6 Penelitian tentang Dampak SUTET Bagi Penduduk yang Tinggal di Bawahnya, Ini Hasilnya
Sebenarnya apa itu Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi ( SUTET) dan dampak kesehatan bagi penduduk yang tinggal di sekitarnya?
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Warga Kelurahan Payo Selincah, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi, berkirim surat ke Presiden Joko Widodo.
Mereka sudah melapor ke mana-mana, hingga akhirnya mengirim surat kepada Presiden Jokowi. Itu lantaran aktivitas pembangkit listrik dan kendaraan berat yang melintas, mengganggu lingkungan.
Sejumlah warga harus merasakan dampak negatif dari aktivitas pembangkit listrik di Kelurahan Payo Selincah.
Puluhan rumah di sekitar pembangkit yang ada di sana mengalami kerusakan. Mulai dari dinding retak hingga lantai amblas.
Ada sejumlah pembangkit di sana. Ada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga gas (PTLG) di sekitar mereka.
Keluhan warga ini sejatinya telah berlangsung beberapa waktu.
Sejumlah langkah juga sudah ditempuh, namun, sejumlah warga masih mengeluhkannya.
Nenek Hafsah, warga RT 25 Lorong Berdikari, Payo Selincah, menuturkan sebelum ada pembangunan pembangkit listrik, lingkungan tempat tinggalnya masih rindang dengan pepohonan dan udaranya bersih.
Saat tu, lingkungan jauh dari keriuhan suara mesin dan kendaraan bertonase besar.
Baca: Ini Peluang Jadi CPNS Lewat PP No 49 Tahun 2018, Kabar Gembira untuk Honorer
Baca: Farhat Abbas Sebut Hotman Paris Pengacara Cengeng dan Durkaha, Balasannya yang Didapat Seperti Ini
Baca: Cairan di Otak Nenek Hafsah Bisa Kering, Warga Jambi Kirimi Presiden Jokowi Surat Gara-gara Sutet
Dia mengeluhkan lingkungan saat ini, setelah pembangunan pembangkit listri. Sejumlah mobil bertonase besar yang mengangkut kayu ditutupi terpal melintas.
Ada getaran, diiringi debu dari jalan berterbangan. Pekatnya debu terasa hingga ke kursi kayu di rumah nenek Hafsah. Adapun kondisi truk, oleng mengikuti kondisi jalan yang berlubang.
"Sudah payah tenang di sini, belum debu, dikit-dikit rumah retak," ujarnya.
Kusmiati, cucu Hafsah, mengatakan sudah berkali-kali ia membawa neneknya ke rumah sakit untuk berobat. Itu lantaran sering merasakan pusing.
"Setelah diceritakan kondisinya memang dokter bilang terlalu berbahaya kalau tinggal didekat aliran Sutet," ujar Kusmiati saat dibincangi.

"Waktu masih Zumi Zola kami pernah sampaikan, kemudian dia kirim dokter pribadinya ke sini. Dan setelah melihat kondisi lingkungan sini dia bilang kalau dekat Sutet tidak sehat, cairan di otak bisa kering makanya nenek sering sakit kepala," sambungnya. Memang tepat di depan rumahnya, berjarak sekitar 30 meter berdiri kokoh jaringan Sutet.
Dampak SUTET
Sebenarnya apa itu Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi ( SUTET) dan dampaknya?
Dihimpun dari beberapa sumber, SUTET kekuatan 500 kV, ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan efisien.
Berbagai macam kekhawatiran muncul akan dampak SUTET terhadap kesehatan penduduk yang tinggal di wilayah yang dilewati.
1. Penelitian Wertheimer dan Leper, 1979
Hasil penelitian yang sangat memengaruhi pandangan masyarakat dunia tentang hubungan kanker otak pada anak dengan paparan medan elektromagnetik pada 1979.
Penelitian itu sempat menggoncangkan dunia karena risiko negatif yang dilaporkannya.
Sejak penelitian tersebut, berbagai studi epidemiologi dan laboratorium lainnya dilakukan sebagai replikasi dan eskpansi penelitian Wertheimer di berbagai negara. Namun hasil yang didapat justru beragam, bahkan sebagian besar bersifat kontradiktif.
Dilaporkan, studi Feyching dan Ahlboum, 1993, meta analisisnya merupakan penelitian yang mendukung hasil Wertheimer, sedangkan studi National Cancer Institute (NCI) tahun 1997 di Amerika Serikat, studi Kanada 1999, studi Inggris 1999-2000 dan studi Selandia Baru menemukan hasil yang tidak mendukung Wertheimer.
2. Studi Dr Gerald Draper dan koleganya dari Chilhood Cancer Research Group di Oxford University dan Dr. John Swanson, penasehat sains di National Grid Transco.
Menemukan bahwa anak-anak yang tinggal kurang dari 200 meter dari jalur tegangan tinggi, saat dilahirkan memiliki risiko menderita leukimia sebesar 70 persen daripada yang tinggal dari jarak 600 meter atau lebih.
Ditemukan lima kali lipat lebih besar kasus leukimia pada bayi yang dilahirkan di daerah sekitar SUTET atau sebesar 400 dalam setahun dari 1 persen jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut.
Secara keseluruhan, anak-anak yang hidupnya dalam radius 200 meter dari tiang tegangan tinggi sekitar 70 persen diantaranya terkena leukimia dan yang hidup antara 200-600 meter sekitar 20 persen dibandingkan dengan yang tinggal lebih dari 600 meter.
Walaupun demikian, peningkatan risiko leukemia masih ditemukan pada jarak dimana besar medan listrik bernilai di bawah kondisi di dalam rumah, sehingga disimpulkan bahwa peningkatan risiko leukemia tidak diakibatkan oleh medan listrik atau medan magnet yang diakibatkan oleh SUTET
3. Penelitian Dr dr Anies, MKes, PKK
Pada penduduk di bawah SUTET 500 kV di Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten Tegal (2004) menunjukkan bahwa besar risiko electrical sensitivity pada penduduk yang bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV adalah 5,8 kali lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang tidak bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pajanan medan elektromagnetik yang berasal dari SUTET 500 kV berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada penduduk, yaitu sekumpulan gejala hipersensitivitas yang dikenal dengan electrical sensitivity berupa keluhan sakit kepala (headache), pening (dizziness), dan keletihan menahun (chronic fatigue syndrome).
Hasil penemuan Anies menyimpulkan bahwa ketiga gejala tersebut dapat dialami sekaligus oleh seseorang, sehingga penemuan baru ini diwacanakan sebagai "Trias Anies".
4. Corrie Wawolumaya dari Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Penelitian terhadap pemukiman di sekitar SUTET, hasilnya tidak ditemukan hubungan antara kanker leukemia dan SUTET
5. John Moulder
Dia mencoba menarik kesimpulan dari ratusan penelitian tentang dampak SUTET terhadap kesehatan. Moulder menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara medan tegangan listrik dan kesehatan manusia (termasuk kanker).
Walaupun demikian medan tegangan listrik belum bisa dibuktikan benar-benar aman. Selain itu disepakati juga bahwa jika ada bahaya kesehatan terhadap manusia, maka itu hanya terjadi pada sebagian kecil kelompok
6. WHO
WHO berkesimpulan bahwa tidak banyak pengaruh yang ditimbulkan oleh medan listrik sampai 20 kV/m pada manusia dan medan listrik sampai 100 kV/m tidak memengaruhi kesehatan hewan percobaan.
Selain itu, percobaan beberapa sukarelawan pada medan magnet 5 mT hanya memiliki sedikit efek pada hasil uji klinis dan fisik.
Demikian 6 penelitian yang ada tentang dampak SUTET terhadap penduduk yang tinggal di bawahnya. (*)
TRIBUN JAMBI DI INSTAGRAM:
Cara Honorer Berpeluang Jadi CPNS, Baca PP No 49 Tahun 2018 Ini Dengan Teliti
Perubahan Seragam Pramugari Garuda Indonesia, dari 1949 hingga Saat Ini, Mana yang Paling Keren?
Pramugari AirAsia Ini Diburu Netizen Gara-gara Parasnya Seperti Ini