Nama Egianus Kogoya Tak Setenar Aksinya, Sosok Berpengaruh di Bumi Cendrawasih ini pun Tak Kenal

Nama Egianus Kogoya Tak Setenar Aksinya, Sosok Berpengaruh di Bumi Cendrawasih ini pun Tak Kenal

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Facebook TPNPB
Pimpinan KODAP III Ndugama, Egianus Kogeya 

Nama Egianus Kogoya Tak Setenar Aksinya, Sosok Berpengaruh di Bumi Cendrawasih ini pun Tak Kenal

TRIBUNJAMBI.COM - Sepak terjang Pemimpin Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, Egianus Kogoya, cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia.

Bahkan dalam beberapa pekan terakhir ini, pencarian namanya di mesin Google mencapai angka sekitar 1.340.000 hasil ditemukan.

Tetapi bagi sosok yang sangat dikenal satu ini di 'Bumi Cendrawasih'. Nama Egianus Kogoya tidak terlalu familiar bagi telinga orang terpandang satu ini.

Ya dia adalah Inspektur Jenderal Polisi Paulus Waterpauw, sudah malang-melintang di Papua selama 14 tahun.

Baca Juga:

Inilah Sosok PU Panglima Tinggi KKB yang Sadis, Pangkatnya Lebih Tinggi dari Egianus Kogeya

Orang Berpengaruh di Papua Ini Sebut Egianus Kogeya Tak Dikenal, Ungkap Tujuan Sebenarnya Aksi KKB

Ternyata Senjata KKB Papua Penuhi Standar NATO, Inilah 4 Jenis & Spesifikasi Perangkat Perang TPNPB

Dia berdinas di Bumi Cendrawasih dan pernah menjabat sebagai Kapolda Papua, Kapolda Papua Barat, Wakapolda Papua, Direktur Reserse dan Kapolres Mimika.

Putra asli Fakfak, umur 55 tahun itu sangat paham seluk-beluk setempat, termasuk mengenai kelompok bersenjata yang dia sebut sebagai kelompok pemuda 'free man' penembak mati 16 orang pekerja PT Istaka Karya, di Habema-Mugi, Kabupaten Nduga, 1 Desember lalu.

Irjen Pol Paulus Waterpauw, mantan Kapolda Papua.
Irjen Pol Paulus Waterpauw, mantan Kapolda Papua. (Kompas.com/Kristian Erdianto)

Berikut ini wawancara eksklusif wartawan Tribun Network, Amroyono Prakoso dan Domu D Ambarita dengan Paulus Waterpauw, juga mantan Kapolda Sumatera Utara, yang saat ini bertugas di Mabes Polri.

Wawancara berlangsung santai sambil santap siang di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (17/12) siang.

Baca Juga:

KPK Bongkar Dugaan Proyek Fiktif, Dua Pegawai Waskita Diduga Kantongi Uang Korupsi Rp 186 miliar

Ucapan Selamat Hari Ibu 22 Desember Dalam Bahasa Indonesia dan Inggris Untuk Status FB, IG, atau WA

Ditanya Soal Keberadaan Bilik Bercinta di Lapas Sukamiskin, Ini Kata Setya Novanto

Tribun: Soal insiden di Nduga, pada 1 Desember lalu, menurut informasi, penyerangan dilakukan kelompok Egianus Kogoya. Apakah selama bertugas di Papua, anda mengenal nama Egianus Kogoya?

Paulus: Tidak. Saya baru tahu nama itu. Dia mungkin orang baru, ya. Saya belum pernah dengar nama itu sebelumnya. Nama pimpinan yang terkenal sekali sampai sekarang itu adalah Goliath Tabuni. Dulu ada Kelik Kwalik (seorang pemimpin separatis senior dan komandan dari sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kelik meninggal di Timika, 16 Desember 2009, Red). Kalau Egianus itu, saya tidak mengetahui.

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang disebut Irjen Paulus sebagai kelompok 'Free Man'
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang disebut Irjen Paulus Waterpauw, mantan Kapolda Papua, sebagai kelompok 'Free Man' (Tribun Jogja)

Tribun: Apakah anda, yang selama 14 tahun bertugas di Papua, mengetahui kelompok ini dan siapa saja anggotanya?

Paulus: Setahu saya sebenarnya, anggota KKB ini berisi anak-anak muda. Saya bilangnya mereka ini "Free Man". Manusia yang bebas. Mereka ini yang sudah nyaman dengan posisinya. Mendapatkan apa yang mereka mau dengan cara memaksa, mengancam bahkan menghilangkan nyawa. Lebih mudah, karena mereka punya senjata kan?

Baca Juga:

Aquagirl yang Menyelamatkan Nelayan NTT, Obrolan Bersama Menteri Susi Pudjiastuti

Catatan Prestasi Jenderal TNI Andika Perkasa, Sehingga Terpilih Jadi KSAD, Melangkahi Senior

CPNS Lolos SKB 2018 Bisa Gugur di Pemberkasan, Ini Ketentuannya Dari BKN

Tribun: Sebenarnya, apakah masih ada kelompok OPM yang ini merdeka. Ataukah betul, OPM sudah tidak ada setelah Kelik Kwalik meninggal?

Paulus: Secara ideologi, saya pikir tidak ada lagi kelompok yang ingin Papua Merdeka. Sedangkan KKB ini diisi anak-anak muda yang ingin berkuasa di tanah Papua. Mereka yang hidupnya bebas dan bergantung pada kehidupan yang seperti itu. Berdasarkan foto-foto yang tersebar, kelompok bersenjata ini punya banyak senjata, termasuk yang sudah modern.

Tribun: Mereka dapat senjatanya dari mana?
Biasanya merampas punya aparat.
Kok bisa? Bagaimana caranya?

Paulus: Tidak jarang aparat, baik TNI ataupun Polisi jalan sendirian atau kelompok yang tidak besar untuk menyisir ke hutan-hutan. Pergerakan mereka (TNI/Polri) ini terpantau oleh mereka (kelompok bersenjata). Nah, di saat lengah, senjata dirampas. Kalau kelompok aparat ini cukup besar, mereka berondong peluru. Semakin banyak peluru yang bisa dirampas ini, mereka semakin tinggi begitu. Tinggi hati gitu.

Surat terbuka KKB Papua untuk Presiden Republik Indonesia
Kelompok Kriminal Bersenjata Papua dengan senjata rampasannya (Facebook/TPNPB)

Tribun: Ataukah mungkin ada pihak luar, misalnya dari dalam negeri atau dari luar negeri, yang memasok senjata kepada mereka?

Paulus: Rampasan dari aparat saja, setahu saya.

Tribun: Apakah ada bedanya pergerakan mereka dari dulu sampai sekarang?

Paulus: Ada perbedaan. Mereka dilatih. Saya curiga ada mantan aparat yang melatih mereka. Dulu itu, saya sudah pecat beberapa orang. Kemungkinan mantan aparat ini ada yang dari polisi, ada juga yang dari TNI yang telah dipecat dan menjadi sipil terlatih. Mungkin mantan desertir itu yang melatih mereka.

Baca Juga:

BREAKING NEWS: Wakil Ketua DPRD Merangin Isnedi Ditahan di Lapas Klas IIB Bangko

Bilik dan Kotak Suara Sudah Diterima KPU Tanjabtim, Ternyata Jumlahnya Masih Kurang

Tahun Berapa Yesus Lahir? Di mana Yesus Lahir?

Tribun: Sekarang kan, mereka sudah pakai senjata yang punya tele. Kelompok bersenjata ini sudah semakin modern.
Untuk kebutuhan kehidupan mereka, bagaimana maksudnya?

Paulus: Kelompok bersenjata ini biasa merampok warga. Apabila, warga tidak kasih, mereka biasa ancam. Karena mereka merasa berkuasa, punya senjata, maka asal main ambil saja. Ada hewan babi atau ayam warga misalnya, mereka tinggal minta. Ada anak gadis, mereka ini tinggal main ambil. Warga ketakutan sebenarnya kalau mau melapor ke aparat.

Tribun: Apakah tidak ada bantuan lain? Dari Jakarta, misalnya?

Paulus: Saya pernah buat analisis jaring laba-laba. Ada juga mereka dapat bantuan dari luar. Negara tetangga (Irjen Paulus Waterpauw tidak menyebut nama negara). Iya ada beberapa dari luar lah.

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua (Tribun Jateng)

Tribun: Sebenarnya apa latar belakang soal pembantaian di Nduga ini? Apa sempat ada masalah sebelumnya?

Paulus: Dulu, kalau di Nduga ini memang ada 11 masalah yang harus diselesaikan. Terutama masalah HAM. Pak Luhut (Menkopolhukam dijabat Luhut Binsar Panjaitan, 12 Agustus 2015 s/d 27 Juli 2016, Red), dulu sempat minta saya, ketika menjadi Kapolda Papua dan pihak TNI untuk segera menyelesaikan masalah-masalah HAM ini, termasuk kasus Mapenduma 96. Beberapa sudah selesai. Kalau untuk yang penembakan terakhir ini, saya tidak tahu persis apa latar belakangnya. Apa terkait atau tidak dengan sebelumnya? Saya tidak tahu. (Operasi militer untuk membebaskan peneliti dari Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka. Operasi dimulai 8 Januari 1996 sejak dilaporkannya peristiwa penyanderaan tersebut dan berakhir 9 Mei 1996 setelah penyerbuan Kopassus ke markas OPM di Desa Geselama, Mimika. Peyerbuan itu belakangan dianggap melanggar hak asasi manusia, Red)

Baca Juga:

Produksi Padi Belum Maksimal, Batanghari Kekurangan 9.253 Ton Beras

Hasil Survei Pilpres 2019, Prabowo-Sandi Ungguli Jokowi-Maruf di Madura, Peneliti Bongkar Sebabnya

Bebas Januari 2019, Ahok Ternyata Bisa Lebih Cepat Keluar Penjara Jika Mau Lakukan Hal Ini

Tribun: Sebagai orang asli kelahiran Papua dan jenderal polisi yang 14 tahun bertugas di Papua, kira-kira apa solusi terhadap kekerasan yang berulang kali terjadi di Papua?

Paulus: Saya kurang melihat ada gerakan dari kepala daerah atau pemerintah daerah setempat untuk mengajak diskusi kelompok-kelompok ini. Seharusnya, pemerintah setempat mengajak kelompok ini untuk diskusi. Ajak bicara. Sekali pertemuan, masih ada pertanyaan, ajak lagi untuk kedua kalinya. Masih ada yang tidak paham, ajak lagi yang ketiga. Begitu seterusnya, sampai mereka paham. Wajar, karena mereka orang tua banyak berpendidikan rendah. Atau anak muda, belum tentu punya wawasan yang cukup. Itu yang saya lakukan dulu sehingga bisa memberi solusi yang berempati. Ini yang saya tidak lihat dari pemerintah daerah atau DPRD atau setempat saat ini. (bersambung)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON JUGA VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI JUGA FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

BACA JUGA BERITA TERPOPULER KAMI DI TRIBUNJAMBI.COM:

Ilustrasi Kopassus
Ilustrasi Kopassus (Capture/Film Merah Putih Memanggil)

Berhadapan dengan Suku Kanibal, Anggota Kopassus Kaget Lihat Gelagat Penunggu Lembah di Papua ini

Sama-sama Ngotot! Senjata Paspampres ini Akhirnya Mengarah ke Kepala PM Israel, Pengawalnya Terdiam

Suara Gemuruh Datang, Anak Indigo Meramal Kejadian Tahun 2019, Paparkan Hal yang Bikin Merinding

 

 

 

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved