Gara-gara Air PDAM Sering Mati, Warga di Bungo Sampai Ribut dengan Tetangga

Akibat sering air PAM macet, warga Sahudi pun ada yang sampai bertengkar karena pembagian air.

Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Teguh Suprayitno
plus.google
ilustrasi air ledeng tak mengalir 

Laporan wartawan Tribun Jambi Jaka HB

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Warga Bungo sudah lelah mengeluhkan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pancuran Talago Bungo. Selain air yang sering mati, alasan yang diberikan juga itu-itu saja.  

Salah satunya perumahan Askes di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Rimbo Tengah. Sahudi selaku ketua RT 32 RW 09 membenarkan hal ini.

“Tigo hari belakangan ini air mati. Sebelumnya ada hidup beberapa hari, tapi ada hampir dua minggu air macet sebelunya. Awal bulan ini,” kata Sahudi.

Dia mengatakan ada sekitar 300 kepala keluarga (KK) yang tinggal di perumahan Askes atau Bungo Asri tersebut. Perumahan yang berada di area belakang kantor BPJS Bungo ini sudah lama kesulitan mendapatkan air PDAM.

“Kalau ditanyakan alasannya itu-itu saja. Kalau tidak pipa ya mesin terendam air,” katanya.

Baca: Kurangi Dampak Lingkungan, Dewan Minta Pemkot Jambi Tak Lagi Keluarkan Izin Pengembangan Kawasan

Menurutnya alasannya aneh. “Apakah saat pemasangan mesin tidak ada pertimbangan teknis atau tanya ke masyarakat kalau banjir air setinggi apa di sana. Seperti tidak ada perhitungan saja,” ungkapnya.

Akibat sering air PAM macet, warga Sahudi pun ada yang sampai bertengkar karena pembagian air. Dia mengatakan penyebabnya karena saat air hidup, dia tidak dapat bagian karena sedang keluar rumah. “Sekarang mereka tidak teguran,” katanya.

Sumiati (44) warga perumahan askes Blok i RT 32 RW 09 Kelurahan Pasir Putih juga mengeluhkan air PDAM yang mati.

“Sudah dua minggu lebih. Di blok lain seperti blok J air hidup tapi di sini amper dak jalan,” katanya.

Baca: APBD 2019 Diketok Rp 1,7 T, Ini Rencana Pemkot Jambi

Dia mengatakan blok tempatnya tinggal paling sering mati. Tidak pernah dalam satu bulan penuh dapat air mengalir lancar. Kadang dua sampai tiga minggu air mengalir setelah itu mati lagi.

Ketika melapor ke PDAM alasan yang didapat dari PDAM juga itu-itu saja, membeli air pun harus antre kecuali yang kenal.

Sumiati mengatakan untuk musim hujan masih bisa ditanggulangi. “Kami menampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan nyuci, mandi dan masak. Tapi kalau tidak hujan gimana lagi,” katanya.

Baca: Jadi Buronan, Ini Tugas NE Rekan Kamelia Pencuri 13 Sepeda Motor di Kota Jambi

Ketika melapor ke PDAM alasan yang didapatkan selalu kalau tidak pipa rusak mesinnya terendam air. Sumiati sendiri menghela napas.

Dia membenarkan adanya tetangga yang bertengkar karena air sulit. Sama seperti yang disampaikan ketua RT, hanya saja Tribun tidak menemui pemilik rumah yang bertikai.

“Awalnya rumah yang satu sedang bekerja dan rumah di seberangnya mendapat air, kebetulan air hidup dan mereka menggunakan mesin pemompa air. Lalu saat siang setelah mereka dapat air, air mengalir ke sebelahnya, bukan ke rumah seberangnya. Jadi tetangganya tidak dapat air,” katanya.

“Sekarang mereka tidak saling sapa,” tambah Sumiati.

Baca: 278 Pegawai Eselon III dan IV di Jambi Diminta Laporkan Harta Kekayaannya

Sumiati mengatakan dirinya sama dengan seluruh warga di kompleknya, mempunyai bak penampung air yang ekstra.

“Di sini baknya besar-besar semua. Ada juga yang membuat penampungan air di bawah tanah,” katanya.

Selain kawasan pemukiman, kawasan pertokoan di lintas pun sering mengalami mati air. Salah satu pemilik ruko di kawasan simpang PU lama enggan disebut namanya, namun dia mengatakan sering sekali air di tempatnya mati. Dampaknya usaha kuliner yang dijalani harus menambah modal untuk membeli air galon.

“Padahal bayar tiap bulan. Tapi mati juga jadi beli air galon atau tampung air hujan,” ungkap warga Kota Muara Bungo ini.

Baca: Kampanye di Masjid Saat Maulid Nabi, Caleg di Tanjab Timur Dilaporkan ke Bawaslu

Selain kawasan tersebut ada pula di perumahan Permata, Kecamatan Bungo Dani. Sutan salah satu warga setempat mengatakan air sempat mati sampai tiga hari.

"Pada hari ketiga siangnya mengalir," katanya.

Dia mengatakan memang sering air macet. Karena itu dirinya dan beberapa warga perumahan tersebut punya tedmond agar ketika air mati, mereka masih punya cadangan.

"Kalau pun habis masih ada warga yang punya sumur bor dan minta tolong ke sana," ungkapnya.

Baca: 6 Desa di Kecamatan Muara Papalik Tanjab Barat Masuk Daftar Merah Siaga Banjir

Eni selaku warga perumahan Kayla mengatakan air kerannya mati pada tanggal 20 november lalu. “Selamo 2 hari,” katanya.

Eni mengatakan air kerannya sering mati. “Tiap bulan ado bae mati. Biasonyo paling lamo 3 hari,” katanya.

Jik air keran mati terpaksa Eni mengambil air ke rumah keluarga atau tetangga yang punya sumur bor. Kalau sudah mendesak untuk mandi dan cuci piring, dirinya membeli air isi ulang.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved