadi ditembak, pasukan Inggris telah berhasil menembak mati prajurit dengan pangkat tertinggi dan bisa saja konfrontasi Indonesia-Malaysia berakhir secara lain.

MELETUS KONFRONTASI INDONESIA-MALAYSIA:

Pasukan elit TNI, Kopassus atau Komando Pasukan Khusus, merayakan hari jadinya yang ke-66, Senin (16/4/2018).

Baca: Indeks Kerawanan Pemilu Jambi di Peringkat 12, Waspadai Hoaks dan Poltiik Uang

Sejak didirikan 16 April 1952, tak terhitung banyaknya misi Kopassus yang jarang diketahui.

Satu di antaranya, adalah misi Kopassus di Kalimantan pada 1964, sebagaimana dikutip Serambinews.com dari Intisari :

Antara tahun 1961-1966 meletus konfrontasi Indonesia dan Malaysia yang kemudian memicu konflik bersenjata di perbatasan baik berupa penyusupan pasukan gerilya maupun pasukan reguler.

Tindakan militer untuk menggempur Malaysia pun dikumandangkan oleh Presiden Sukarno di depan rapat raksasa di Jakarta pada 3 Mei 1964.

Baca: Agung Saga Dibekuk Polisi Dini Hari, BB Sepaket Sabu, Hasil Tes Urine Positif

Presiden Sukarno lalu mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Poin pertama Dwikora adalah pertinggi ketahanan revolusi Indonesia.

Kedua bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, dan Sabah untuk menghancurkan Malaysia.

Komando tempur Dwikora dipercayakan kepada Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Omar Dhani yang menjabat sebagai Panglima Komando Siaga (KOGA).

Sementara tugas yang dibebankan kepada KOGA adalah mempersiapkan operasi militer terhadap Malaysia.

Sebagai Panglima KOGA, Omar Dhani bertanggung jawab langsung kepada Panglima Tertinggi ABRI/KOTI, Presiden Soekarno.

Baca: Inflasi di Maret 0,40 Persen, Ini 5 Kelompok Faktor Inflasi di Pedesaan

Tapi sebelum KOGA dibentuk aksi penyusupan yang dilancarkan oleh sukarelawan Indonesia sudah berlangsung cukup lama.

Operasi penyusupan yang digelar Indonesia ke wilayah perbatasan Malaysia sesungguhnya merupakan operasi yang berbahaya.

Pasalnya, musuh yang dihadapi merupakan pasukan reguler terlatih dan berpengalaman di berbagai medan perang.

Militer Malaysia yang didukung Inggris dan negara-negara persemakmuran seperti Selandia baru serta Australia tidak bisa dihadapi oleh pasukan gerilya yang menyamar dan menggunakan persenjataan terbatas.

Baca: Kasus Penganiayaan Siswi SMP Asal Pontianak, 5 Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua Jika Anak Dibully

Gerilyawan Indonesia yang terdiri dari para sukarelawan bahkan harus menghadapi pasukan Gurkha dan SAS Inggris yang sudah sangat berpengalaman dalam pertempuran hutan.

Selain itu, garis perbatasan Malaysia-Indonesia yang panjangnya sekitar 1000 km juga tidak mungkin hanya diamankan oleh pasukan gerilya.

Kondisi itu mungkin tidak terpikirkan oleh Presiden Sukarno yang sedang bersemangat, setelah sukses merebut Irian Barat lewat Trikora.

Risau

Bagi Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Achmad Yani, kondisi medan tempur di perbatasan itu sangat merisaukannya.

Baca: MANTAN Wapres Try Sutrisno Pernah Dimarahi Pejabat Daerah, Gegara Blusukan Rahasia Pak Harto

Meski, TNI AD sudah mengirim Batalyon II RPKAD (nama satuan Kopassus saat itu) untuk mengamankan perbatasan.

Seperti dilansir dari buku Benny Moerdani : Tragedi Seorang Loyalis, Letjen Ahmad Yani kemudian memanggil personel andalan RPKAD yang sukses memimpin perang gerilya di Irian Barat, Mayor Benny Moerdani.

Tugas yang dibebankan kepada Benny adalah segera berangkat ke Kalimantan Utara dan mengorganisasi cara menangkal aksi penyusupan pasukan Inggris.

Baca: Kisah Memilukan Audrey Dianiaya 12 Siswi SMA, Mukanya Tak Diblur Ifan Seventeen, Artis Lain Protes

Karena tugas Benny merupakan misi rahasia, Benny berangkat tidak menggunakan identitas prajurit Kopassus.

Benny, yang berangkat langsung dari Cijantung, juga hanya membawa tim kecil.

Tujuan operasi penyusupan tim kecil Benny adalah mengamati rute-rute penyerbuan yang nantinya bisa dipakai oleh induk pasukannya.

Kawasan yang pertama kali menjadi daerah operasi Benny dan timnya di Kalimantan Utara adalah sebuah dusun kecil yang berlokasi di seberang perbatasan Serawak-Kalimantan Barat.

Setelah sesuai dengan sasaran yang diserbu oleh RPKAD dan satuan lainnya pasukan kecil Benny terus melaksanakan tugas secara berpindah-pindah.

Baca: PMKRI dan Kapolda Bengkulu Ajak Milenial Ambil Bagian dalam Pemilu 2019, Jangan Golput

Selama melaksanakan misi pengintaian dan penyusupan di perbatasan,Benny meskipun pada saat itu ABRI (nama TNI ketika itu) sudah secara terang-terangan membantu gerilyawan TNKU, harus melaksanakan taktik penyamaran.

Sesuai kebijakan yang diambil pimpinan TNI masa itu, Benny memperoleh identitas baru sebagai seorang sukarelawan dan memakai seragam TNKU.

Nama yang tertulis di kartu anggota TNKU tetap Moerdani, tapi dia dijadikan warga masyarakat Kalimantan Selatan, kelahiran Muarateweh, kota kecil yang berada di tepi Sungai Mahakam.

Bersama personel TNKU yang dipimpinnya, Benny kemudian mulai melancarkan perang gerilya terhadap pasukan Inggris.

Pasukan TNKU yang berintikan prajurit RPKAD alias Kopassus yang sudah berpengalaman tempur itu pun langsung menunjukkan kehebatan mereka.

Baca: Kasus Penganiayaan Siswi SMP Asal Pontianak, 5 Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua Jika Anak Dibully

Tak peduli, musuh yang dihadapi merupakan pasukan khusus SAS, pasukan elit yang begitu dibanggakan Inggris.

Dalam suatu serangan penyergapan di pedalaman Kaltim yang berhutan lebat, pasukan gerilya TNKU berhasil menawan satu orang musuh, menembak mati satu orang lagi, sementara dua musuh berhasil melarikan diri.

Peristiwa tertawannya satu anggota pasukan SAS itu segera disampaikan kepada Letjen Ahmad Yani.

Karena merupakan peristiwa sangat penting, anggota SAS yang tertawan dan terluka cukup serius itu segera diperintahkan oleh Ahmad Yani untuk dikirim ke Jakarta guna kepentingan propaganda.

Bukti adanya pasukan SAS yang tertawan jelas akan membuat pemerintah Inggris mengambil sikap terhadap kebijakan militernya di perbatasan Kalimantan-Malaysia.

Baca: Selewengkan Setoran Dana Pelanggan PDAM Rp 429 Jutaan, Terdakwa Divonis 2 tahun 10 Bulan

Tapi karena kurangnya alat transportasi dan sarana kesehatan, anggota SAS yang tertawan ternyata sudah meninggal sebelum dikirim ke Jakarta.

Mayat anggota SAS itu akhirnya terpaksa dikuburkan di tengah hutan Kalimantan, dan hanya dog tag (tanda pengenal di kalung) dan persenjataannya yang dikirim ke Jakarta sebagai barang bukti. (*)

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Kisah Kopassus yang Jarang Diketahui, Pernah Tawan Pasukan Elit Inggris SAS di Kalimantan,

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Jenderal Benny Moerdani Bertemu Dua Sniper SAS Inggris yang Nyaris Menembaknya,

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved