BMKG Temukan Retakan Baru di Gunung Anak Krakatau, Warga Sekitar Diminta Waspada

Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG) menemukan retakan baru di badan Gunung Anak Krakatau.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
(Intisari)
Gunung Anak Krakatau meletus sebayak 49 kali sepanjang Jumat (3/8/2018) pagi 

BMKG Temukan Retakan Baru di Gunung Anak Krakatau, Warga Sekitar Diminta Waspada

TRIBUNJAMBI.COM - Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG) menemukan retakan baru di badan Gunung Anak Krakatau.

Kepala BMKG, Prof Dwikorita Karnawati menyampaikan, retakan muncul setelah gunung mengalami penyusutan dari sebelumnya 338 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadi hanya 110 mdpl.

Hal itu disampaikan Dwikorita di Posko Terpadu Tsunami Selat Sunda, Labuan, Kabupaten Pandeglang, Selasa (1/1/2019).

"Pantauan terbaru kami lewat udara, gunung sudah landai, asap mengepul dari bawah air laut tapi di badan gunung yang tersisa di permukaan, ada celah yang mengepul terus mengeluarkan asap, celah itu pastinya dalam, bukan celah biasa," kata Dwikorita dikutip TribunSolo.com dari Kompas.com.

Dia mengatakan, terdapat dua retakan baru dalam satu garis lurus di salah satu sisi badan Gunung Anak Krakatau.

Dirinya menduga retakan terjadi lantaran adanya getaran tinggi yang muncul saat gunung erupsi.

Baca: Untuk Ikut Olimpiade Tokyo 2020, Ini Persiapan yang Dilakukan Lalu Muhammad Zohri

Baca: Trending Twitter #harmbatnas di Hari Pertama Masuk Sekolah, Apa Maksud dan Tujuannya?

Baca: Siswi SMP Diperkosa Bergilir 4 Pria Hingga Tewas, Tiga pelaku Ditangkap Polisi, Begini Kronologinya

Adanya retakan tersebut, dikatakan Dwikorita, membuat pihaknya khawatir, lantaran kondisi bawah laut Gunung Anak Krakatau saat terdapat jurang di sisi barat hingga selatan.

"Yang kami khawatirkan di bawah laut curam, di atas landai jika retakan tersambung, lalu ada getaran, ini bisa terdorong, dan bisa roboh (longsor)," ujar dia.

Bagian badan gunung yang diduga akan longsor karena retakan tersebut, bervolume 67 juta kubik dengan panjang sekitar 1 kilometer.

Potensi tsunami susulan

Volume tersebut lebih kecil dari longsoran yang menyebabkan tsunami pada 22 Desember 2018 lalu sekitar 90 juta kibik volume longsoran.

"Jika ada potensi tsunami, tentu harapannya tidak seperti yang kemarin, namun kami meminta masyarakat untuk waspada saat berada di zona 500 meter di sekitar pantai," kata dia.

Untuk memantau adanya tsunami yang disebabkan oleh Gunung Anak Krakatau, BMKG sudah memasang alat berupa sensor pemantau gelombang dan iklim.

Sensor tersebut dipasang di pulau Sebesi yang jaraknya cukup dekat dengan Gunung Anak Krakatau.

Baca: 22 Hari Lagi Ahok Bebas, Diluar Dugaan, Ternyata Ini Agenda Pertama yang Bakal BTP Lakukan

Baca: Ini Sederet Merek Ponsel (HP) yang Tidak Bisa Gunakan Aplikasi WhatsApp Mulai Januari 2019

Baca: Pengumuman Hasil Akhir CPNS 2018 Kemendikbud, Ini Tahapan Selanjut yang Harus Dilakukan

Halaman
12
Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved