Gunung Anak Krakatau Tumbuh Cepat, 4 Meter Per Tahun, Para Ahli Khawatir Letusannya Lebih Dahsyat
TRIBUNJAMBI.COM - Sejak tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Bulan Desember 2018, aktivitas Gunung Anak
TRIBUNJAMBI.COM - Sejak tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Bulan Desember 2018, aktivitas Gunung Anak Krakatau menjadi perhatian.
Hal ini bukan tanpa sebab, pasalnya sejak tsunami Selat Sunda, aktivitas Gunung Anak Krakatau terus aktif dan meningkat.
Diketahui bahwa sebelum tsunami Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau sudah erupsi sejak 29 Juni 2018.
Nama Gunung Anak Krakatau sangat tersohor.
Hal ini tak lepas dari Gunung Krakatau yang meletus sangat dahsyat pada tahun 1883 silam.
Baca: Dipersidangan, Saksi Ahli Sebut Dapati Barang Bukti dari Kwitansi dan Tanda Tangan Penerima Honor
Dari letusan Gunung Krakatau pada 1883 silam, terbentuklah Gunung Anak Krakatau ini.
Dilansir dari Majalah Geologi Kemeterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Geo Magz, diketahui bahwa Gunung Anak Krakatau lahir pada 15 Januari 1929.
Gunung Anak Krakatau lahir dari Gunung Krakatau yang Meletus pada tahun 1833 dan menewaskan 36 ribu jiwa kala itu.
Dalam pernyataan yang ditulis di majalah tersebut dikatakan.
Baca: Pemekaran Desa Masih Berproses, Kasang Pudak Jadi Desa Induk
"Pada 20 Januari 1929, asap meniang keluar dari tumpukan material gunung api yang baru dan muncul di permukaan, material itu tumbuh dari kedalaman laut 180 meter.
Itulah gunung yang baru lahir yang diberi nama Gunung Anak Krakatau".
Yang paling mengejutkan adalah pertumbuhan Gunung Anak Krakatau yang sangat cepat. Dalam majalah tersebut disebutkan.
"Anak gunung api ini tumbuh 4 meter per tahun dan memesona banyak orang".
Bahkan sejak muncul ke permukaan laut, pertumbuhan Gunung Anak Krakatau lebih cepat.
Baca: Persoalan Infrastruktur jadi PR, Penyampaian Hasil Reses Anggota DPRD Muarojambi
Selama 80 tahun, tepatnya pada tahun 2010, tingginya sudah mencapai 320 mdpl!