Sarung Jadi Pilihan Jokowi Untuk Dikenakan Jelang Tahun Baru 2019, Ternyata Ada Filosofinya

Meski tidak merayakan ke luar kediaman, Jokowi yang ditemani putra bungsunya Kaesang Pangarep, memandang tahun baru 2019 dengan penuh optimisme.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kris/Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Jokowi bareng pegawai dan staf istana Bogor sambut Tahun Baru 2019 

Filosofi Kain Sarung Untuk Pilpres 2019

Kain sarung yang dipilih Presiden Jokowi untuk menyambut tahun baru 2019 ternyata penuh makna filosofis.

Bupati Kabupaten Kampar, Jefry Noer, pernah mengungkapkan filosofi kain sarung tersebut.

“Kain sarung mengandung filosofi yang luar biasa. Mengapa? karena kain sarung jika dikenakan untuk menutup kepala, maka kaki akan kedinginan dan jika ditutup kaki, maka kepala kedinginan,” kata Jefry Noer, di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Senin (9/3/2015) dilansir dari Warta Kota.

Menurut dia, kain sarung mengandung makna filosofi yang dalam, mengajarkan orang untuk senantiasa belajar untuk menerima hidup apa adanya tanpa meninggalkan perjuangan demi masa depan yang cerah.

“Orang yang pintar, ketika mengenakan kain sarung yang tidak sampai ke kepala dan kaki, maka akan menggulungkan tubuhnya hingga menyerupai udang dan pada akhirnya tertutup kepala dan kaki. Jadi tidak lagi kedinginan,” katanya.

Baca Juga:

Ramalan Shio Babi Tanah Tahun 2019, Apakah Shio Milikmu Termasuk yang Beruntung atau Tidak Tahun ini

Pernah Terjun di Misi Pembebasan Sandera Somalia, Doni Monardo Akan Dilantik Jokowi Jadi Kepala BNPB

Rela Tinggalkan ITB saat Lihat Aksi Kopassus, Doni Monardo, Sosok Kepala BNPB Baru Pilihan Jokowi

Menurut Jefry, maksa filosofi kain sarung sangat luar biasa, mengajarkan orang untuk sabar dan mencukup-cukupi apa yang ada, hanya bagaimana memutar otak agar mendapatkan yang belum ada.

Jangan coba-coba, kain sarung itu ditambah lebar dan panjangnya, karena menurut dia hal itu justru akan mengubah namanya menjadi selimut, tidak lagi kain sarung.

Presiden Jokowi sambut Tahun Baru 2019 di Istana Bogor bareng pegawai Istana
Presiden Jokowi sambut Tahun Baru 2019 di Istana Bogor bareng pegawai Istana (Kris/Biro Pers Sekretariat Presiden)

Selain itu, lanjut Jefry, kain sarung juga memiliki kegunaan yang banyak, selain untuk selimut juga bisa untuk shalat, dan bisa juga untuk handuk dan kerudung penutup kepala.

Maknanya menurut dia adalah, orang yang hidup dengan filosifi kain sarung akan mampu hidup walau dengan kondisi susah, dan akan mudah memecahkan segala persoalan yang dihadapinya.

Jefry Noer menceritakan, dirinya merupakan orang yang senantiasa belajar dari pengalaman hidup susah.

Ketika kecil, meski keluarga merupakan kalangan orang berada, namun dia telah merasakan hidup susah sebagai pedang kue.

“Ketika itu umur saya masih kurang dari sepuluh tahun, masih duduk di bangku sekolah dasar. Namun saya telah merasakan susahnya hidup, mencari uang dengan berjualan kue,” katanya.

Jefry juga mengatakan, dirinya sempat tidur di pinggur jalan, dekat emperan toko bersama teman-teman semasa itu.

“Makna filosofi kain sarung telah saya pelajari sejak saat itu. Ditutup kepala kaki kedinginan, ditutup kaki kepala kedinginan. Hingga akhirnya saya menggulungkan badan hingga kain sarung menutup kepala dan kaki,” katanya.

Baca Juga:

Ramalan Roy Kiyoshi yang Terbukti Selama Tahun 2018, Mulai Kisah Artis & Bencana Alam Mengerikan

Tunggakan Tagihan Listrik di Jambi Capai Rp 17 Miliar, Pelanggan di 5 Daerah Ini Terbanyak

Ketika Kekuasaan Soeharto Tumbang Karena Tak Dengarkan Teguran Sosok yang Ia Kagumi ini dan Menyesal

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved