Ketika Orang Jawa Kuasai Dibagian Kecil Amerika Selatan 'Suriname', Berawal dari Janji Manis Belanda

Tahu Suriname di Amerika Selata? Sebagian besar penduduknya keturunan Jawa Asli loh bahkan bahasa sehari-hari yang digunakan disana adalah bahasa Jawa

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
intisari
Tenaga buruh Jawa yang datang ke Suriname. 

Keempat, untuk masa 3 bulan pertama seiak tiba di Suriname, para pekerja memperoleh makanan dan barang-barang yang harus dibayarnya kemudian.

Sedangkan pasal terakhir menyebutkan hak setiap pekerja seusai 5 tahun kerja untuk kembali ke Jawa dengan biaya ditanggung majikan.

Baca: Ahmad Dhani: Ini Mau Loe! Tiba-tiba Posting Fotonya di Balik Terali Besi

Baca: Lakukan Kunker ke Paal Merah, Maulana Tak Mau Kerja Copy Paste

Janji gombal

Selain kelima pasal kontrak itu, para buruh Jawa juga diiming-imingi janji lain. Bila si buruh mau memperpanjang kontrak kerjanya, maka ia berhak memperoleh bonus sebesar 20 gulden setiap tahun perpanjangan. Maksimum bonusnya 100 gulden untuk masa 5 tahun.

Pada masa itu upah 60 sen sehari berarti dua kali lipat dari penghasilan buruh di Jawa pada umumnya, yang rata-rata cuma 33 sen sehari. Namun, janji-janji yang menggiurkan itu ternyata tidak berhasil.

Sesungguhnya, di balik bunyi kontrak dan janji yang menggiurkan itu, para kuli kontrak dikenai Poenale Sanctie, yaitu ancaman hukuman badan terhadap kuli kontrak yang minggat atau mangkir.

Bahkan janji dipulangkan gratis ke Jawa dan belakangan janji penghapusan Poenale Sanctie, menurut Dr. Yusuf Ismael, hanyalah teori belaka.  Upah 60 sen juga kebanyakan cuma diberi 30 sen!

Tahun 1951, orang Indonesia di Suriname diharuskan memilih kewarganegaraan. Orang Jawa kelahiran Suriname punya hak otomatis untuk menjadi warga negara Belanda, tapi mereka juga punya hak untuk menolak.

Sedangkan mereka yang kelahiran Indonesia diharuskan memilih, mau menjadi Belanda atau Indonesia. Konon, orang-orang Jawa Suriname waktu itu jadi bingung mengambil keputusan.

Orang Jawa yang berniat menjadi Belanda terus-menerus menyebarkan isyu tentang ruginya menjadi Indonesia. Sebaliknya, mereka yang ingin pulang ke Jawa, meniupkan keuntungannya balik ke ibu pertiwi.

Orang yang cenderung ke Belanda diejek lawannya sebagai segawon- landi (anjing Belanda).

Dalam situasi ini, organisasi sosial Kaum Tani Persatuan Indonesia (KTPI) dan Pergerakan Bangsa Indonesia Suriname (PBIS), bersaing merebut hati masyarakat Jawa di Suriname.

PBIS akhirnya yang berhasil menghimpun peserta dan dana, serta sempat mengirim delegasi ke Jakarta. Pemerintah Indonesia kemudian memberi mereka daerah Tongar di Sumatra untuk tempat tinggal para repatrian Jawa dari Suriname.

Baca: Hasil Malaysia Masters 2019 Babak Perempat Final, Marcus/Kevin dan Greysia/Apriyan ke Semifinal

Baca: Pria Ini Mati Suri 7 Menit, Begini Pengalamannya Saat Merasakan Dirinya Terlepas dari Tubuh

Monumen saat buruh Jawa pertama kali bekerja di Suriname.

Monumen saat buruh Jawa pertama kali bekerja di Suriname.

Rombongan repatrian pertama baru berangkat tahun 1954. Tidak kurang dari 300 KK atau 1.011 jiwa, melaut dengan KM Langkoeas dan mendarat di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Mereka segera diangkut menuju Tongar, Kabupaten Pasaman, sekitar 250 km dari Padang, Sumbar.

Setelah puluhan tahun menetap di sana, kebanyakan eks-repatrian ini lalu menyebar ke berbagai daerah di Sumatra. Mereka akhirnya banyak yang bermukim di Kampung Titian Antui-Duri, di Riau. Kampung itu kemudian bahkan terkenal sebagai Kampung Suriname.

Suriname sendiri, sejak merdeka tanggal 25 November 1975, diguncang kembali oleh keharusan memilih. Belanda atau Suriname? Orang-orang Jawa Suriname yang memilih Belanda kini mengelompok hidup antara lain di daerah Hoogezand, Groningen, Belanda. Di sana juga ada Kampung Suriname.

Suriname memang hanyalah  negara anak bawang yang 'dimerdekakan' Belanda karena pertimbangan ekonomis. Namun, bagi keturunan orang-orang Jawa yang memilih tetap hidup di sana, Suriname kini adalah moederland mereka.

Sedangkan bagi orang-orang Jawa Suriname dan kerurunannya yang kini hidup di Sumatra, Suriname adalah masa lalu. Boleh jadi masa lalu yang pahit, tapi mungkin enak dikenang.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved