TRIBUNNERS
Tingginya Pengangguran Lulusan SMK di Jambi, Perlukah Jurusan SMK Dievaluasi?
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk yang berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 7,75 persen
TRIBUNJAMBI.COM - Pada hari jumat tanggal 14 Desember 2018, sebuah koran harian memuat berita berjudul Jurusan SMK Dievaluasi.
Dalam berita tersebut disampaikan bahwa Dinas Pendidikan Provinsi Jambi akan melakukan pemetaan dan evaluasi program keahlian di SMK.
Hal ini untuk menjalankan arahan pemerintah pusat dan menjawab tantangan bahwa SMK penyumbang pengangguran terbesar.
Langkah tersebut memang patut diapresiasi sebagai suatu terobosan baru dunia pendidikan SMK di Provinsi Jambi, namun tentunya perubahan dan evaluasi tersebut tetap harus didukung oleh data.
Sumber data boleh darimana saja, yang pasti harus bisa dipertanggungjawabkan.
Berita Resmi Statitistik yang dikeluarkan BPS Provinsi Jambi pada tanggal 5 November 2018 menyatakan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) periode Agustus 2018 sebesar 3,86 persen atau turun sebesar 0,01 poin dibandingkan periode Agustus 2017.
Baca: Peruntungan di Tahun Babi 2019 untuk 12 Shio, Analisa Master Feng Shui dari Filipina
Baca: VIDEO: Letusan Dahsyat Gunung Anak Krakatau Dua Bulan Sebelum Tsunami Selat Sunda
Baca: Video Panas Mirip Marion Jola dan Aura Kasih, 5 Skandal Seleb yang Menghebohkan Sepanjang Tahun 2018
Namun ada hal menarik dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk yang berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 7,75 persen atau lebih tinggi dari TPT secara umum.
Bahkan dalam empat tahun terakhir diketahui bahwa TPT yang berpendidikan SMK selalu menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan TPT pendidikan yang lainnya.
Namun yang patut diingat bahwa fenomena ini juga berlaku pada tingkat nasional dimana Tingkat Pengangguran Terbuka untuk yang berpendidikan SMK menjadi yang tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya.
Angkatan kerja lulusan SMK
Ketika berbicara tentang pengangguran maka tidak akan bisa terlepas dengan apa yang dimaksud Angkatan Kerja, hal ini penting karena angkatan kerja menjadi pembanding terhadap jumlah pengangguran.
Angkatan kerja yang dimaksud adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja atau berusaha, pengangguran, serta orang yang punya pekerjaan atau usaha namun sementara tidak bekerja.
Hal yang perlu dipahami dari angka tingkat pengangguran terbuka SMK diatas adalah bahwa secara jumlah (absolut) pengangguran yang berpendidikan SMK sebetulnya lebih sedikit dibandingkan dengan pendidikan SMA/MA.
Namun menjadi berbeda ketika yang jadi pembanding adalah jumlah angkatan kerja menurut masing-masing jenjang pendidikan, maka diperolehlah TPT untuk SMK yang sebesar 7,75 persen, dengan kata lain tingkat kesempatan kerja lulusan SMK lebih rendah daripada SMA/MA.
Penyebabnya bisa jadi karena Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) SMK lebih tinggi dibandingkan TPAK SMA/MA, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari di suatu wilayah.
Baca: Patroli TNI AL Temukan Korban Tsunami Banten Terdampar 9 Hari, Bertahan Hidup Apa Saja Dimakan
Baca: Mahasiswa Yogyakarta Asal Bungo, Kumpulkan Rp 1,6 Juta untuk Korban Tsunami Lampung-Banten
Baca: 5 Cara Merawat Wajah Tanpa Biaya Sepeserpun, Kulit Bersih Berseri Seperti Wajah Gadis Korea
Berdasarkan data Sakernas Agustus 2017 diketahui bahwa TPAK SMK mencapai 76,05 persen berbanding SMA/MA yang sebesar 68,93 persen.
Tingginya angka TPAK SMK sangat wajar karena ketika seseorang memilih jalur pendidikan SMK sebetulnya dari awal mereka menargetkan ketika lulus untuk langsung mencari kerja, dengan kata lain mereka akan menjadi angkatan kerja.
Berbeda halnya dengan SMA/MA yang ketika lulus ada rencana untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Apa yang terjadi dengan lulusan SMK.
Apabila melihat dari profil pengangguran SMK terlihat bahwa penganggur SMK didominasi berada pada usia muda dibawah 21 tahun.
Pada level ini tenaga kerja tersebut bisa ditaksir sebagai tenaga kerja yang belum ada pengalaman, padahal pada sisi permintaan tenaga kerja ternyata banyak yang mensyaratkan harus ada pengalaman kerja.
Sebetulnya apabila dibandingkan dengan SMA/MA, lulusan SMK lebih siap untuk bekerja dan punya keahlian khusus sekalipun belum mempunyai pengalaman kerja.
Dalam posisi inilah pentingnya sertifikasi lulusan SMK, sehingga meskipun belum pengalaman namun dengan dimilikinya sertifikat maka kompetensi lulusan SMK sudah teruji dan tidak perlu diragukan lagi keahliannya.
Jurusan SMK apa yang dibutuhkan pasar kerja?
Pertanyaan tersebut sebetulnya membutuhkan kajian lebih dalam, namun ada sedikit gambaran bahwa persoalan missmatch pekerjaan dengan pendidikan tidak hanya terjadi untuk yang berpendidikan SMK namun di semua jenjang pendidikan.
Pasar tenaga kerja (diluar pemerintahan) jaman sekarang sudah tidak kaku, artinya pemberi kerja sudah fleksibel dalam kriteria pendidikan calon tenaga kerjanya, persyaratan hanya bersifat umum menurut jenjang pendidikannya saja.
Melihat komposisi pasar kerja di Provinsi Jambi sebetulanya porsi tenaga kerja SMK memang masih sangat kecil, dalam 2 tahun terakhir saja hanya berkisar 6-8 persen.
Artinya jumlah lulusan SMK ini harus diarahkan membentuk lapangan kerja baru, karena memang tidak akan tertampung semua di pasar kerja.
Pemilihan jurusan SMK menjadi penting disini, keahlian yang didapat di SMK harus bisa langsung dipakai oleh para lulusan secara mandiri.
Mungkin yang masuk kriteria ini adalah jurusan yang sifatnya teknik dan teknologi, berbeda halnya jurusan yang sifatnya administrasi memang cenderung akan mencari kerja atau mennjadi karyawan/pegawai/buruh.
Perkembangan teknologi infromasi yang begitu masif dalam beberapa tahun terkahir termasuk didalamnya dunia teknologi dan rekayasa menjadi pasar tenaga kerja yang begitu potensial bagi lulusan SMK.
Berdasarkan data Sakernas Agustus 2017 diketahui bahwa tingkat pengangguran terbuka untuk jurusan SMK teknik dan teknologi informasi jauh lebih rendah dibandingkan dengan jurusan lainnya.
Artinya tingkat kesempatan kerja lulusan SMK jurusan teknik dan teknologi informasi jauh lebih tinggi dibandingkan jurusan SMK lainnya.
Keuntungan lainnya lulusan dari jurusan ini adalah ketika masuk ke pasar kerja mereka punya dua pilihan apakah masuk pasar kerja sebagai karyawan/pegawai, bisa juga berusaha atau membuka usaha baru karena keahlian di bidang teknik dan teknologi bisa diterapkan secara mandiri.
Dewasa ini juga peminatan generasi milenial terhadap teknologi begitu besar, sehingga ketika SMK membuka dan memperluas jurusan teknik dan teknologi secara masif diharapkan dapat menarik minat para siswa generasi milenial untuk memilih SMK dibandingkan dengan SMA/MA. Semoga tantangan di era bonus demografi dapat dijawab dengan angkatan kerja lulusan SMK yang sangat berkompeten , bermutu dan kreatif sesuai dengan slogannya yaitu SMK Bisa.
Oleh : Syaeful Muslih
Statistisi di BPS Provinsi Jambi
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/pengangguran-ilustrasi.jpg)