Nasib Ais Tragis, Orangtua Meninggal dan Keluarga Menolak Merawatnya

Pelaku bom bunuh diri memang tidak bisa dimaafkan, mereka tak lagi mempedulikan kemanusiaan untuk melancarkan aksinya.

Editor: Suci Rahayu PK
bocah diduga anak pelaku serangan bom diselamatkan di Mapolrestabes Surabaya 

Suwito Ketua RT 08 RW 02 mengatakan keluarga ini baru tinggal sekitar empat bulan di Medokan Ayu.

Baca: Indonesia Darurat Terorisme, Bagaimana dengan Keamanan? Jawaban Tito Karnavian ini Mengejutkan!

Dalam kesehariannya yang tertutup, Tri Murtiono sempat sesekali terlihat di kegiatan warga seperti penjagaan siskamling.

3. Profesi pelaku sebagai teralis besi

Sehari-hari pelaku bekerja sebagai pengusaha teralis besi.

"Orangnya biasa aja, kesehariannya interaksi juga kurang, jadi tertutup," kata Suwito.

4. Kerap Keluar Usai Maghrib

Saat ditanya perihal aktifitas di rumahnya, Suwito mengatakan tidak pernah melihat ada pengajian ataupun perkumpulan orang di rumah berwarna orange tersebut.

"Tidak pernah mengundang orang, disamping itu ada mushalla dan gak pernah terlihat," kata Suwito.

Selama ini, warga sekitar tidak menaruh curiga lantaran menurut mereka aktifitas mereka biasa saja.

"Setahu saya mereka justru keluar.

Setelah maghrib keluar dan ga tau pulangnya kapan," pungkas Suwito.

5. Belum melunasi uang kontrakan rumah

Baca: Yuks Pahami 10 Hal Apa Saja yang Membatalkan Puasa? No 6 Buat Cowok Banget Nih, Pantengin!

Hamid, Ketua RW 02 Medokan Ayumengungkapkan, keluarga Tri Murtiono mengontrak rumah di Jalan Tambak Medokan Ayu Gang VI seharga Rp 32 juta untuk dua tahun.

Tri Murtiono mengontrak rumah melalui situs jual beli online.

"Ngontrak dua tahun seharga Rp 32 juta tapi baru dibayar sekitar Rp 16 sampai 20 juta.

Lewat jual beli online, ketemu sekali sama pemilik rumahnya," kata Hamid saat ditemui di lokasi.

(Sripoku.com/Candra)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved