Pramugari Garuda Indonesia Duduk 'Membeku' Ketakutan, Peluru Kopassus Berhamburan Dalam Pesawat
Pramugari Garuda Indonesia hanya bisa duduk membeku ketakutan ketika Kopassus mendobrak masuk. Sesaat kemudian, peluru berhamburan di dalam pesawat.
Kemudian, Pontas membalas tembakan pembajak yang berada di dekat pramugari itu menggunakan tembakan semi-otomatik H&K MP5 SD-2.
Tembakan itu langsung melumpuhkan teroris.
Teroris itu tersungkur bersandar pada bahu pramugari yang membeku ketakutan di sampingnya.
Mahrizal menembak dan mengenai Achmad Kirang, seorang anggota Tim Hijau.
Sepertinya, Mahrizal merupakan teroris yang paling keras memberikan perlawanan. Selain menembak Achmad Kirang. Tembakan Mahrizal juga mengenai rekan Ahmad Kirang.
Pasukan Komando segera membalas. Mahrizal tewas di dekat pramugari.
Aksi tim biru dan tim merah juga mendapat perlawanan.
Di dalam pesawat, tim bertemu dengan Zulfikar, teroris yang sempat melemparkan granat. Beruntung, granat tersebut tak meledak karena saat dilemparkan pin pemicunya belum dibuka secara sempurna.
Lalu anggota tim menembak dan melukainya sebelum dia sempat keluar.
Sementara itu, Abdullah Mulyono sempat berusaha merebut senjata anggota Kopassus.
Namun upaya tersebut tidak berhasil, pelaku teror ini ditendang keluar pesawat dan lansung disambut rentetan peluru pasukan Komando yang telah disiagakan di luar pesawat.
Nasib serupa, tertembus peluru, juga dialami Wendy Mohammad Zein. Dia berhasil dilumpuhkan ditembak di dekat pintu darurat.
Para penumpang kemudian disuruh keluar.

Namun, satu diantara pelaku yang bernama Abu Sofyan juga turut turun dengan berpura-pura sebagai penumpang.
Abu Sofyan teridentifikasi setelah penumpang yang mengenalinya memberikan kode kepada pasukan Komando yang berada di landasan.
Ratusan Monyet Turun dari Bukit dan Serbu Pemukiman, Warga Menduga Karena Alasan Ini
Nilai Ekspor Jambi Naik di Akhir Tahun 2018, Tapi Nilai Impor Malah Turun, Ini Sebabnya
Ternyata Dari Sini Asal Sabu yang akan Diselundupkan Ke Lapas Klas II Jambi, yang Libatkan Sipir
Abu Sofyan yang berlari menjauhi pesawat langsung ditembak.
Imran bin Muhammad Zein, pimpinan teroris, selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut. Dia ditangkap Kopassus.
Evakuasi yang luka-luka
Dalam waktu singkat, pasukan lain yang berada di luar pesawat melakukan evakuasi medik terhadap Kirang yang masih sadar, namun mengalami luka-luka tembak menuju Daerah Persiapan 1.
Tim medis juga mencoba menyelamatkan pilot pesawat DC-9 Woyla, Kapten Herman Rante, yang ditembak teroris dalam serangan tersebut.
Dalam aksi kilat tiga menit tersebut, Calon Perwira Achmad Kirang juga mesti gugur mengorbankan nyawanya demi keselamatan para penumpang.
Sedangkan pilot pesawat Garuda Kapten Herman Rante meninggal di Rumah Sakit di Bangkok beberapa hari setelah kejadian tersebut.
Kedua korban peristiwa terorisme ini kemudian dimakamkan di TMP Kalibata.
Pesan Sintong
Dalam briefing terakhir kepada Capa Kirang, Sintong memerintahkan, “Kirang, setelah ketiga pintu terbuka, kamu masuk terakhir. Kalau pembajak ke situ, kamu ndak usah tergesa-gesa.”
Menurut evaluasi Sintong, Kirang terlalu cepat berlari menaiki tangga. Hal itu disebabkan sifat prajurit Komando yang penuh pengalaman tempur itu, sangat agresif.
Ketika masuk, Kirang langsung berhadapan dengan pembajak yang berada di belakang dengan sikap siap menembak.
Firasat gugurnya Achmad Kirang sudah dirasakan rekannya.
Mereka menceritakan Ahmad Kirang sempat menukar rompi antipeluru dengan yang lebih pendek, karena merasa tidak nyaman.
Barangkali, memang sudah menjadi takdirnya gugur di medan laga menjalankan tugas.
Nama Achmad Kirang menjadi pahlawan bagi Kopassus.
Di kampung halamannya, di jantung Kota Mamuju, Sulbar, dibuat Monumen Ahmad Kirang. Ahmad Kirang merupakan prajurit TNI kelahiran Mamuju, kebanggaan Sulbar.
Nama Ahcmad Kirang juga diabadikan menjadi lapangan tempat latihan Sat-81 Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur.
Mengibarkan bendera Kopassus
Operasi pada 31 Maret 1981 itu hanya berlangsung tiga menit.
Usai operasi yang mencengangkan dunia tersebut, para anggota yang terlibat dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat. Achmad Kirang yang gugur di dalam operasi terebut dinaikkan pangkatnya dua tingkat, menjadi menjadi letnan satu anumerta.
Operasi pembebasan sandera DC-9 Woyla mengangkat nama Kopassus TNI AD ke jajaran pasukan elite dunia. Tak ada satu pun sandera yang terluka dalam misi ini. Lima orang pembajak berhasil ditembak mati.
Keberhasilan ini membuat dunia tercengang karena tak menyangka pasukan Indonesia bisa melakukan operasi khusus yang selama ini baru dilakukan militer negara maju.
Siapkan 17 peti mati
Belakangan terungkap, tak cuma negara lain yang ragu dengan peluang keberhasilan operasi.
Kepala Operasi, Letjen Benny Moerdani, pun memperkirakan keberhasilan timnya hanya 50:50.
Benny ternyata menyiapkan 17 peti mati dalam operasi itu.
Hal itu sesuai dengan perkiraan Benny bakal jatuh banyak korban dalam misi pembebasan sandera.
Perkiraan ternyata meleset, karena usai operasi hanya dibutuhkan lima peti jenazah, itupun diperuntukkan bagi para pelaku teror.
Tulisan ini dikutip dari buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, penulis Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009.
Baca kisah-kisah Kopassus dan pasukan elite di Tribunjambi.com.
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
Mayor Umar Nekat Minum Air Aneh Suguhan Warga, Kisah Kopassus Jinakkan 3.000 Pemberontak Sudan
Misi 16 Prajurit Kopassus di Lembah X, Bongkar Fakta Tentang Suku Kanibal di Papua
Ayah dan Anak Masuk Prajurit Kopassus, Akhirnya Semua Jadi Jenderal TNI, Ini Aksinya
Kisah Hartini, Pramugari Garuda Istri Anggota Kopassus, Suami Kerap Tiba-tiba Hilang