Paspampres Selalu 'Angkat Tangan' Saat Soekarno Marah Besar, Sosok Polisi Ini yang Mampu Menghadapi
Bahkan, Paspampres yang biasa berdekatan dengan sosok Soekarno, tidak bisa menghadapi Presiden RI pertama itu saat marah.
Maulani Saelan satu diantara pengawal Soekarno menceritakan bagaimana saat Soekarno marah.
Dilansir dari Intisari, Maulani Saelan dalam buku Maulani Saelan Penjaga Terakhir Soekarno menceritakan Bung Karno sangat akrab dengan para pengawalnya.
Bung Karno suka mengobrol dan bahkan diskusi tentang topik apa saja.
Mengobrol santai memang menjadi kesenangan tersendiri bagi Bung Karno.
Baca Juga:
Penyebab Matinya Ayu Harimau Sumatera Koleksi Kebun Binatang Taman Rimba Jambi Menurut BKSDA
Sinopsis Film Gothika, Halle Berry Jadi Psikiater Kerasukan Arwah, Bioskop Trans TV 23.30 WIB
Warga Bayung Lincir, Tertangkap Tangan Sedang Mengolah 3 Glondong Kayu Ilegal di Kawasan PT. Reki
VIDEO: Kesal Harga Jual Sayuran Murah, Petani di Kayuaro Kerinci, Gelar Aksi Buang Kentang di Jalan
Obrolan santai Bung Karno dengan para personel Paspampres biasa dilakukan di mana saja.
Seperti ketika sedang berada di Istana Negara, Istana Bogor, bahkan ketika Bung Karno bersama para Paspampres sedang melakukan kunjungan ke luar negeri.
Materi yang diobrolkan Bung Karno juga beragam mulai dari lelucon, karya seni, politik, dan perempuan.
Meskipun hampir semua anggota Cakrabirawa merasa nyaman ketika mengobrol dengan Bung Karno, mereka juga ketakutan ketika Bung Karno sedang marah besar.
Sewaktu marah Bung Karno akan memaki-maki tanpa pandang bulu dan tanpa tedeng aling-aling terhadap siapa saja yang ada di dekatnya.

Biasanya kalau sedang marah besar Bung Karno lebih suka memaki-maki menggunakan Bahasa Belanda atau Bahasa Inggris dibandingkan menggunakan Bahasa Indonesia.
Satu-satunya ajudan yang berani menghadap Bung Karno ketika sedang marah bukan dari personel Cakrabirawa tapi dari kepolisian.
Nama ajudan ini adalah Prihatin.
Dalam Bahasa Jawa kata “prihatin” mencerminkan orang yang selalu “tabah dan prihatin”.
Maka jika Bung Karno sedang marah besar, Cakrabirawa selalu menyodorkan Prihatin sebagai tameng.
Bung Karno sendiri sudah paham terhadap “taktik konyol” Cakrabirawa itu.