Tanpa Ba-Bi-Bu Soegito 'Muntahkan' Granat ke Pasukan Tropaz & Fretelin saat Kopassus Diserbu di Dili
Kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) kala itu sungguh disegani, menilai kekuatan TNI sangat berbahaya bila dari perhitungan saja.
TRIBUNJAMBI.COM - Sejarah mencatat, Indonesia pernah berjuang mempertahankan wilayahnya dari jajahan pemberontak di kawasan Timor Timur yang kini bernama Timor Leste.
Kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) kala itu sungguh disegani, menilai kekuatan TNI sangat berbahaya bila dari perhitungan saja.
Kala itu Pasukan penjaga Timor Timur (Dili) bernama Tropaz.
Pasukan pemberontak yang sungguh kuat dan disebut sebagai tentara didikan pasukan Portugis harus dihadapi TNI kala itu.
Baca Juga:
Ketika Prabowo Dilarang Jumatan di Masjid Kauman, Danhil: Beliau Shalat Hadap Kiblat Bukan ke Kamera
Grevo Gerung, Adik dari Rocky Gerung yang Jarang Terungkap Sosoknya, Ini 7 Faktanya dan Kehebatannya
Status CEO Bukalapak Bikin Pendukung Jokowi Marah, Singgung Presiden Baru & Kini Minta Maaf
Diserang Netizen Hingga Tagar Uninstall Bukalapak Viral, CEO Zaky Minta Maaf ke Pendukung Jokowi
Ramalan Zodiak Jumat, 15 Februari 2019, Aries akan Mendapat Hal Berlimpah, Leo Akan Sedikit Licik
Berjuang dengan banyaknya tentara Indonesia harus gugur, ternyata berbanding pula dengan banyaknya pihak musuh yang gugur.
Kal itu pasukan didikan Portugis tersebut dinamai Tropaz.
Tropaz adalah pasukan Timor Leste didikan Portugis yang kenyang dengan pengalaman tempur gerilya.
Mereka ternyata sudah kenyang dengan banyak gemblengan, sehingga bisa menghadapi TNI yang terkenal dengan strategi gerilyanya juga.
Tidak hanya anggota TNI biasa, Kopassus yang saat itu masih bernama Kopassandha juga menghadapi pasukan Tropaz tersebut.
Mereka diterjunkan untuk menumpas pemberontakan di daerah jajahan Portugis seperti Angola dan Mozambik.
Pasukan Tropaz juga memiliki kemampuan menembak yang sangat baik.
7 Desember 1975, TNI menggelar operasi lintas udara terbesar untuk menguasai Kota Dili, Timor Portugal.
Jumlah pasukan yang diterjunkan 270 orang Prajurit Para Komando dari Grup I Kopasandha (kini Kopassus TNI AD) dan 285 prajurit Yonif 501.

Banyak kelemahan dari operasi penyerbuan itu.
Antara lain data intelijen yang salah.