Swarnadwipa Jambi dalam Sejarah

Ini bukan tentang visi misi Gubernur Jambi Hasan Basri Agus dan Wakilnya, Fachrori Umar. Bukan pula soal Jambi Emas jilid II pada 2015

Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
repro KITLV
Sungai Batang Merangin tempo dulu 

Ini bukan tentang visi misi Gubernur Jambi Hasan Basri Agus dan Wakilnya, Fachrori Umar. Bukan pula soal Jambi Emas jilid II pada 2015 yang mulai digadang-gadang. Ini soal emas sungguhan. Ya emas, sebagai komoditas pertambangan yang ternyata (pernah) melimpah ruah di tanah Jambe. Inilah, Swarnadwipa!

Catatan-catatan masa lampau menyebut pulau Sumatera sebagai Swarnadwipa. Daratan yang memiliki banyak emas. Ambil contoh prasasti Nalanda di India.

Prasasti yang menyebutkan bahwa Balaputradewa adalah maharaja penguasa Swarnadwipa nama lain Sumatera ketika itu.

Ada pula seorang portugis, Tome Pires yang pada 1512 menyebut bahwa komoditas ekspor Jambi kala itu adalah kayu gaharu dan emas.

DR Lindayanty dalam bukunya Jambi dalam Sejarah 1500- 1942 juga mencatat literatur lawas perihal keberadaan emas tersebut.

Ia bahkan menyebut angka fantastis mengenai ekspor Jambi yang semula didominasi komoditas lada lantas beralih ke emas.

Dus, lebih dari itu pada akhirnya emas menjadi magnit bagi pendatang sebagaimana belakangan hutan di Merangin menjadi penarik bagi perambah.

Ada pula para pemburu harta karun yang menghancurkan batuan silindrik peninggalan pra sejarah demi mendapatkan emas.

Sampai dengan tahun 1710, lada masih menjadi produk ekspor utama Jambi akan tetapi komoditas ekspor mulai bergeser pada produk emas.

"Hal ini bersamaan dengan terjadi migrasi dalam jumlah besar orang Minangkabau untuk melakukan penambangan emas di daerah kekuasaan Sultan Jambi . Dimulai pada tahun 1729 Sultan Astra Ingalaga memberikan hak penambangan emas di sekitar Tebo kepada wakil-wakil orang Minangkabau dari luar Jambi,” tulis Lindayanty.

Menurutnya, sejak saat itulah-persisnya sejak 1730- lebih dari setengah produk ekspor Jambi terdiri dari emas.

Bahkan pada tahun 1750 silam, sebanyak 80 persen ekspor Jambi adalah emas! Fantastis bukan?

Dominasi emas ini mengingatkan kita pada masa hampir dua abad setelahnya. Masa ketika emas Jambi nyaris tak terdengar lagi.

Itu adalah masa yang membawa karet menjadi tulang punggung ekspor Jambi pada 1925. Di era itu karet menyumbang 90 persen dari ekspor Jambi.

Hal menarik atas fenomena ekspor emas itu adalah berulangnya sejarah.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved