Paspampres Selalu 'Angkat Tangan' Saat Soekarno Marah Besar, Sosok Polisi Ini yang Mampu Menghadapi
Bahkan, Paspampres yang biasa berdekatan dengan sosok Soekarno, tidak bisa menghadapi Presiden RI pertama itu saat marah.
Lagi-lagi pelayan menjawab, “Nasinya tidak ada.” Akhirnya, Soekarno berangkat ke Bogor untuk mendapatkan sarapan di sana.
Maulwi Saelan, mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden juga menceritakan penjelasan Soekarno bahwa dia tidak ingin melawan kesewenang-wenangan terhadap dirinya.
“Biarlah aku yang hancur asal bangsaku tetap bersatu,” kata Bung Karno.
Di saat lain, setelah menjemput dan mengantar Mayjen Soeharto berbicara empat mata dengan Soekarno'>Presiden Soekarno di Istana.
Maulwi mendengar kalimat atasannya itu, ”Saelan, biarlah nanti sejarah yang mencatat, Soekarno apa Soeharto yang benar.”
Baca Juga:
UPDATE Bocoran Tanggal Pernikahan Ahok (BTP) dan Puput Nastiti Devi, Tetangga Ungkap Hal Ini
Petani di Kayu Aro, Kerinci Ramai-ramai Buang Kentang dan Sayur Kol ke Jalan Raya, Protes Harga
Deretan Bisnis Eka Tjipta Widjaja Hartanya Rp 205 T, Pendiri Sinar Mas Meninggal di Usia 98 Tahun
Diskon 70 Persen Tiket Pesawat Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Citilink, Nam Air, Ini Rutenya
Maulwi Saelan tidak pernah paham maksud sebenarnya kalimat itu.
Ketika kekuasaan beralih, Maulwi Saelan ditangkap dan berkeliling dari penjara ke penjara.
Dari Rumah Tahanan Militer Budi Utomo ke Penjara Salemba, pindah ke Lembaga Pemasyarakatan Nirbaya di Jakarta Timur.
Sampai suatu siang di tahun 1972, alias lima tahun setelah ditangkap, dia diperintah untuk keluar dari sel.
Ternyata itu hari pembebasannya. Tanpa pengadilan, tanpa sidang, namun dia harus mencari surat keterangan dari Polisi Militer agar tidak dicap PKI.
“Sudah, begitu saja,” kenangnya. (*)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: