Ketika Orang Jawa Kuasai Dibagian Kecil Amerika Selatan 'Suriname', Berawal dari Janji Manis Belanda

Tahu Suriname di Amerika Selata? Sebagian besar penduduknya keturunan Jawa Asli loh bahkan bahasa sehari-hari yang digunakan disana adalah bahasa Jawa

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
intisari
Tenaga buruh Jawa yang datang ke Suriname. 

Kebanyakan dari mereka memang sebenarnya tidak ingin pergi ke "Srinama", begitu mereka menyebut "tanah sabrang" itu. Seperti juga cerita seorang informan wanita pada Dr. Yusuf Ismael (almarhum diplomat senior RI).

"Pada suatu hari, ketika sedang belanja di pasar, saya didekati seorang wanita setengah baya, yang mengaku sebagai teman bibi saya. Dia bilang saya harus buru-buru pergi menemui bibi saya yang sedang menunggu di rumahnya.

Kami  lalu naik andong. Tapi saya heran karena jalan yang ditempuh bukan menuju rumah bibi saya. Menurut wanita itu, bibi saya menunggunya di tempat lain, bukan di rumahnya. Saya lalu dibawa ke sebuah lumbung padi.

Saya jadi ketakutan dan jatuh pingsan selama beberapa saat. Ketika sadar, tahu-tahu sudah berada di atas kapal yang sedang berlayar ...."

Keanekaragaman cara para emigran datang ke Suriname juga dijumpai oleh Dr. Parsudi Suparlan - antropolog UI yang pada tahun 1974 meneliti atas 389 emigran Jawa di Suriname.

Baca: Jelang BLACKPINK Konser di Jakarta, Sebaiknya 4 Hal Ini Wajib Anda Persiapkan Sebelum Nonton

Baca: Hasil Malaysia Masters 2019 Babak Perempat Final, Marcus/Kevin dan Greysia/Apriyan ke Semifinal

Perayaan 120 tahun orang Jawa di Suriname.

Perayaan 120 tahun orang Jawa di Suriname.

193 di antaranya mengaku datang karena ditipu, 9 wanita karena diculik, 70 karena sudah tidak kerasan lagi di Jawa, 90 karena ikut orang tua, saudara atau pasangan hidup dan Cuma 27 yang mengaku karena keinginan sendiri.

Di antara 193 yang merasa ditipu itu, ada 6 orang yang bilang telah disirep terlebih dulu. Sedangkan yang lain ditipu dengan teknik lebih mudah, seperti disuruh cap jempol di atas selembar kertas, tanpa mereka tahu bahwa kertas itu adalah surat perjanjian kontrak sebagai kuli di Suriname.

Sedangkan yang mengaku datang karena keinginan sendiri, ada yang karena menjadi buronan di Jawa.

Sedangkan pihak kompeni sendiri dalam membenarkan tindakan pengangkutan para buruh ini, berdalih bahwa penduduk Jawa sudah terlalu padat.

Sehingga lewat alasan tadi, sejak tahun 1890 - 1939, tercatat 34 kali pengapalan kuli kontrak, dengan jumlah keseluruhan 31.499 orang. Sementara itu jumlah yang kembali ke Jawa, dari tahun 1897 - 1939 dalam 23 kali pengapalan, hanya 8.130 orang.

Kontrak bagi emigran Jawa yang mau atau terpaksa mau menyambung hidup di 'tanah sabrang' itu berisi sejumlah pasal.

Pertama, kontrak kerja berlaku untuk masa 5 tahun kerja berkesinambungan, dengan masa kerja 6 hari seminggu, 7 jam kerja sehari di kebun atau 10 jam kerja di pabrik.

Kedua, pekerja pria usia di atas 16 tahun mendapat upah 60 sen sehari. Sedangkan wanita dan anak-anak usia 10 — 16 tahun mendapat upah 40 sen sehari.

Pasal ketiga mencantumkan keharusan majikan untuk menyediakan tempat tinggal dan perawatan kesehatan gratis.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved