Suhu Jambi Terus Naik, DBD pun Ikut Naik

Pada tahun 1983 di Kota Jambi rata-rata suhu satu tahun 26,8 derajat celcius. Pada 1984 turun menjadi 26,2. Namun pada 1985 naik menjadi 26,4

Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Suang Sitanggang
TRIBUN JAMBI/JAKA HB
Grafik kenaikan suhu Muarojambi 

Kenaikan suhu yang terjadi meimbulkan banyak dampak. Salah satunya ledakan nyamuk dan migrasi nyamuk dari tempat kebakaran hutan ke tempat yang padat penduduk.

Menurut Sukmal dalam teori lama memang nyamuk tidak bisa hidup di daerah dingin. Namun, teori tersebut sudah dibantah dengan penelitian seorang akademisi di Malaysia.

“Kalau berdasarkan teori sebelumnya memang begitu, tapi sekarang tidak. Buktinya di Kerinci, di Sungai Penuh yang daerah tinggi dan dingin tetap ditemukan demam berdarah. Artinya ada adaptasi. Itulah nyamuk ini unik, dia mudah beradaptasi,” katanya.

“Ada adaptasi nyamuk terhadap lingkungan. Suhu bukan lagi pembatas untuk perkembangbiakan nyamuk,” tambah Sukmal.

Salah satu penelitian yang diungkap Sukmal yang mengatakan suhu secara general di Indonesia naik dalam 10 tahun 0,1 derajat celcius dan dalam keadaan seperti itu nyamuk mengalami percepatan tumbuh. “Ada percepatan masa inkubasi instrinsik,” katanya.

Masa bertelur yang sebelumnya 12 hari menjadi 7 hari. “Artinya percepatan terhadap siklus hidup nyamuk dari telur kemudian menjadi kupa menjadi dewasa,” katanya.

Selain terkait suhu, perkembangan nyamuk ini kata Sukmal dapat juga dipengaruhi oleh resistensi nyamuk sendiri. Resistensi ini dicontohkan Sukmal bagaimana daya tahan nyamuk saat disemprot racun nyamuk.

“Misalnya 10 menit setelah disemprot nyamuknya hidup lagi berarti nyamuk tersebut semakin bertambah kuat resistensinya terhadap racun nyamuk tersebut, ini juga yang menyebabkan siklus berkembangnya cepat,” katanya.

Selain itu untuk persoalan adanya migrasi dari hutan yang terbakar ke tempat padat penduduk itu juga mungkin terjadi.

Tutupan Hutan Jambi Terus Berkurang

Berkurangnya tutupan hutan atau tutupan hijau sangat mungkin memengaruhi perubahan iklim di suatu tempat. Hal ini dibenarkan oleh Nursanti selaku dosen kehutanan di Universitas Jambi (Unja).

Nursanti mengatakan pemerintah Jambi sangat perlu membuat kebijakan yang pro lingkungan. “Kebijakan pemerintah sangat diutamakan,” katanya.

Nursanti mengatakan terutama yang tidak mengabaikan pelbagai faktor yang telah direkomendasikan dalam rencana strutur tata ruang. Dia mengatakan sudah banyak tutupan hutan yang hilang.

Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi mencatat dalam rentang 2012 hingga 2016 Jambi kehilangan tutupan hutan 189.125 hektare. Pada tahun 2012 KKI Warsi mencatat Jambi masih punya hutan 1.159.559 ha. Namun pada tahu 2016 jumlah ini merosot jadi 970.434 ha. Data ini berdasaran interpretasi lansat 8.

Tak hanya KKI Warsi, lembaga Forest Watch pun mencatat kehilangan tutupan hutan di Jambi. Terutama pada ekosistem Bukit Tigapuluh. Forest Watch mencatat lokasi tersebut kehilangan 296.492 ha atau sekitar 42 persen tutupan hutan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved