Pengakuan Mengejutkan Kades, Ternyata Ada Konflik di Pematang Damar
Seperti disampaikan John, Kades Mudung Darat, hutan anggrek (pematang damar) pada awalnya merupakan
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Fifi Suryani
Laporan wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Seperti disampaikan John, Kades Mudung Darat, hutan anggrek (pematang damar) pada awalnya merupakan kawasan cetak sawah kuno yang sudah ditinggalkan pemiliknya pada puluha tahun silam.
Namun, belakangan muncul konflik dimana beberapa kawasan pematang damar mulai dijual kepada pihak perusahaan. Terutama kawasan persawahan kuno yang ada di sekitar pematang damar.
Kawasan hutang pematang damar sendiri mencakup tiga desa, yakni Mudung Darat, Desa Bakung dan Jambi Tulo.
"Sebelum saya jadi kades sporadiknya sudah ada,"katanya.
Ia juga tak menapik adanya tumpang tindih kepemilikan lahan di Pematang Damar. Apa lagi, sejumlah warga yang mengklaim sebagai pemilik lahan sudah menjual lahan miliknya keperusahaan.
Bahkan saat ini ada sekitar 150 hektare yang akan dijadikan area cetak sawah. Namun, sampai sekarang dimana area itu belum diketahui pasti sehingga tumpang tindih kepemilikan lahan inilah yang menjadi salah satu faktor persoalan yang kini membelit status hutan Pematang Damar untuk menjadi area konservasi.
"Kalau lahan perusahaan, itu lahan pribadi yang dijual masyarakat tapi bukan kawasan ini. Kawasan ini (Pematang Damar - Red) tidak satupun kades berani bertanda tangan jual beli. Itu pesan dari pak bupati sampai saat ini saya tidak berani menandatangani," kata John.
Ia juga mengaku senang dengan adanya kunjungan dari kementrian ke Pematang Damar.
"Kami senang kunjungan dari kementrian. ni sudah terbukti terbakar, kini mereka nyari pelaku pembakaran," katanya.
