Pasukan "Dakibu" Kopassus Pemukul Pertahanan Musuh di Puncak Gunung: Ini Dia Aksinya

TRIBUNJAMBI.COM - Sebagai pasukan komando, Kopassus digembleng dengan berbagai pelatihan ekstrem agar

Editor: ridwan
Pasukan dakibu Kopassus saat latihan 

TRIBUNJAMBI.COM - Sebagai pasukan komando, Kopassus digembleng dengan berbagai pelatihan ekstrem agar bisa bertempur di segala medan.

Salah satu kemampuannya adalah bertempur 'secara gila' di tebing-tebing curam yang ada air terjunnya.

Untuk kelengkapan bertempur sambil mendaki tebing-tebing curam atau dikenal sebagai pendaki serbu (dakibu), selain membawa perlengkapan tempur lengkap setiap personel dakibu Kopassus juga membawa perlengkapan panjat tebing.

Tujuan pasukan dakibu Kopassus dalam pertempuran adalah menyerang pasukan musuh secara senyap melalui medan sulit yang tidak diduga oleh musuh.

Baca: Berapa Total Uang yang Dikeluarkan Jika Borong Produk di Indomaret? Youtuber Ini Malakukannya

Misalnya musuh yang sudah merasa aman dan berada di puncak gunung yang terjal tiba-tiba bisa diserbu Kopassus yang secara tiba-tiba bermunculan di sisi lain puncak gunung yang terjal itu.

Kemampaun bertempur di gunung-gunung yang terjal bisa dilaksanakan oleh Kopassus berkat latihan dakibu selama berbulan-bulan sehingga kemampaun dakibu Kopassus setara dengan pemanjat tebing profesional.

Dalam pengambilan baret merah yang menjadi kebanggaan Kopassus setelah lulus pendidikan sekolah komando di Cilacap, Jawa tengah, biasanya baret-baret merah itu juga ditaruh di tebing-tebing terjal dan perlu perjuangan sangat keras untuk mengambilnya.

Baca: Dokter Terawan Terbang ke Singapura, Pantau Kondisi Istri SBY yang Sakit Kanker Darah

Untuk mendapatkan baret merah itu, proses pengambilan baret merah juga dikondisikan seperti sedang di medan perang dan semua siswa pendidikan komando membawa semua perlengakapan tempurnya.

Membiasakan mendaki tebing sambil membawa perlengkapan perang sangat penting.

Pasalnya dalam operasi tempur yang sesungguhnya melalui teknik dakibu, pasukan Kopassus yang sedang menyerbu posisi musuh secara senyap juga harus bisa membawa senjata berat.

Selain mereka juga harus membawa logistik tempur dengan menggunakan `alat transportasi' berupa tali temali untuk panjat tebing.

Rekan yang mendapat luka dalam pertempuran atau gugur saat melaksanakan teknik tempur dakibu juga harus bisa diatasi oleh tim medis.

Baca: Ahok BTP Gabung ke PDIP, Jusuf Kalla Ternyata Tak Setuju, Alasannya Masih Terkait Kasus Lama

Para tim medis itu sambil bergelantungan atau merayap menggunakan tali harus bisa membawa korban atau rekan yang terluka dan kemudian dievakuasi ke tempat yang aman.

Pasukan dakibu ketika sedang bertempur memang memiliki kesulitan yang tinggi karena berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

Oleh karena itu teknik tempur dakibu sebenarnya merupakan serbuan senyap dan sebisa mungkin musuh musuh tidak mengetahui ketika pasukan dakibu sedang merayap di tebing.

Pasalnya jika mereka sampai ketahuan musuh bisa menjadi sasaran tembak yang mudah diincar sekaligus serangan itu, jika datang dari atas juga akan sulit dibalas.

Baca: Masih Jadi Polemik: 5 Fakta Puisi Fadli Zon, Sampai Disebut Syahwat Politik Kubu 02 Terlalu Besar

Dalam latihannya, selain harus mahir mendaki tebing-tebing curam, pasukan dakibu Kopassus juga harus bisa memanjat tebing licin di balik air terjun yang sedang mengalir deras sambil bertempur.

Ketrampilan lainnya adalah kemampuan menyeberangi jembatan tali secara cepat sambil membawa perlengkapan tempur dan dalam keadaan diserang oleh musuh.

Kemampuan sebagai dakibu sebenarnya tidak hanya dikuasai oleh Kopassus tapi ketrampilan ekstrem itu juga dikuasai oleh pasukan-pasukan khusus TNI lainnya seperti Paskhas, Kostrad, Marinir, dan lainnya.

Kemampuan pasukan dakibu memang tidak hanya bermanfaat ketika digunakan dalam peperangan tapi juga bisa diterapkan untuk misi non-perang.

Baca: Hari Ini, Kasus Benih Lobster, Dilimpahkan ke Kejari Jambi, Segera ke Pengadilan

Contohnya adalah pengiriman sebanyak 142 prajurit Kopassus untuk menyelamatkan korban gempa di Lombok beberapa saat yang lalu yang saat itu masih terjebak di Gunung Rinjani.

Prajurit Kopassus yang dikirim menggunakan pesawat C-130 Hercules itu terdiri atas tim pasukan pendaki serbu, tim kesehatan, dan tim perhubungan.

Untuk menunjang kecepatan gerak pasukan dakibu Kopassus ke lokasi korban, TNI juga telah mem-back up dengan menyiapkan dua unit helikopter.

Teknisnya, heli mengangkut pasukan dakibu Kopassus pada ketinggian maksimal yang bisa dicapai setelah itu pasukan dakibu turun untuk melaksanakan operasi penyelamatan.

Baca: BPJS Ketenagakerjaan Bakal Menanggung Penuh Biaya Medis Kecelakaan Kerja, Ini Daftar Hak Peserta

Tapi jika cuaca sedang buruk dan angin bertiup sangat kencang biasanya heli tidak terbang dan pasukan dakibu harus melakukan pendakian dengan cara berjalan kaki.

Namun sebagai pasukan dakibu terlatih, rintangan di gunung harus bisa diatasi menggunakan perlengkapan pendaki dan panjat tebing yang ada tanpa banyak bicara.

Sumber: Pusat Penerangan TNI.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved