Kisah Militer

Bukan Soeharto, Kisah Spektakuler Serangan Umum 1 Maret yang Dicetuskan Raja Jogja Sri Sultan HB IX

Serangan umum 1 Maret 1949 merupakan satu diantara pertempuran epik rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah Balanda yang menguasai Kota Jogjakarta

Editor: bandot
Kolase/Ist
Jenderal Belanda dan Sri Sultan HB IX 

TRIBUNJAMBI.COM - Serangan umum 1 Maret 1949 merupakan satu diantara pertempuran epik rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah Balanda yang menguasai Kota Jogjakarta.

Serangan Umum 1 Maret dilancarkan mulai dari pagi hingga tengah hari.

Meski hanya beberapa jam menguasai Kota Jogja, namun serangan yang membawa pesan ke seluruh dunia ini berdampak buruk untuk Belanda.

Sejarah mencatat Serangan Umum 1 Maret diinisiasi oleh Soeharto, namun pada kenyataannya serangan umum 1 maret dicetuskan oleh Raja Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Ketika pada bulan Januari 1946 Ibukota RI berpindah ke Yogyakarta, maka sebagai Raja Yogyakarta, Sultan HB IX harus bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan Presiden Soekarno dan semua stafnya.

Tidak hanya menjamin keamanan semua “rombongan Soekarno” Sultan HB IX bahkan mengeluarkan dana Keraton yang cukup besar untuk menjamin roda pemerintahan RI selama sekitar 4 bulan.

Baca: Sesaat Sebelum Peluru Sniper Menghantam Kepalanya, Ini yang Dikatakan John F Kennedy kepada Istrinya

Baca: Kisah Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang Gagal Naik Haji, Tulisan Tahun 1989

Baca: Komunikasi Dengan Nyi Roro Kidul dan Lihat Hal Suram, Sultan Hamengku Buwono IX Lalu Dukung Soeharto

Sebagai penguasa Yogyakarta yang sedang dijadikan Ibukota Negara, Sultan HB IX juga merupakan panglima perang laskar-laskar perjuangan rakyat yang kemudian dibentuk.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX (profilbos)
Sri Sultan Hamengku Buwono IX (profilbos) ()

Sebagai panglima perang, Sultan HB IX memiliki kepala staf yang sekaligus berperan sebagai orang intelijen, yakni Selo Soemardjan (kelak guru besar Sosiologi Fisip UI).

Untuk menggembleng laskar-laskar rakyat itu Sultan HB IX bersama pasukan RI (Tentara Keamanan Rakyat/TKR) di bawah pimpinan Panglima Besar Soedirman secara rutin menggelar latihan perang.

Suatu kali laskar-laskar pejuang rakyat bersama pasukan TKR berencana menggelar latihan umum yang rencananya akan berlangsung pada 19 Desember 1948.

Tapi pada hari itu pasukan Belanda ternyata melancarkan Agresi Militer II dan berakibat pada jatuhnya kota Yogyakarta (kecuali keraton) dan ditawannya Presiden Soekarno serta Wapres Moh Hatta.

Panglima Besar Soedirman dan pasukannya memilih berjuang di luar kota untuk melancarkan peperangan secara gerilya.

Panglima Besar Jenderal Soedirman bersama pasukan yang dipersiapkan untuk melakukan serangan umum 1 maret
Panglima Besar Jenderal Soedirman bersama pasukan yang dipersiapkan untuk melakukan serangan umum 1 maret ()

Tapi bagi Sultan HB IX peperangan secara gerilya meskipun membuat pasukan Belanda tidak berani keluar markas setiap malam tiba dan terpaksa memberlakukan jam malam belum bisa menarik perhatian internasional (PBB).

Oleh karena itu Sultan HB IX kemudian mencetuskan ide untuk menggelar serangan militer secara terkoordinasi dan melibatkan semua unsur kekuatan terhadap pasukan Belanda yang ada di kota Yogyakarta.

Baca: Pesan Tiket Kereta Api Untuk Lebaran Sudah Dibuka Besok, Senin 25 Februari 2019, Ini Kata Dir PT KAI

Baca: Link Pesan Tiket Kereta Api Lebaran 2019 yang Dibuka 25 Februari Beserta 5 Tips Berburu Tiket Mudik

Baca: Cara Mengirim Foto WhatsApp dengan Kualitas Tinggi Tanpa Bantuan Aplikasi

Sebagai panglima perang sekaligus raja, Sultan HB IX jelas memiliki pengalaman perang yang memadai.

Apalagi dia juga terlibat aktif dalam perjuangan revolusi 1945 dan pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Keamanan.

Maka ide Sultan HB IX untuk melancarkan Serangan Umum 1 Maret 1949 pun langsung ditanggapi positif oleh Panglima Besar Soedirman dan kemudian dilaksanakan.

Panglima besar Jenderal Soedirman
Panglima besar Jenderal Soedirman (Puspen TNI)

Serangan Umum 1 Maret akhirnya sukses dilaksanakan dan membuat militer Belanda makin kelabakan.

Pasalnya serangan spektakuler itu berhasil menarik perhatian internasional.

Atas campur tangan PBB, yang akhirnya memutuskan bahwa Agresi Militer II Belanda merupakan tindakan keliru karena dilakukan di negara yang sudah berdaulat.

Belanda kemudian disuruh PBB menarik mundur pasukannya dari Indonesia.

Langkah Sultan HB IX melalui ide Serangan Umum 1 Maret menunjukkan bahwa selain langkah diplomatik, tindakan berupa peperangan ternyata masih diperlukan untuk mempertahankan kemerdekaan RI.

Baca: Di Balik Uang Panaik, Kisah Pernikahan dengan Panaik Termahal, Rp 1 Miliar Kontan, di Sulawesi

Baca: Emosi Lihat Anak Pacarnya Tak Bisa Berhenti Menangis, Pria Ini Injak Bocah 3 Tahun Sampai Tewas

Baca: VIDEO: Keunikan Sumber Air Asin di Atas Gunung Inum Tinggi Sarolangun, Digunakan Sejak Ribuan Tahun

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved