5 Pesawat Berputar-putar 20 Menit, Ada Peristiwa Aneh 'Gelombang Tsunami' di Langit Makassar
Penyebabnya adalah adanya awan berbentuk gelombang tsunami, atau awan kumumonimbus yang menggulung
Pemandangan Langka 'Gelombang Tsunami' di Langit Makassar, 5 Pesawat Berputar-putar 20 Menit
TRIBUNJAMBI.COM - Sebanyak lima pesawat yang hendak mendarat di di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, harus menunggu cuaca membaik.
Penyebabnya adalah adanya awan berbentuk gelombang tsunami, atau awan kumumonimbus yang menggulung Kota Makassar.
Kelima pesawat tersebut terpaksa berputar-putar di ruang udara Makassar hingga 20 menit, dan baru bisa mendarat saat cuaca mulai membaik.
Baca: Jadwal Turnamen Badminton Malaysia Masters 2019, Marcus/Kevin Hadapi Ungulan India
Baca: Kisah Orang Kayo Hitam dan Keris Siginjai yang Melegenda, Hingga Terbunuhnya Pembuat Keris Sakti
Baca: Jadi Inspirasi, 3 Konsep Prewedding Ini Bakal Booming di Tahun Baru 2019, Pemandangan yang Indah
Baca: Kopi Maut Renggut Nyawa Si Cantik Mirna, Ini Cara Jessica Kumala Wongso Lolos Jerat Vonis 20 Tahun
Hal itu disampaikan General Manager AirNav Indonesia cabang Makassar Air Traffic Service Centre (MATSC) Novy Pantaryanto saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (2/1/2019).
“Saat awan kumulonimbus menggulung di langit Kota Makassar, Selasa (1/1/2019) sore, ada lima pesawat yang mengalami penundaan mendarat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Pesawat itu berputar-putar terlebih dahulu di atas sekitar 15 hingga 20 menit, lalu mendarat setelah cuaca mulai membaik,” ungkap Novy.
Novy mengatakan, awan berbentuk gelombang tsunami tersebut merupakan awan yang sangat berbahaya.
Di dalam gumpalan awan kumulonimbus itu terdapat partikel-partikel petir, es, dan lain-lainnya yang sangat membahayakan bagi penerbangan.
Awan kumulonimbus inilah yang paling dihindari pilot karena di dalam awan itu juga terdapat pusaran angin.
“Sangat mengerikan itu awan kumulonimbus. Kalau kita liat angin puting beliung, ekor angin itu ada di dalam awan kumulonimbus. Awan ini juga dapat membekukan mesin pesawat, karena di dalamnya terdapat banyak partikel-partikel es. Terdapat partikel petir dan sebagainya di dalam awan itu,” terangnya.
Meski awan kumulonimbus dianggap membahayakan bagi penerbangan, kata Novy, pihaknya telah mempunyai alat radar cuaca pada rute penerbangan yang bisa melacak cuaca hingga radius 100 km.
Oleh karna itu, jika terlihat awan kumulonimbus pada radar, pihaknya langsung menyampaikan hal itu dan pilot akan membelokkan pesawat hingga 15 derajat.
“Tidak ada pilot yang berani menembus awan kumulonimbus. Jadi kita mempunyai radar cuaca dan berkoordinasi dengan BMKG sehingga data dari BMKG yang diperoleh terkait cuaca buruk akan disampaikan kepada pilot. Jadi cuaca buruk yang terjadi, aman bagi lalu lintas penerbangan,” terangnya.
Novy menambahkan, awan kumulonimbus berada diketinggian 1.000 hingga 15.000 kaki sehingga penerbangan dengan ketinggian 30.000 hingga 40.000 kaki aman bagi pesawat.
Baca: Makanan Rahasia Jokowi, Pramugari Pesawat Kepresidenan Pun Tak Berani Bocorkan, Mengapa?
Baca: Daftar 40 HP Tak Bisa Pakai WhatsApp Mulai 1 Januari 2019, dari Nokia hingga iPhone
Baca: Perjalanan Kasus Si Kopi Maut, Kesedihan di Balik Gestur Jessica Kumala Wongso
Baca: BMKG Temukan Retakan Baru di Gunung Anak Krakatau, Warga Sekitar Diminta Waspada
“Jadi, lalu lintas penerbangan aman jika ada cuaca buruk yang mengancam,” tambahnya.
Penjelasan BMKG
Pada awal tahun 2019, warga Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dikejutkan dengan munculnya awan berbentuk gelombang tsunami. Awan berbentuk gelombang tsunami itu diabadikan sejumlah warga kota Makasar dan diunggah ke media sosial.
Awan berbentuk gelombang tsunami itu muncul pada Selasa (1/1/2019) sore.
Awan itu terlihat menggulung hitam pekat berbentuk gelombang tsunami di atas langit Kota Makassar.
Warga yang merekam video awan gelombang tsunami tersebut di dalam area Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar pun mengunggahnya ke media sosial.
Menurut prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Nur Asia Utami, yang dikonfirmasi pada Rabu (2/1/2019) pagi, peristiwa munculnya awan gelombang tsunami itu dikenal sebagal cell awan kumulonimbus yang cukup besar.
Berbahaya Biasanya, awan kumulonimbus tersebut disertai hujan deras, petir, dan angin kencang.
Baca: Jadwal Debat Capres dan Cawapres Pilpres 2019, 5 Kali Debat Disiarkan Langsung Sejumlah TV Indonesia
Baca: jarang Terekspos, Potret Kemesraan Kaesang Pangarep dan Felicia Tissue, Disebut Calon Menantu Jokowi
Baca: Trending Twitter #harmbatnas di Hari Pertama Masuk Sekolah, Apa Maksud dan Tujuannya?
“Peristiwa tersebut dikenal sebagai cell awan kumulonimbus yang cukup besar, biasanya menimbulkan hujan deras disertai kilat atau petir dan angin kencang. Periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya, bisa 1-2 jam,” katanya.
Nur Asia Utami menuturkan, awan kumulonimbus ini berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, khususnya pesisir barat dan selatan.
“Awan kumulonimbus bisa terjadi di beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Bahkan, di Kota Makassar awan ini bisa tumbuh kembali,” tuturnya.
Nur Asia Utami menambahkan, awan kumulonimbus ini sangat berbahaya. Bahkan, membahayakan bagi lalu lintas penerbangan. (*)