Paspampres Selalu 'Angkat Tangan' Saat Soekarno Marah Besar, Sosok Polisi Ini yang Mampu Menghadapi
Bahkan, Paspampres yang biasa berdekatan dengan sosok Soekarno, tidak bisa menghadapi Presiden RI pertama itu saat marah.
Selama hidupnya saat menjabat sebagai Presiden pertama RI Bung Karno ternyata cukup akrab dengan pasukan pengawal Presiden (Paspampres) yang saat itu bernama Cakrabirawa
TRIBUNJAMBI.COM - Presiden pertama Indonesia, dikenal dengan sosok yang wibawa dan disegani oleh semua orang.
Bahkan, Paspampres yang biasa berdekatan dengan sosok Soekarno, tidak bisa menghadapi Presiden RI pertama itu saat marah.
Bahkan, bisa dikatakan Paspampres selalu 'angkat tangan' menghadapi Soekarno saat marah besar.
Namun disebut oleh para pelindung Soekarno, hanya sosok polisi satu ini yang bisa menenangkannya dikala Soekarno berang.
Baca Juga:
Saat Soekarno Marah Besar, Hanya Polisi Ini yang Mampu Menghadapinya, Selalu Diandalkan Paspampres
Soekarno Marah Telpon Alex Kawilarang Hingga Berujung Pada Penempelengan Keras Soeharto Karena ini
Bukannya Takut Malah Lakukan Hal Nekat Ini, Saat Soekarno Ditodong Meriam Dibentak Tentara
Cara Soekarno Merayakan Resminya Ia Sebagai Presiden Pertama Indonesia, Cuma dengan 50 Tusuk Sate
Sosok Soekarno merupakan orang yang ditakuti dan disegani.
Tak hanya di Indonesia nama Bung Karno begitu dihormati oleh tokoh-tokoh dunia.
Sikapnya yang tegas membuat orang-orang segan terhadapnya.
Apalagi saat Bung Karno marah, orang-orang terdekatnya sampai ketakutan.
Namun ternyata ada satu diantara sosok yang terbiasa, dan bahkan disodorkan oleh para pengawal untuk meredakan amarah Soekarno saat Bung Karno sedang gusar.
Sosok pria 'pemberani' tersebut merupakan satu diantara pengawal Soekarno.
Pasukan Cakrabirawa atau sekarang bernama Paspamres punya trik jitu untuk meredakan kemarahan Presiden Soekarno.

Saat Soekarno sedang marah besar tak seorang pun berani mendekat termasuk Paspampres.
Hanya pria ini yang berprofesi sebagai polisi yang disodorkan setiap kali Soekarno 'Ngamuk'.
Selama hidupnya saat menjabat sebagai Presiden pertama RI Bung Karno ternyata cukup akrab dengan pasukan pengawal Presiden (Paspampres) yang saat itu bernama Cakrabirawa.
Maulani Saelan satu diantara pengawal Soekarno menceritakan bagaimana saat Soekarno marah.
Dilansir dari Intisari, Maulani Saelan dalam buku Maulani Saelan Penjaga Terakhir Soekarno menceritakan Bung Karno sangat akrab dengan para pengawalnya.
Bung Karno suka mengobrol dan bahkan diskusi tentang topik apa saja.
Mengobrol santai memang menjadi kesenangan tersendiri bagi Bung Karno.
Baca Juga:
Penyebab Matinya Ayu Harimau Sumatera Koleksi Kebun Binatang Taman Rimba Jambi Menurut BKSDA
Sinopsis Film Gothika, Halle Berry Jadi Psikiater Kerasukan Arwah, Bioskop Trans TV 23.30 WIB
Warga Bayung Lincir, Tertangkap Tangan Sedang Mengolah 3 Glondong Kayu Ilegal di Kawasan PT. Reki
VIDEO: Kesal Harga Jual Sayuran Murah, Petani di Kayuaro Kerinci, Gelar Aksi Buang Kentang di Jalan
Obrolan santai Bung Karno dengan para personel Paspampres biasa dilakukan di mana saja.
Seperti ketika sedang berada di Istana Negara, Istana Bogor, bahkan ketika Bung Karno bersama para Paspampres sedang melakukan kunjungan ke luar negeri.
Materi yang diobrolkan Bung Karno juga beragam mulai dari lelucon, karya seni, politik, dan perempuan.
Meskipun hampir semua anggota Cakrabirawa merasa nyaman ketika mengobrol dengan Bung Karno, mereka juga ketakutan ketika Bung Karno sedang marah besar.
Sewaktu marah Bung Karno akan memaki-maki tanpa pandang bulu dan tanpa tedeng aling-aling terhadap siapa saja yang ada di dekatnya.

Biasanya kalau sedang marah besar Bung Karno lebih suka memaki-maki menggunakan Bahasa Belanda atau Bahasa Inggris dibandingkan menggunakan Bahasa Indonesia.
Satu-satunya ajudan yang berani menghadap Bung Karno ketika sedang marah bukan dari personel Cakrabirawa tapi dari kepolisian.
Nama ajudan ini adalah Prihatin.
Dalam Bahasa Jawa kata “prihatin” mencerminkan orang yang selalu “tabah dan prihatin”.
Maka jika Bung Karno sedang marah besar, Cakrabirawa selalu menyodorkan Prihatin sebagai tameng.
Bung Karno sendiri sudah paham terhadap “taktik konyol” Cakrabirawa itu.
Suatu kali ketika sedang beristirahat di Istana Tampaksiring Bali, Bung Karno berkata kepada para personel Cakrabirawa.
“Kamu orang itu terlalu. Ketika saya sedang marah, selalu Prihatin yang kau suruh menghadap. Dia sering saya semprot dan saya tahu dia tidak salah. Saya merasa kasihan sama Prihatin. Lha mbok kalau saya sedang marah, yang disuruh menghadap saya seorang wanita cantik dengan membawa map surat-surat yang harus saya tanda tangani, kan saya tidak jadi marah.” kata Bung Karno.
Baca Juga:
Ihsan Yunus: Keberadan Tempat Wisata Tumbuhkan Ekonomi Rakyat Jambi
Jokowi: Jangan Mencela dan Saling Hina Meski Beda Pilihan, Isi Pidato di Harlah Muslimat NU ke-73
Petani di Kayu Aro, Kerinci Ramai-ramai Buang Kentang dan Sayur Kol ke Jalan Raya, Protes Harga
TERBONGKAR! Kelakuan Vanessa Angel Dibeberkan Ayahnya, Perlakuan Kepada Adik Bikin Geram
Asal Dari Taman Safari, Ini Penyebab Hori Singa Kebun Binatang Taman Rimba Jambi Mati, Gagal Jantung
////
Nasib Tragis Soekarno di Akhir Masa Kepemimpinannya, Nasi Kecap pu Tak Ia Dapat
Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno merupakan sosok yang dikenal tegas dan pemberani.
Menciptakan kemerdekaan bagi Indonesia, ayah Megawati Soekarno Putri ini ternyata di akhir kepemimpinannya dalam pesakitan.
'Sang Fajar' julukan Soekarno merupakan sosok yang berwibawa dan disegani.
Namun di akhir masa kepemimpinannya, permintaan sederhana ini pun di tolak untuknya.
Kisah-kisah tentang mantan presiden Soekarno memang selalu menarik untuk dibahas.
Termasuk kisah tragis kehidupan presiden Soekarno di akhir masa kepemimpinannya.
Kisah ini diambil dari buku bertajuk Maulwi Saelan, Penjaga Terakhir Soekarno.
Buku ini ditulis oleh Asvi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F. Isnaeni, M.F Mukti dan diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas 2014.

Pada suatu pagi di Istana Merdeka, Soekarno minta sarapan roti bakar seperti biasanya.
Langsung dijawab oleh pelayan, “Tidak ada roti.” Soekarno menyahut, “Kalau tidak ada roti, saya minta pisang."
Dijawab, “Itu pun tidak ada.” Karena lapar, Soekarno meminta, “Nasi dengan kecap saja saya mau.”
Lagi-lagi pelayan menjawab, “Nasinya tidak ada.” Akhirnya, Soekarno berangkat ke Bogor untuk mendapatkan sarapan di sana.
Maulwi Saelan, mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden juga menceritakan penjelasan Soekarno bahwa dia tidak ingin melawan kesewenang-wenangan terhadap dirinya.
“Biarlah aku yang hancur asal bangsaku tetap bersatu,” kata Bung Karno.
Di saat lain, setelah menjemput dan mengantar Mayjen Soeharto berbicara empat mata dengan Soekarno'>Presiden Soekarno di Istana.
Maulwi mendengar kalimat atasannya itu, ”Saelan, biarlah nanti sejarah yang mencatat, Soekarno apa Soeharto yang benar.”
Baca Juga:
UPDATE Bocoran Tanggal Pernikahan Ahok (BTP) dan Puput Nastiti Devi, Tetangga Ungkap Hal Ini
Petani di Kayu Aro, Kerinci Ramai-ramai Buang Kentang dan Sayur Kol ke Jalan Raya, Protes Harga
Deretan Bisnis Eka Tjipta Widjaja Hartanya Rp 205 T, Pendiri Sinar Mas Meninggal di Usia 98 Tahun
Diskon 70 Persen Tiket Pesawat Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Citilink, Nam Air, Ini Rutenya
Maulwi Saelan tidak pernah paham maksud sebenarnya kalimat itu.
Ketika kekuasaan beralih, Maulwi Saelan ditangkap dan berkeliling dari penjara ke penjara.
Dari Rumah Tahanan Militer Budi Utomo ke Penjara Salemba, pindah ke Lembaga Pemasyarakatan Nirbaya di Jakarta Timur.
Sampai suatu siang di tahun 1972, alias lima tahun setelah ditangkap, dia diperintah untuk keluar dari sel.
Ternyata itu hari pembebasannya. Tanpa pengadilan, tanpa sidang, namun dia harus mencari surat keterangan dari Polisi Militer agar tidak dicap PKI.
“Sudah, begitu saja,” kenangnya. (*)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: