Rocky Gerung Blak-blakan, Marah dan Kecewa Saat Ditolak KNPI, PMII, KBPPP, Ansor, Sapma & 4 Ormas
Kali ini Rocky Gerung ditolak saat mengisi diskusi dan seminar di Tuban, Jawa Timur, Selasa (19/3/2019)
TRIBUNJAMBI.COM- Pengamat politik Rocky Gerung kembali ditolak saat ingin mengisi acara di daerah.
Kali ini Rocky Gerung ditolak saat mengisi diskusi dan seminar di Tuban, Jawa Timur, Selasa (19/3/2019)
Terdapat sembilan ormas yang menolak kehadiran Rocky Gerung di Tuban.
Hal ini tentu membuat Rocky Gerung kecewa karena diskusinya batal karena penolakan sejumlah ormas.
Rocky Gerung menggelar jumpa pers khusus membahas penolakan ormas hingga diskusi yang mengundang dirinya batal.
Baca: DPP Partai Golkar Berhentikan Erwin Aksa, Pasca Menyatakan Dukungan Pada Capres Prabowo-Sandi
Baca: VIDEO: Raffi Ahmad Hijrah Jadi Lebih Alim dan Rajin Ibadah, Nagita Slavina Ketakutan
Baca: Realisasi Pelaporan SPT Tahunan di Jambi Baru 30 Persen, Dirjen Pajak Jambi Buka Layanan di Mal
Sedianya Rocky Gerung diundang narasumber diskusi bertajuk "Membangun Bangsa Berakal Sehat" diselenggarakan Yayasan Ponpes Yanbu'tul Ulum Desa Sumurgung, Tuban, Selasa (19/3/2019).
Namun sembilan ormas menolak kedatangan Rocky Gerung hingga panitia membatalkan acara.
Saat jumpa pers tersebut, Rocky Gerung bicara blak-blakan soal penolakan yang dikaitkan dengan demokrasi.
Rocky Gerung mengatakan, di balik batalnya diskusi di Tuban, mengindikasikan adanya gejala ketidakpahaman masyarakat tentang konsep demokrasi.

Menurut Rocky, konsep demokrasi sebenarnya menghendaki semua isu di tengah masyarakat boleh dipercakapkan, kecuali yang dilarang.
"Tapi sekarang justru dibalik, menjadi semua yang boleh adalah yang diizinkan. Itu paradoksnya," kata Rocky Gerung.
Baca: Puluhan Orang Hadiri Upacara Pemakaman Buaya Tua yang Mati Misterius
Baca: Jokowi Tak Banyak Komentar Soal Penyitaan Uang Ratusan Juta oleh KPK di Kantor Menteri Agama
Baca: KPK Kembali ke Jambi, 9 Penyidik Bawa Lima Koper, 25 Anggota DPRD Jambi Akan Diperiksa
Rocky menganggap batalnya acara diskusi tersebut sebagai ketidakmampuan negara dalam memfasilitasi aktivitas politik masyarakat.
"Apalagi sekarang tahun politik. Seharusnya seluruh percakapan politik harus diperluas bukannya malah dipersempit," anggapnya.
Adanya alasan yang menyebut bahwa tokoh pembicara nasional wajib mendapat izin resmi dari Polda Jatim.
Rocky menyebut, alasan itu adalah petanda kekacauan pikiran dari rezim pemerintah yang tengah berkuasa.
"Semua orang itu adalah pembicara entah nasional maupun lokal. Emang yang kasih sertifikat tentang pembicara nasional dan lokal itu siapa," tandasnya.
Suka diskusi di ponpes
Rocky Gerung menyayangkan aksi pembatalan diskusi yang akan dihadirinya terjadi di sebuah pondok pesantren di Tuban.
Ia menganggap pondok pesantren menjadi satu di antara tempat yang mampu mengasah akal sehat.
"Apalagi di pesantren merupakan tempat untuk mengasah akal sehat. Pesantren merupakan kampus dari akal sehat," katanya.
Bukan hanya karena ponpes menerapkan pendidikan agama Islam yang begitu komprehensif dan sistematis.
Di balik itu, ponpes ternyata menjadi rahim yang mampu melahirkan gagasan kemerdekaan untuk Negara Indonesia.
"Bagaimanapun juga pesantren itu lebih dulu ada mendahului adanya kemerdekaan Indonesia," katanya.
Ide tentang pergolakan anti kolonialisme, lanjut Rocky, bila dirunut akar sejarahnya ternyata dipercikan pertama kali oleh kalangan ponpes.
"Pesantren sudah menyelenggarakan akal sehat untuk menghalangi munculnya kolonialisme dan membentengi bangsa ini dari inklusif pikiran-pikiran kolonialistis sejak awal," lanjutnya.
Oleh karena itu, Rocky mengaku antusias untuk datang menghadiri undangan di pospes.
Karena didalamnya, ungkap Rocky, ia merasa banyak bertemu orang-orang yang terbuka dan luas pikirannya.
"Saya tuh senang ketika datang ke pesantren, saya bisa ngomong sama mereka yang punya kelebihan akal dan kelebihan pikiran," ungkapnya.
Kendati dirinya masih mengaku geram adanya pembatalan acara diskusi yang akan dihadirinya.
Rocky tetap optimis, Bangsa Indonesia harus terus menggaungkan akal pikiran dalam segala penerapan ketatanegaraannya.
"Negeri Ini harus diucapkan harus diucapkan ulang untuk menghasilkan akal pikiran yang sehat," jelasnya.
Melalui apa? Rocky menegaskan, melalui pers, kampus, ponpes, dan ormas-ormas yang tumbuh subur di Indonesia.
"Itu semua adalah tugas pers tugas kampus tugas Pesantren bahkan juga tugas Ormas," tandasnya.
Sebut Ormas tak berguna
Rocky Gerung sangat menyayangkan batalnya diskusi di Tuban akibat dari tekanan beberapa organisasi masyarakat (Ormas).
"Itu artinya takut pada diskusi takut pada perbincangan," ungkapnya.
Ia menganggap, bila ormas memiliki kecenderungan menghalangi orang berdiskusi. Ormas tersebut secara tidak langsung tidak berguna.
"Gak ada gunanya gunanya kalau bikin ormas tapi takut untuk mempercakapkan isu," lanjutnya.
Bagi Rocky, keberadaan ormas, termasuk Ormas yang mencekal diskusinya di Tuban, memiliki fungsi yang penting dalam tatanan masyarakat.
Bukan sebagai wadah untuk berkonsolidasi antar warga negara yang memiliki kesamaan dalam ide atau identitas sosial tertentu.
Melainkan mampu menjadi wadah untuk mempercakapkan isu yang menjadi hajat hidup masyarakat luas.
"Namanya juga organisasi masyarakat seharusnya isu yang ada di masyarakat menjadi bahan dasar pembicaraan mereka," tandasnya.
Perlu diketahui, batalnya diskusi yang akan digelar di Yayasan Ponpes Yanbu'tul Ulum Desa Sumurgung, Tuban, Selasa (19/3/2019), disebabkan oleh tekanan beberapa Ormas.
Diketahui ada sembilan Ormas yang menolak kedatangan Rocky Gerung yaitu KNPI, Karang Taruna, Ansor, Sapma, PMII, Sarbumusi (organisasi buruh), keluarga besar putra putri polri (KPPP), perwakilan masyarakat, perwakilan pendidikan. (Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi)