Dihadang Pasukan Gaib Penjaga Jembatan Angker, Legenda TNI AU, H AS Hanandjoeddin: Biar Saya Hadapi!

Tidak banyak yang bisa diceritakan oleh Indra Cahya, anak dari H AS Hanandjoeddin, anggota TNI AU yang melegenda.

Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/Wikipedia/kekunoan.com
Ilustrasi: H AS Hanandjoeddin Legenda TNI AU dan Pasukan Jawa 

Anak Buah Lari Tunggang Langgang

Mendengar komandannya berang, anak buahnya tetap mencoba mengikuti Hanandjoeddin dari belakang.

Tapi baru saja mau mengikuti, mereka sudah kabur pontang-panting karena melihat sepasukan besar berbaris menjuruskan bedil kunonya pada mereka.

Hanandjoeddin sendiri tak sadar sudah ditinggal kabur anak buahnya.

Mereka yang begitu gagah pantang mundur sejengkal pun saat meladeni tentara Belanda, anehnya langsung ‘ngacir’ saat dihadang tentara berseragam militer jawa kuno yang terkesan gaib.

Ilustrasi
Ilustrasi (Patriot Militer)

Sementara Hanandjoeddin yang meneruskan langkahnya, baru sadar dia ditinggal sendiri saat dikepung seribu pasukan misterius itu.

Kendati sempat merinding, namun Hanandjoeddin memberanikan diri berseru kepada pasukan gaib itu setelah sejenak beristighfar.

Menaklukkan Pasukan Ghaib Dengan Istigfar

“Assalamualaikum! Saya Hanandjoeddin, Komandan Pertahanan di wilayah Watulimo. Kami bermaksud baik menyelamatkan rakyat dan alam daerah ini dari penjajah Belanda. Bantulah perjuangan kami menegakkan kemerdekaan Indonesia. Saya yakin kalian di pihak kami karena perjuangan sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang, sejak zaman Sultan Agung Raja Mataram. Kami hanya melanjutkan cita-cita Beliau. Saya meminta kalian memaklumi kami memutus jembatan penghubung desa ini demi keselamatan rakyat Watulimo. Terima kasih atas pengertiannya, Assalamualaikum!”

Tak lama setelah seruan itu, pasukan gaib tersebut sekonyong-konyong hilang.

Esoknya, anak buah Hanandjoeddin melanjutkan upaya peledakan jembatan.

Uniknya dalam percobaan pertama, bom yang dirakit dan ditanam meledak dan langsung merobohkan jembatan tua tersebut.

Nama H AS Hanandjoeddin dijadikan Nama Bandara Tanjung Pandang

Bandara H AS Hanandjoeddin, Tanjung Pandang
Bandara H AS Hanandjoeddin, Tanjung Pandang (Pos Belitung)

Letnan Kolonel Pas (Purn.) H.A.S. Hanandjoeddin (lahir di Tanjung Tikar, Sungai Samak, Badau, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, 5 Agustus 1910 – meninggal di Tanjung Pandan, Kepulauan Bangka Belitung, 5 Februari 1995 pada umur 84 tahun) adalah tokoh militer Indonesia.

Mengutip dari Wikipedia, Dia pernah menjabat sebagai Bupati Belitung sejak 1967 hingga 1972.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved