4 Poin Pernyataan KKB Lewat Surat Terbuka Untuk Jokowi, Tetap Perang Sampai Permintaan Dikabulkan

4 Poin Pernyataan KKB Lewat Surat Terbuka Untuk Jokowi, Tetap Perang Sampai Permintaan Dikabulkan

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/Capture Film Merah Putih Memanggil
Ilustrasi KKB dan Kostrad 

4 Poin Pernyataan KKB Lewat Surat Terbuka Untuk Jokowi, Tetap Perang Sampai Permintaan Dikabulkan 

TRIBUNJAMBI.COM - Masih terniang kisah sedih para keluarga para korban Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.

Mereka harus ditinggal keluarga tersayang yang menjadi korban penembakan KKB, bahkan saking sedihnya, beberapa keluarga ada yang masih menunggu saudaranya yang belum ditemukan.

Seminggu berlalu usai peristiwa penyerangan yang tewaskan sejumlah orang tak berdosa itu, pada 10 Desember 2018 tepat di hari peringatan hari HAM sedunia, pihak KKB Papua menyerukan surat terbuka mereka.

Surat tersebut berisi pernyataan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang ditunjukan kepada Presiden Republik Indonesia Jokowi di Jakarta.

Baca Juga:

Saat Wiranto Berkata Kita Habisi Mereka Soal KKB yang Menggangu Negara, Pasukan ini Pembasminya?

Pantas Berani Tantang TNI, Ternyata ini Jenis Senjata KKB yang Didapat dari Papua Nugini & Filipina

Kekuatan Pasukan Gabungan TNI-Polri Dalam Menaklukkan Puncak Kebo, 3 Anggota KKB Tewas Ditembak

Hal itu seperti dikutip dari akun YouTube Sekretariat Pusat TPNPB-OPM yang mengunggah sebuah video pada 10 Desember 2018.

Dalam video berdurasi 7 menit 59 detik itu, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom didampingi oleh Staf umum TPNPB.

Kombatan TPNPB anak buah Egianus Kogeya
Kombatan TPNPB anak buah Egianus Kogeya (Facebook/TPNPB)

"Surat terbuka,

Yang terhormat, tuan Presiden Republik Indonesia, kami pimpinan Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Organisai Papua Merdeka, menyampaikan dengan hati nurani kami yang tulus, kepada anda, bahwa, pembangunan Infrastruktur di Papua Barat adalah bukan yang diinginkan rakyat bangsa Papua.

Rakyat Papua inginkan hak politik penentuan nasibnya sendiri.

Ingin pisah dari Indonesia, untuk merdeka penuh dan berdaulat dari penjajahan dari Indonesia," ujar Sebby Sambom mengawali pembacaan surat terbuka.

Sebby Sambom lalu menyebutkan dasar hukum argumen tuntutan, tawaran, dan penolakan TPNPB.

Juru bicara TPNPB itu lalu menyampaikan penolakan dan sikap organisasinya pada pemerintah Indonesia.

"Penolakan TPNPB,

1. TPNPB menolak permintaan Indonesia untuk menyerah kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

2. TPNPB menolak upaya Indonesia untuk berdamai dengan dialog Jakarta-Papua

Sikap TPNPB

3. TPNPB tidak akan menyerah dengan alasan apapun sebelum kemerdekaan bangsa Papua terwujud dari penjajahan Indonesia.

4. Perang tidak akan berhenti sampai pada sebelum tuntutan dan permintaan TPNPB dilaksanakan oleh pemerintah Republik Indonesia.

Demikian isi tuntutan dan tawaran dan penolakan tentara TPNPB OPM.

Untuk itu, TPNPB menolak tawaran dalam bentuk apapun, selain yang dicantumkan dalam surat ini.

Apabila pemerintah Indonesia tidak meyetujuinnya, maka TPNPB tidak akan berhenti perang," ujar Sebby Sambom.

Baca Juga:

5 Saran untuk Peternak, Agar Sapi Tidak Mudah Sakit

Divonis Satu Tahun Penjara, Ini Dosa Edi dalam Kasus Tabrak Lari yang Sebabkan Penumpang Tewas

Enam Kategori Pajak Ini, Tak Capai Target di Bungo

Lokasi pembantaian 31 pekerja oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua (Kompas.com/ Dokumen Kementerian PUPR)

Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai sudah tak ada lagi peluang berdialog dengan kelompok separatis untuk menyelesaikan konflik di Papua.

Kalla mengatakan Pemerintah Indonesia sudah memberikan semuanya kepada Papua kecuali kemerdekaan.

"Opsi dialog itu juga pertanyaannya apanya lagi yang bisa didialogkan? Semua sudah dikasih ke daerah (Papua) kecuali kemerdekaan," kata Kalla saat ditemui di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (11/12/2018).

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua (Tribun Jateng)

Ia menyebutkan, di bidang ekonomi pemerintah sudah memberikan dana otonomi khusus yang besar kepada Papua.

Karena itu Kalla merasa heran dengan pihak yang menyatakan Pemerintah Indonesia merampok kekayaan Papua melalui PT Freeport Indonesia.

Kalla menyatakan hasil yang diberikan Freeport tak sebanding dengan dana transfer yang diberikan pemerintah pusat kepada Papua.

Anggota TNI yang diterjunkan untuk evakuasi pekerja PT Istaka Karya di Papua
Anggota TNI yang diterjunkan untuk evakuasi pekerja PT Istaka Karya di Papua (Kompas TV)

"Freeport itu pada tahun lalu hanya membayar pajak royalti sedikit di atas Rp 10 triliun. Dan dulu pernah Rp 18 triliun. Kita (pemerintah pusat) transfer ke Papua itu hampir Rp 100 triliun. Jadi pikiran bahwa kita ini mengambil kekayaan Papua sama sekali tidak," ujar Kalla.

Sementara itu, di sektor politik pemerintah telah memberikan keistimewaan bagi Papua.

Kalla mengatakan di Papua hanya penduduk asli yang bisa menjadi bupati dan gubernur.

Hal itu tak terjadi di Aceh yang sama-sama dilanda masalah separatisme.

Baca Juga:

Harga TBS Anjlok, Petani Sawit Tanjab Barat, Wajar Nunggak Motor, dan Bank

Bukan Jabatan, Ini Alasan Antasari Azhar Ikhlas Dukung Jokowi jadi Presiden

Jadi Buronan Polisi, ini 3 Foto Wajah Pelaku Pengeroyokan Anggota TNI di Ciracas, Langsung Jadi DPO

Bahkan, kata Kalla, saat ini pemerintah yang sedang membangun jalan Trans Papuademi kemajuan masyarakat di sana justru dipandang negatif oleh kelompok separatis.

Mereka, kata Kalla, menilai dengan dibangunnya jalan Trans Papua justru semakin mendatangkan orang dari luar untuk menguasai Papua.

"Jadi politik sudah dikasih, ekonomi sudah dikuasai. Apanya lagi yang bisa didialogkan coba? Semua sudah maksimum," ujar Kalla.

"Maka tinggal juga pemahaman yang dilakukan oleh masing-masing pihak pimpinan-pimpinan untuk memahami supaya bersih birokrasi di sana, supaya apa yang telah diberikan dinikmati semua pihak," lanjut dia.

Ilustrasi KKB dan Kostrad
Ilustrasi KKB dan Kostrad (Kolase/Capture Film Merah Putih Memanggil)

Sebelumnya, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dikabarkan membunuh sejumlah pekerja BUMN PT Istaka Karya yang membangun jalan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua pada Minggu (2/12/2018).

Tim gabungan TNI dan Polri pun diterjunkan ke Papua untuk mengevakuasi korban dan memburu kelompok bersenjata (KKB) yang menyerang pekerja BUMN PT Istaka Karya yang mengerjakan proyek jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga, Papua.

Baca Juga:

Pasukan Elite Inggris Tewas di Zona Merah (Berbahaya) Akibat Kelakuan Ganas Legenda Kopassus ini

Ternyata Ini Rencana Ahok Setelah Bebas, Bakal Molor dari Prediksi Awal Karena Tolak Remisi

Kekuatan Pasukan Gabungan TNI-Polri Dalam Menaklukkan Puncak Kebo, 3 Anggota KKB Tewas Ditembak

Usai melakukan pembantaian terhadap 19 pekerja proyek jembatan di Nduga, Papua, kini KKB mengeluarkan surat terbuka yang ditujukan pada Presiden Republik Indonesia.

Para pelaku pembunuhan terhadap 19 pekerja proyek jembatan di Nduga, Papua, bersembunyi di hutan-hutan, dan masih terus dikejar dan dilacak, kata juru bicara Kodam Cendrawasih, Kolonel Muhammad Aidi.

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul 4 Poin Surat Pernyataan Terbuka Komandan KKB Papua (OPM) pada Presiden Jokowi

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI JUGA FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved