Anda Disarankan Makan Tidak Terburu-buru, Ini Konsekwensi pada Fisik dan Kesehatan

Makan adalah rutinitas sehari-hari setiap orang untuk dapat bertahan hidup. Asupan gizi makanan harus baik.

Penulis: Efrem Limsan Siregar | Editor: Fifi Suryani
zoom-inlihat foto Anda Disarankan Makan Tidak Terburu-buru, Ini Konsekwensi pada Fisik dan Kesehatan
Net
Makan terburu-buru

TRIBUNJAMBI.COM - Makan adalah rutinitas sehari-hari setiap orang untuk dapat bertahan hidup.

Asupan gizi makanan harus baik.

Begitu pula pada pola makan sehari-hari yang harus dijaga agar tetap teratur.

Satu di antara kebiasaan makan tersebut adalah cara mengunyah makan.

Kompas.com melansir nypost.com , Jumat (29/12/2017) menjelaskan mengunyah makanan secara perlahan dapat mengasup rendah kalori.

Orang yang mengunyah perlahan, sebagaimana dipresentasikan ahli di American Scientific Sessions 2017, cenderung tidak mengalami obesitas atau tak punya masalah metabolisme, penyakit jantung, diabetes dan risiko stroke.

Baca: Sejumlah Kades di Muarojambi Tersandung Kasus Hukum

Lalu manakah, bagaimana dengan orang yang mempunyai kebiasaan makan cepat?

Editor WebMD Dr hansa Bhargava menjelaskan kepada fox5atlanta.com, Selasa (9/1/2018), makin cepat seseorang makan, makin tinggi pula perjuangannya melawan berat badan dan risiko penyakit lainnya.

Untuk mengetahui lebih dalam kebiasaan makan cepat ini, para peneliti di Jepang melakukan survei.

Mereka mengumpulkan 1.000 relawan dengan usia rata-rata 51 tahun.

Relawan diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan makan masing-masing: lambat, normal, dan cepat.

"Dan apa yang kami temukan setelah lima tahun, orang yang terbiasa makan cepat sebenarnya membuat berat badannya bertambah lebih, menambah besar perut, dan menaikkan gula darah mereka," terang Dr Bhargava.

Secara persentase, makan terlalu cepat menyumbang 11 persen terjadinya sindrom metabolik.

Melansir alodokter.com, sindrom metabolik adalah istilah kedokteran untuk menggambarkan kombinasi dari sejumlah kondisi, yaitu hipertensi (tekanan darah tinggi), hiperglikemia (kadar gula darah tinggi), hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi), dan obesitas, yang dialami secara bersamaan.

Baca: KEJAM - Pria Ini Suruh Ibunya Menunduk di Karpet, Lalu Menyiramnya dengan Bensin dan Api. . .

Baca: Belum Ada yang Berani Masuk, Sejumlah Goa Ditemukan di Merangin. Begini Pengamatan Warga

Kondisi ini, jelas, Dr Bhargava dapat memicu penyakit kronis pada jantung (heart disesase) dan diabetes.

Dr Bhargava menjelaskan lebih lanjut, alasan mengapa orang-orang makan cepat lantaran aktivitas mengunyah terjadi tanpa perlu berpikir.

"Ketika kalian menonton film, kalian bisa menghabiskan banyak keripik, jadi kalian secara tidak langsung menelan banyak kalori juga," katanya.

Butuh waktu sekitar 20 menit untuk menghabiskan makanan karena waktu selama itu diperlukan otak untuk menyadarkan kita bahwa kita merasa kenyang.

Jika makan terlalu cepat, sulit bagi otak untuk merasakan kapan kita sudah cukup kenyang.

Ilustrasinya seperti saat seseorang duduk dan memperhatikan apa yang ada di dalam piring, lalu apa yang terlintas di kepalanya.

"Pikiran akan menyadarkan, apa yang kamu makan, bagaimana kamu makan, mengapa kamu makan," katanya.

"Jadi, apakah kamu makan hanya untuk bersantai atau memang untuk makan? Apakah kamu makan karena kamu menonton film atau merasa seperti ingin makan? Apakah kamu makan karena memang lapar?" terangnya.

Ia menyarankan orang-orang untuk duduk selama makan, meletakkan HP dan mematikan televisi.

Fokuslah pada makanan yang ada di piring, bukan pada sesuatu yang ada di sekitarmu.

"Letakkan garpu setelah selesai menggigit makanan," tambahnya.

Baca: VIRAL DI MEDSOS - Seragam Sekolah Bocah Ini Dibuka, Astaghfirullah!. Bagas: Bunda yang Cubitin

Baca: Peningkatan Ruas Jalan Eks Trans Air Hitam Masuk Prioritas, Zola: Sebagai Gubernur Saya Harus Adil

Baca: Kepala UPTD Samsat Muarojambi Ditetapkan Jadi Tersangka

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved