Suhu Jambi Terus Naik, DBD pun Ikut Naik
Pada tahun 1983 di Kota Jambi rata-rata suhu satu tahun 26,8 derajat celcius. Pada 1984 turun menjadi 26,2. Namun pada 1985 naik menjadi 26,4
Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Suang Sitanggang
Forest Watch mencatat 42 persen tutupan hutan ini bekurang sepanjang 2001 hingga 2014, dari yang awalnya total 707.429 ha menjadi 296.492 ha. Lembaga ini menuliskan penyebabnya karena alih fungsi hutan alam jadi hutan tanaman industri, perkebunan sawit hingga pembalakan dan perambahan.
Nursanti mengatakan setelah reformasi aktivitas penghilangan tutupan hutan semakin tidak terkntrol. “Dataran rendah Jambi yang punya keanekaragaman hayati jenis pohon hilang dan hanya tinggal semak belukar,” kata Nursanti.
Fungsi Ilmiah Hutan
Nursanti mengatakan, berkurangnya tutupan hutan dan berubahnya suhu bisa dilihat dari fungsi hutan.
Dia mengatakan pohon di hutan yang beragam dapat menyerap Co2 dengan kapasitas beragam.
"Penyerapan ini terjadi saat fotosintesis," katanya.
Gas Co2 yang diserap pun berasal dari banyak sumber. Mulai dari asap kendaraan, asap pabrik, dan pembakaran fosil. "Dan yang paling besar emisinya berasal dari kebakaran hutan dan tanah gambut," katanya.
Nursanti mengatakan berkurangnya tutupan hutan berarti mengurangi serapan CO2 . "Baik dari pohon atau pun vegetasi lainnya," katanya.
Dampaknya CO2 akan mengambang di atmosfer, pada lapisan stratosfer hingga menyelimuti bumi. Selanjutnya gas ini akan menghalangi sinar matahari dalam bentuk sinar inframerah untuk kembali ke atmosfer.
"Sehingga sinar inframerah akan terperangkap di bumi. Dan menyebabkan peningkatan suhu bumi dalam kurun waktu tertentu," katanya.
"Peningkatan suhu ini lah yang menyebabkan pemanasan global," ungkapnya.(*)