Nasib Ais Tragis, Orangtua Meninggal dan Keluarga Menolak Merawatnya

Pelaku bom bunuh diri memang tidak bisa dimaafkan, mereka tak lagi mempedulikan kemanusiaan untuk melancarkan aksinya.

Editor: Suci Rahayu PK
bocah diduga anak pelaku serangan bom diselamatkan di Mapolrestabes Surabaya 

TRIBUNJAMBI.COM - Pelaku bom bunuh diri memang tidak bisa dimaafkan, mereka tak lagi mempedulikan kemanusiaan untuk melancarkan aksinya.

Bahkan anak sendiri pun dikorbankan demi aksi teror.

Seperti kejadian bom bunuh diri di gereja dan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya yang masih membekas diingatan.

Baca: Nampak Baru Bangun Tidur, Ini Wajah Polos Raisa Saat Sahur Puasa Pertama dengan Suami

Bocah tersebut bernam Ais, gadis berusia delapan tahun yang merupakan satu-satunya orang yang selamat dalam aksi bom bunuh.

Ais merupakan putri bungsu dari keluarga pelaku ledakan bom di depan markas polisi di Jalan Sikatan di Krembangan, Kota Surabaya, Jawa Timur, itu.

Ais terlempar saat bom yang dibawa keluarganya dengan dua sepeda motor itu meledak di depan para polisi yang berjaga.

,

Ayah, ibu, dan dua saudaranya dinyatakan tewas di tempat.

Terlihat dari CCTV yang merekam bocah berkerudung tersebut tampak merangkak dari samping mobil dan motor yang rusak akibat bom.

Sementara api dan asap ledakan masih mengepul, ia mencoba berdiri sendiri.

Polisi yang berada di sekitar berteriak "Astaghfirullah" ketika melihat sang bocah.

Anak kecil itu diselamatkan oleh AKBP Roni Faisal Saiful Faton, Kasatresnarkoba Polrestabes Surabaya.

Saat itu, Roni mengaku melihat anak perempuan menangis dan menyangkut di motor bersama ibunya.

"Saya teriak, berdiri nak. Saya takut mobil yang terbakar meledak," jelas Roni.

"Saya langsung angkat anak itu," aku AKBP Roni Faisal Saiful Faton.

Baca: Hessel Steven, Artis Tampan yang Berkiprah di Thailand, Kabar Terbarunya Penggali Kuburan

"Saya bopong, yang penting anak itu segera dibawa ke rumah sakit," lanjutnya.

Ditambahkan Rony, kondisi bocah bernama lengkap Aisyah Azzahra Putri tersebut terluka dan berdarah akibat posisinya yang berada di belakang motor peledak.

"Luka berdarah semua. Meledak motor di depan, dia di belakang bersama ibunya. Kondisi ibunya meninggal," kata Rony.

Ia melihat anak tersebut tergeletak, namun kemudian tubuhnya bergerak dan mencoba bangun.

Seketika, kata Ronny tangannya lekas merangkul anak itu dan menggendongnya.

"Dia linglung berdarah-darah, luka. Saya pikir pingsan kok bangun saya ambil," terangnya.

"Posisi saya di depan samping. Saya langsung lari, panggilan hati," tambahnya.

Saat ini Ais dalam perawatan di rumah sakit Surabaya.

Baca: Pengakuan Mengharukan Ayah dari Bocah yang Jadi Korban Bom Mobil Surabaya, Kepala Anakku Hancur

Akun Twitter @HoofdbureauID membagikan kondisi terkini bocah tersebut.

Hingga kemarin, Ais dikabarkan menjalani perawatan intensif di RS Bhayangkara.

"Secara fisik sudah baik, cuma tangannya yang bekas dioperasi, sedangkan yang lain-lainnya sudah stabil," ungkap Lita Machfud, istri Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin, seusai menjenguk korban ledakan bom yang dirawat di RS Bhayangkara bersama ibu-ibu Bhayangkari, Selasa (15/5/2018)

Lita menuturkan, selama dirawat, tidak ada satu pun keluarga yang mendampingi Ais.

"Ada rasa dalam hati kita miris ya, enggak ada keluarga lainnya yang mau mendampingi. Kalaupun tahu pasti tidak berani mendampingi karena dia anaknya siapa gitu ya. Jadi ada rasa kasihan dan kita juga takut anak-anak sempat diwawancara juga tercuci otaknya," tutur Lita.

"Kita agak sedikit ngeri dan tentu butuh perjuangan yang sangat berat untuk mengembalikan menjadi anak normal yang tidak memiliki pemikiran yang radikal," tambahnya.

Baca: Pengakuan Mengharukan Ayah dari Bocah yang Jadi Korban Bom Mobil Surabaya, Kepala Anakku Hancur

Kemarin, Ais baru saja menjalani operasi pada tangannya.

Ais juga disebut tidak mudah diajak berbicara, kecuali dengan orang tertentu seperti suster yang menjaganya.

Syarat Adopsi

Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin memastikan akan melalukan pendampingan secara intensif terhadap anak-anak pelaku bom seperti Ais.

Ia cukup sedih melihat nasib Ais yang harus ikut kemauan orangtuanya.

Karena itu, ia tidak akan menyia-nyiakan kehiduapan Ais.

"Kalau sudah sehat kita beri pemahaman, pendampingan terhadap anak-anak ini, polwan, psikolog, terus ahli radikalisasi untuk memberi pemahaman yang benar supaya nggak terngiang-mgiang terus kejadian ini," ujar Machfud Arifin Kapolda Jawa Timur, Selasa (15/4/2018).

Kapolda Jawa Timur menambahkan pihaknya akan meminta jaminan pada pihak keluarga yang berhak atas pengasuhan anak tersebut.

"Karena semuanya orang tuanya sudah meninggal, mungkin neneknya, mungkin omnya, mungkin pakdhenya harus betul-betul dijamin yang dia 'waras' dalam merawat anak-anak ini. Kalau nggak ada jaminan dan pemahaman yang 'waras' tidak akan saya berikan," tegas Machfud Arifin.

5 Fakta Orangtua AIS Sampai Nekat Serang Mapolrestabes Surabaya

Baca: 3 Pasukan Elit TNI Sudah Turun Berantas Teroris, Pasukan Terbaik Bak Hantu Bergerak Tanpa Jejak

1. Mengajak anak dan istrinya

Diketahui bahwa pelaku bom bunuh diri adalah Tri Murtiono bersama istri dan tiga anaknya.

Tri Murtiono, istri dan dua anaknya tewas seketika usai meledakkan diri.

Sementara anak perempuan berinisial Ais (8) selamat.

2. Pelaku memiliki kepribadian yang tertutup

Selama ini keluarga Tri Murtiono tinggal di Jalan Tambak Medokan Ayu VI Surabaya.

Mereka terkenal cukup tertutup dari tetangganya.

Suwito Ketua RT 08 RW 02 mengatakan keluarga ini baru tinggal sekitar empat bulan di Medokan Ayu.

Baca: Indonesia Darurat Terorisme, Bagaimana dengan Keamanan? Jawaban Tito Karnavian ini Mengejutkan!

Dalam kesehariannya yang tertutup, Tri Murtiono sempat sesekali terlihat di kegiatan warga seperti penjagaan siskamling.

3. Profesi pelaku sebagai teralis besi

Sehari-hari pelaku bekerja sebagai pengusaha teralis besi.

"Orangnya biasa aja, kesehariannya interaksi juga kurang, jadi tertutup," kata Suwito.

4. Kerap Keluar Usai Maghrib

Saat ditanya perihal aktifitas di rumahnya, Suwito mengatakan tidak pernah melihat ada pengajian ataupun perkumpulan orang di rumah berwarna orange tersebut.

"Tidak pernah mengundang orang, disamping itu ada mushalla dan gak pernah terlihat," kata Suwito.

Selama ini, warga sekitar tidak menaruh curiga lantaran menurut mereka aktifitas mereka biasa saja.

"Setahu saya mereka justru keluar.

Setelah maghrib keluar dan ga tau pulangnya kapan," pungkas Suwito.

5. Belum melunasi uang kontrakan rumah

Baca: Yuks Pahami 10 Hal Apa Saja yang Membatalkan Puasa? No 6 Buat Cowok Banget Nih, Pantengin!

Hamid, Ketua RW 02 Medokan Ayumengungkapkan, keluarga Tri Murtiono mengontrak rumah di Jalan Tambak Medokan Ayu Gang VI seharga Rp 32 juta untuk dua tahun.

Tri Murtiono mengontrak rumah melalui situs jual beli online.

"Ngontrak dua tahun seharga Rp 32 juta tapi baru dibayar sekitar Rp 16 sampai 20 juta.

Lewat jual beli online, ketemu sekali sama pemilik rumahnya," kata Hamid saat ditemui di lokasi.

(Sripoku.com/Candra)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved