Buaya Sungai Jujuhan 6 Meter Sambar Muslim, Terjadi Perlawanan Sengit, Kaki Hancur
"Buaya itu menariknya ke tengah Sungai Jujuhan. Tapi Muslim masih bisa melawan," katanya. Dia melakukan perlawanan ...
Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Duanto AS
Karena penambangan emas
Selama enam bulan terakhir, ada tiga kali konflik manusia dan buaya di Kecamatan Jujuhan.
“Ini kejadian ketiga,” kata Hamrozi.
Konflik terakhir memakan nyawa warga Aurgading yang bernama Muslim (45) pada Sabtu (8/9).
Dia mengatakan baik dari yang terlihat atau desas-desus warga buaya ini muncul karena satu sebab.
Hamrozi mengatakan buaya-buaya yang disebut warga buaya katak ini muncul karena adanya penambangan emas tanpa izin (PETI) di hulu Sungai Jujuhan.
Sungai kemudian menjadi keruh, tercemar merkuri. Kondisi itu mengusik habitat buaya di Sungai Jujuhan.
Kepala Seksi Wiayah (SKW) 1 Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, Udin, mengatakan pihaknya sudah menurunkan tim.
“Tim kita sudah di TKP dan sedang bertugas menganalisa konflik satwa buaya yang telah terjadi. Laporan lengkap, menyusul,” katanya.
TRIBUN JAMBI DI INSTAGRAM:
Baca: Gadis Asal Sungaipenuh Ini Jadi Wisudawan Terbaik FISIP UNAIR 2018
Baca: Lorenzo Kecelakaan, Dovizioso Juara MotoGp
Baca: Keterangan Pihak PO, Ternyata Begini Kondisi Bus Sebelum Kecelakaan di Sukabumi