Sengit! Pertarungan Pasukan Khusus Gabungan Indonesia vs Fretelin, Buru Sosok ini Hidup Atau Mati
7 Desember 1975, tanggal yang bakal selalu dikenang oleh Angkatan Bersenjata Indonesia sebagai hari di mana tentara Republik ini
Organisasi dan milisi yang mempertahankan Timtim kala itu, Fretilin/Falintil tak kaget dengan serbuan dari ABRI ini
TRIBUNJAMBI.COM - Siapa bilang Indonesia tidak pernah terlibat dalam perang besar-besaran.
7 Desember 1975, tanggal yang bakal selalu dikenang oleh Angkatan Bersenjata Indonesia sebagai hari di mana tentara Republik ini melaksanakan operasi militer besar-besaran.
Operasi militer tersebut bersandikan Seroja.
Sasarannya ialah bumi Lorosae Timor-Timur (Timtim).
Baca Juga:
Belatung dan Program Militer Maggot, Digunakan Tentara Amerika di Medan Perang
Sebilah Pisau Tradisional Kukri Tetap Dibawa, Tentara Inggris Selalu Dipatahkan Pasukan Gurkha
Di Singapura Pasukan Gurkha Dilarang Keras Menikahi Perempuan lokal, Ternyata Ini Alasannya
Inggris Coba Tutup-tutupi Fakta Pertempuran di Kalabakan Marinir TNI Vs Pasukan Elitenya, 8 Tewas
Ketika Pasukan Spanyol Ketakutan dengan Tentara Hizbullah Hingga Minta Bantuan Kopassus
Pada dini hari tanggal 7 Desember 1975, pasukan Lintas Udara Kostrad dan Kopassandha mengeruduk Dili dari langit, menandakan invasi dimulai.
Dalam operasi Seroja berbagai taktik militer dipraktekan oleh ABRI, baik operasi Clandestine, Lintas Udara (Linud) dan pendaratan Amphibi oleh Korps Marinir.
Organisasi dan milisi yang mempertahankan Timtim kala itu, Fretilin/Falintil tak kaget dengan serbuan dari ABRI ini.
Mereka berusaha melawan dan menimbulkan jatuhnya korban tak sedikit dari ABRI.
Namun Fretilin kewalahn juga, mereka terpaksa mundur ke hutan karena kemampuan tempur para personil ABRI memang jauh diatas mereka.
Beranjak ke Desember 1978, Panglima TNI M Jusuf memerintahkan untuk menangkap presiden Fretilin Nicolao Lobato.
"Tangkap Nicolao Lobato, hidup atau mati!" tegas panglima kepada Kolonel Dading Kalbuadi selaku komandan operasi Seroja seperti dikutip dari : Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit.
ABRI kemudian membentuk pasukan gabungan yang dinamai Batalyon Parikesit.
Yon Parikesit berisikan prajurit dari kesatuan elit macam Kopassandha (Kopassus), Marinir serta Kopasgat (Paskhas).
Tugas mereka cuma satu : eliminasi Lobato!
Konsep perburuan Yon Parikesit menggunakan taktik Mobile Udara (Mobud) dimana pasukan akan diterjunkan menggunakan helikopter melalui tali (fast ropping) di titik pendaratan.
Operasi segera dimulai, debut pertempuran Yon Parikesit terjadi di wilayah Laklobar dan Soibada.
Di sana tim berhadapan dengan pasukan pengawal Lobato.
Baca Juga:
Belum Juga Terpilih, Caleg Partai Nasdem ini Sudah Ganti Status Pekerjaan di e-KTP Jadi Anggota DPRD
Waspada Tumbuh Benjolan Seperti Ini di Kulit, Belum Ada Obatnya! Kenali Gejalanya Ini
Saksi Meringankan Dari Kemenkes Belum Hadir, Sidang Kasus Alkes Puskesmas Dinkes Bungo Ditunda
Calon Istri & Mantan Ammar Zoni ini Sama-sama Blasteran, Lihat Cantiknya Irish Bella dan Ranty Maria
Bawaslu Bungo Sidangkan Pelanggaran Administrasi Pemilu Caleg Masih Jabat Perangkat Desa
Seakan tak cukup mengerahkan Yon Parikesit, ABRI mengirim pula pasukan elit Nanggala-28 pimpinan Kapten Prabowo Subianto, Kompi Yonif Linud 700 Kodam XIV, satu kompi Yonif Linud 401 Banteng Raiders dan Batalyon 744 Somodok pimpinan Mayor Yunus Yosfiah.
30 Desember 1978, Kapten Prabowo melapor pada Mayor Yusuf Yosfiah jika anggotanya ada yang memergoki pergerakan sejumlah besar pasukan Fretilin ke arah Selatan.
Hal ini dinilai janggal karena Fretilin amat jarang mengerahkan pasukan besar yang bergerak bersama-sama, dugaan kuat pasti Lobato ada ditengah-tengah mereka.
Laporan ini lantas diteruskan kepada Kolonel Sahala Radjagukguk yang berada di lapangan untuk memperketat pengepungan kepada pasukan Lobato.
Kapten Prabowo juga diberi tugas mengkoordinasikan pengepungan dengan seluruh kekuatan yang ada.
Nanggala-28 kemudian meluncur ke lokasi pengepungan, tanpa basa-basi lagi langsung menarik pelatuk senapan menyiram Lobato dan pasukannya.
Adu pelor silih berganti antar kedua belah pihak, sengit, semerbak bau mesiu dimana-mana.
Sejumlah pengawal Lobato tewas, namun presiden Fretilin itu tak mau menyerah.
Ia mencoba melarikan diri bersama sisa pengawalnnya.
Baca Juga:
Polres Bungo Sita 8,64 Gram Sabu di Sebuah Rumah Daerah Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Muara Bungo
Penyakit Kanker Hati Baru Terlihat Setelah Stadium Lanjut, Waspada Jika Alami 11 Pertanda Ini
VIDEO: Kocak! Detik-detik Anak Kecil Peluk-peluk dan Memohon Kepada Polisi Saat Tertangkap Razia
Postingan Terbaru Ustaz Arifin Ilham Ini Sudah Disukai Hampir 100 Ribu Kali, Banjir Ucapan Syukur
Nasib Warisan Olga Syahputra Setelah 4 Tahun Ditinggal Pemiliknya dan Kondisi Keluarganya Saat ini
Namun nahas pelariannya disekat oleh Yon 744 Somodok pada 31 Desember 1978.
Pertempuran jarak dekat terjadi antara Yon 744 Somodok dan pasukan Lobato.
Seperti dikutip dari Kiki Syahnakri : Timor Timur The Untold Story, pelarian Lobato berakhir setelah ia ditembak oleh Sertu Jacobus Maradebo, seorang prajurit ABRI asli Timor Timur tepat di dadanya.
Usai dipastikan tewas, Panglima TNI M Jusuf melapor ke Presiden Soeharto jika pentolan utama Nicolao Lobato berhasil dieliminasi.
Artikel ini telah tayang di Gridhot dengan Judul "Pertempuran Sengit Pasukan Khusus Gabungan Indonesia Ketika Buru Presiden Fretilin Saat Konflik Timor Timur"
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/ilustrasi-kopassusgab_20180526_203112.jpg)