Cara Tak Biasa Prajurit Kopassus Gunakan Taktik Mistis, Usir 3.000 Pemberontak Karena Sosok 'Hantu'
Meski jumlah lawan lebih banyak, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tidak muncur. Berbekal latihan dan kecerdasan, selalu mencari taktik mengalahkan
TRIBUNJAMBI.COM - Juru pikir Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memang jarang ditebak seperti apa serangan dan strategi yang dibuat demi menaklukan musuh.
Taktik Kopassus memang tak terduga. Tiba-tiba muncul, kemudian menghilang dengan cepat.
Strategi dan taktik Kopassus selalu berkembang dan berubah-ubah, menyesuaikan medan pertempuran.
Meski jumlah lawan lebih banyak, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tidak muncur. Berbekal latihan dan kecerdasan, selalu mencari taktik mengalahkan lawan.
Baca Juga:
LIVE MNC TV Manchester United vs Liverpool, Liga Inggris Pekan 27, Minggu (24/2/2019)
Seorang Wanita Bunuh Diri di TransMart Lampung, Sosok Kekasihnya Dicari Pihak Kepolisian
Ramalan Zodiak 24 Februari 2019, Aries Temukan Seorang yang Baru, Leo Pengeluaran Membludak
Kabar Gembira! THR PNS, Polri dan TNI serta Pensiunan Akan Cair Bulan April 2019, Ini Rinciannya
Puisi Mengancam Allah Neno Warisman Jadi Sorotan, MUI Jelaskan Beda Perang Badar & Doa yang Benar
Pelatihan fisik dan strategi yang dijalani prajurit Kopassus berbulan-bulan, menjadi bekal saat menjalankan misi.
Ada kisah saat misi operasi anggota Kopassus ( Komando Pasukan Khusus) menjadi pasukan perdamaian PBB.
Kisah ini terjadi pada 1962, saat Kopassus yang masih bernama RPKAD, diminta PBB untuk menjaga perdamaian di Kongo.

Kala itu, Kongo tengah dilanda badai mencekam akibat adanya kumpulan pemberontak.
Akhirnya, Indonesia pun mengirimkan tim terbaik yang dikenal sebagai pasukan Garuda III.
Letjen Kemal Idris saat itu memimpin pasukan Garuda III. Mereka bermarkas di kawasan Albertville.
Membumi di daerah misi
Selama bertugas di sana, pasukan Garuda III mudah beradaptasi dengan warga setempat.
Para anggota Kopassus kerap berinteraksi, hingga mengajarkan cara memasak makanan Indonesia. Tak heran, warga kerap menaruh kepercayaan tinggi.
Alhasil, pergaulan hangat yang dijalin pasukan Garuda III, membuat warga turut bersimpati atas program yang dilancarkan untuk mengamankan daerah tersebut dari pemberontak.
Hal itu membuat warga tanpa pamrih memberikan bocoran, terkait akan adanya serangan dari gerombolan pemberontak.
Diserang pemberontak
Memang benar, suatu waktu markas pasukan Garuda III diserang pemberontak.
Pemberontak merasa terusik terhadap kehadiran pasukan Garuda III.
Penyerbuan para pemberontak pada tengah malam ini, membuat markas terkepung.
Penyerangan secara tiba-tiba itu terdiri dari 3.000 pemberontak, sedangkan pasukan di markas hanya 300 orang.
Akhirnya, pasukan Garuda III mencoba bertahan dan balik menyerang.
Pertempuran kedua pihak pada dini hari, membuat kawasan tersebut semakin mencekam.
Adanya baku tembak itu membuat sejumlah pasukan Garuda III mengalami cedera ringan.
Menjelang subuh, para pemberontak balik kanan. Namun, pasukan Garuda III justru tak tinggal diam.
Baca Juga:
Penampakan Satelit Nusantara Satu yang Sukses ke Angkasa Milik Indonesia, Ini Efeknya Bagi Internet
Tertawanya Tutut Mendengar Mimpi Soeharto Jelang Hari Wafat, Sebut Sosok Sinden Berasal dari Sunda
Menghilangkan Penat di Empat Taman Wisata Muara Bungo
Bocah Ini Alami Kelainan Seksual, Kakak Disetubuhi 40 Kali dan Pernah Rudapaksa Sapi dan Kambing
Pasukan Garuda III menyiapkan strategi untuk balik menyerang.
Akhirnya, 30 anggota Kopassus pun diturunkan menjadi tim paling depan.
Gojlokan di 'lembah mematikan'
Pagi hari, 30 anggota Kopassus ini memulai perjalanan menuju "lembah mematikan".
"Lembah mematikan" itu disebut "no man's land" atau kawasan tak bertuan di atas kekuasaan pemberontak.
Mereka melakukan pergerakan dalam tiga kelompok.
30 anggota Kopassus ini menyamar menjadi warga Kongo.
Tubuhnya dilumuri arang, kemudian membawa bakul sayuran, kambing dan sapi.
Mereka berjalan menyusuri danau. Setelah matahari terbenam, mereka memantapkan strategi penyerangan, sambil beristirahat di tepi danau.
Kemudian, 30 anggota Kopassus yang nekat itu melancarkan serangannya.
Bayangkan, bagaimana bisa 30 anggota Kopassus menyerang maskas pemberontak yang ditinggali ribuan orang?
Strategi cerdas dilakukan, tanpa diawali gempuran bom.
Tepat pukul 12 malam, anggota Kopassus ini beraksi.
Mereka membungkus diri menggunakan kain putih di atas kapal hitam.
Kain putih itu pun melayang-layang tertebak angin malam.

Semerbak bawang putih tercium dari sosok mereka yang melayang-layang bak hantu gentayangan.
Ya, mereka sengaja mengayamar menjadi hantu.
Hal ini dilakukan untuk menundukan pasukan pemberontak itu.
Pasalnya, pemberontak itu percaya dan sangat takut pada hantu putih.
Hal itulah yang dimanfaatkan anggota Kopassus untuk memberikan serangan ampuh.
Terbukti, saat 'hantu putih' itu mendekat menerobos pintu masuk, para pemberontak gemetar ketakutan.
Padahal, mereka memiliki senjata lengkap, tapi kali ini pemberontak itu tak bisa berkutik.
Kala itu, mereka percaya ada hantu putih di hadapan mereka. Oleh karena itu, mereka tak berani melawan.
Dalam waktu 30 menit, maskas pemberontak pun terkuasai. Sebanyak 3.000 pemberontak menyerah mohon ampun.
Memang terlihat mustahil, Panglima PBB Kongo Letjen Kadebe Ngeso pun seakan tak percaya.
Namun, itu merupakan strategi nyata yang kemudian menjadi legenda dalam sejarah penjaga perdamaian PBB.
Keberhasilan 30 hantu putih ini, membuat warga Kongo kagum.
Warga Kongo bahkan menjuluki si pasukan "hantu putih" ini dalam sebutan "Les Spiritesses".
Kisah perlawanan 30 anggota Kopassus di Kongo sempat ditulis pemilik akun Kaskus, Agung Mina.
Dalam artikel yang ditulisnya berujudul LES SPIRITESSES - Kisah Kontinden Garuda III di Kongo, 1962, menyebutkan kisah rinci ini berdasarkan informasi dari intelijen.
Kisah-kisah Kopassus dan pasukan elite TNI dapat dibaca di Tribunjambi.com.
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: