Menu Favorit di Lidah Soeharto yang Dimasak Ibu Tien Bikin Kangen, Begini Cara Buatnya

Namun, dari sekian banyak menu masakan yang dicicip, selera Soeharto tetap ke buatan istri tercinta, Ibu Tien.

Penulis: Duanto AS | Editor: Duanto AS
Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415H, 3 Maret 1995.(ISTIMEWA) 

TRIBUNJAMBI.COM - Soeharto terkenal dengan dunia spiritualnya. Namun tak banyak orang tahu tentang aktivitas dan kesederhanaannya saat di rumah.

Seperti, apa masakan favorit Soeharto yang dibuat Ibu Tien?

Sebagai Presiden Republik Indonesia selama 32 tahun, sudah pasti banyak menu masakan baik di Indonesia sampai luar negeri pernah dicicipi. Saat melakukan lawatan ke daerah dan negara lain, masakan menjadi hal yang menarik.

Namun, dari sekian banyak menu masakan yang dicicip, selera Soeharto tetap ke buatan istri tercinta. Dia menyukai masakan sederhana dari Ibu Tien.

Dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya', dituliskan pengakuan Soeharto tentang masakan favoritnya.

"Hidangan yang paling saya sukai adalah tetap lodeh buatan istri saya sendiri, atau ikan bakar, atau goreng belut yang membawa kenangan di masa kanak-kanak," katanya.

Baca: Jadwal Siaran Langsung MotoGP Jepang 2018, Marquez Pindah dari Honda ke Ducati?

Baca: Inilah Keseharian Soeharto Setelah Lengser, Pengawal Khusus Beberkan Hal di Luar Dugaan

Baca: Ketika Soeharto Nyaris Menembak Kepala Perwira ini Karena Merasa Dilangkahi

Baca: Nasib Jenderal yang Pernah Nyalip Soeharto, Hidup di Penjara Puluhan Tahun

Selain itu, dia menyukai apabila Ibu Tien memasak sambel teri dan kering tempe.

Sederhana bukan menu favorit Presiden II RI, Soeharto.

Soeharto dan Ibu tien Soeharto
Soeharto dan Ibu tien Soeharto (istimewa)

Kalau tertarik memasak sayur lodeh, ini bahan dan cara memasaknya, seperti dimuat dalam selerasa.com:

Waktu Memasak

  • Persiapan: 15 Menit
  • Memasak: 20 Menit
  • Total: 35 Menit

Bahan Utama

  • Melinjo secukupnya
  • 100 gr daun melinjo
  • 200 gr labu siam
  • 100 gr kacang panjang
  • 1 buah terung
  • 3 potong jagung
  • 600 ml santan
  • 1 potong tempe

Bumbu-Bumbu

  • 3 siung bawang putih
  • 6 butir bawang merah
  • 3 butir kemiri
  • 1 sdt ketumbar
  • 1 sdm garam
  • Gula putih secukupnya

Bumbu Pelengkap

  • 1 buah cabai merah
  • 3 buah cabai hijau
  • 1 cm lengkuas
  • 2 lembar daun salam
  • 1 buah tomat

Cara Menyiapkan Bahan-Bahan

  • Kupas labu siam dan potong dengan bentuk dadu.
  • Potong kacang panjang dengan ukuran kurang lebih 2 cm.
  • Potong terung dengan bentuk dadu.

Cara Membuat Bumbu

  • Haluskan bawang putih, bawang merah, kemiri dan ketumbar, garam dan gula putih.
  • Setelah itu, iris serong cabai merah dan cabai hijau.
  • Lalu, potong tomat yang telah disiapkan menjadi 4 bagian.

Cara Memasak

  • Pertama yaitu, rebus terlebih dahulu santan yang telah disiapkan dan bumbu yang telah dihaluskan di dalam panci. Aduk-aduk hingga mendidih.
  • Setelah itu, masukan lengkuas, jagung, labu siam, melinjo dan kacang panjang. Masak semua bahan hingga matang.
  • Langkah terakhir yaitu, masukan daun melinjo, cabai merah, terung. Masak kembali hingga matang serta hingga bumbu meresap. Setelah itu angkat.

Itulah resep masakan sayur lodeh sederhana. Selamat mencoba.

Baca: Jadwal Siaran Langsung MotoGP Jepang 2018, Marquez Pindah dari Honda ke Ducati?

Soeharto setelah "pensiun"

Soeharto menjabat Presiden RI selama 32 tahun. Setelah "lengser", tak banyak yang mengetahui kehidupan kesehariannya. Kompas.com menuliskan itu dalam artiketl berjudul "Cerita Paspampres Soeharto dan Lampu Hijau yang Tak Pernah 'Merah'"

Soeharto dilengserkan melalui gerakan mahasiswa pada 1998, setelah 32 tahun berkuasa.

Peristiwa itu puncaknya pada 23 Mei 1998, setelah desakan mahasiswa dari penjuru Tanah Air.

Meski lengser, Soeharto masih mendapat pengawalan khusus dari militer.

Cerita sosok 'The Smiling General', sebutan orang Barat untuk presiden ke-2 RI itu karena raut mukanya yang selalu tersenyum, disampaikan oleh Maliki Mift.

Kunjungan Presiden Soeharto ke Kamboja
Kunjungan Presiden Soeharto ke Kamboja (Moh Habib Asyhad)

Maliki Mift menyimpan kenangan berarti selama mendampingi Soeharto, setelah lengser pada 1998.

Dia diperintahkan Kepala Staf Angkatan Darat kala itu menjadi pengawal khusus Soeharto.

Kesan tersebut ditulisnya dalam salah satu bab di buku berjudul Soeharto: The Untold Stories (2011).

Pak Harto, begitu Maliki menyebut Soeharto, kerap mendapat pandangan miring selama memimpin Indonesia.

Namun, dia mendapati sisi lain Soeharto yang jarang terekspose, yakni kesederhanaan.

Satu di antaranya soal pengawalan.

Soeharto sangat anti dikawal setelah tak lagi menjadi presiden. Padahal, hak mendapat pengawalan dari polisi masih melekat kepada mantan presiden.

"Tetapi, begitu satgas polisi datang dan mengawal di depan mobil kami, Pak Harto mengatakan, 'Saya tidak usah dikawal. Saya sekarang masyarakat biasa. Jadi, kasih tahu polisinya'," tulis Maliki dalam buku tersebut, menirukan ucapan Soeharto waktu itu.

Maliki mencoba memahami keinginan Soeharto, tetapi ia tetap merasa pengawalan sangat penting.

Dia memutar otak mencari cara agar Soeharto tetap dikawal, tetapi tanpa terlihat.

Akhirnya, Maliki meminta polisi mengawal di belakang saja, bukan di depan untuk membuka jalan.

Jika jalanan macet, barulah petugas pengawal maju ke depan.

"Namun, tetap saja Pak Harto mengetahui siasat itu. Beliau pun bertanya, 'Itu polisi kenapa ikut di belakang? Tidak usah'," kata Maliki.

Hari berikutnya, ide baru melintas di benak Maliki.

Ia meminta pihak kepolisian agar tidak lagi mengawal mobil Soeharto.

Sebagai gantinya, ia akan berkoordinasi dengan petugas lewat radio.

Jadi, setiap kali mobil Soeharto melewati lampu lalu lintas, petugas harus memastikan lampu hijau menyala.

Kalau lampunya merah, harus berubah menjadi hijau.

Akhirnya, hari itu, Soeharto berangkat tanpa pengawalan polisi.

Setiap kali melewati lampu lalu lintas di persimpangan, lampu hijau selalu menyala agar mobilnya tidak berhenti menunggu rambu berganti.

Namun, lagi-lagi Soeharto mengendus keanehan.

Ia mempertanyakan mengapa setiap persimpangan yang ia lewati tidak pernah ada lampu merah.

Ia pun menegur Maliki agar jangan memberi tahu polisi untuk mengatur lalu lintas.

"Sudah, saya rakyat biasa. Kalau lampu merah, ya, biar merah saja," ujar Pak Harto sebagaimana ditulis Maliki.

Maliki, saat itu, hanya terdiam dengan perasaan malu.

Kesederhanaan Soeharto, menurut Maliki, juga terlihat dari cara berpakaian.

Sewaktu awal-awal menjadi pengawal khusus Soeharto, Maliki berpikir bahwa ia harus punya baju bagus untuk mendampingi Soeharto, paling tidak batik berbahan sutra.

Di hari pertama bertugas, Maliki mengenakan pakaian terbaiknya untuk mendampingi Soeharto keluar rumah.

Namun, apa yang dikenakan Soeharto sama sekali berbeda dengan bayangannya.

Soeharto hanya mengenakan baju batik sederhana yang biasa dia pakai sehari-hari di rumah.

"Diam-diam saya langsung balik ke kamar ajudan untuk mengganti batik sutra yang saya kenakan dengan batik yang sederhana pula," kata Maliki.

Baca: Soeharto Temui Ratna Sari Dewi di Lapangan Golf, Ibu Tien Tahu dan Marah Besar, Peristiwa 1965

Baca: Plak, Tamparan Langsung Melayang ke Pipi Pilot Heli saat akan Ambil Tusuk Konde Ibu Tien

Baca: Tiga Tokoh Militer yang Pernah Mempermalukan Soeharto, Satu di Antaranya Berakhir Menyedihkan

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved