Saat 2 Komoditas Unggulan Terpuruk, Pemkab Batanghari Sarankan Aren Jadi Tanaman Alternatif

Sementara untuk tanaman aren yang ada di masyarakat saat ini kata dia, yang sudah ada sejak dulu ada total 55 hektare, tersebar dibeberapa kecamatan

Penulis: Abdullah Usman | Editor: Deni Satria Budi
kompas
Tanaman aren menjadi alternatif disaat harga sawit dan karet anjlok. Untuk itu, Pemkab Batanghari, menjadikan tanaman aren sebagai tanaman alternatif 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Abdullah Usman

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BULIAN - Mengantisipasi anjloknya harga komoditas karet dan sawit, Pemerintah Kabupaten Batanghari, melakukan program pengembangan komoditas aren.

Untuk itu, guna menopang harga sawit dan karet yang terus tidak mengalami perubahan sejak beberapa tahun terakhir, Pemkab Batanghari melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan Batanghari, melakukan program pengembangan tanaman aren.

Baca: Ahok Jadwalkan Kunjungi Istri Kapolri Pertama Indonesia Saat Bebas Nanti, Ia Sampaikan Lewat Surat

Baca: Riza Patria: Kami Akui Logistik Petahana Pasti Lebih Banyak, Namanya kan Bagi-bagi Proyek

"Pada awal tahun 2017 lalu, pemerintah telah menyalurkan sebanyak 3 ribuan bibit aren, untuk dibudidayakan sehingga menjadi penompang saat dua komoditas unggulan tadi mengalami permasalahan harga," kata Budiono, Kasubag Perencanaan dan Evaluasi Dinas Perkebunan dan Peternakan Batanghari, kepada Tribunjambi.com Rabu (19/12/2018).

Menurutnya, program ke depan pemerintah Batanghari melalui pengembangan komoditas lama untuk diangkat lagi sehingga tanaman tersebut dapat menumpang saat harga sawit dan karet yang turun.

Tanaman aren merupakan tanaman lama di Batanghari, selain itu juga harganya dinilai lebih menunjang, selain juga pemanfaatannya tidak terfokus pada satu aren gula saja namun juga pada bagian lainnya. Sebab, aren dapat juga diolah sehingga menghasilkan pundi uang.

Baca: Harga Terus Merosot, Produksi Karet di Batanghari Tidak Maksimal

Baca: Robert Memutuskan Bertobat Setop Mengonsumsi Daging Anjing, Hachiko Penyebabnya

Baca: Inilah 5 Kasus yang Menyeret Nama Habib Bahar Hingga Berurusan dengan Polisi, Menolak Minta Maaf

Tanah di hutan kota di Kabupaten Batanghari, belum memiliki sertifikat. Kendalanya, karena belum semua tahan di hamparan hutan kota tersebut dilakukan pengukuran.
Tanah di hutan kota di Kabupaten Batanghari, belum memiliki sertifikat. Kendalanya, karena belum semua tahan di hamparan hutan kota tersebut dilakukan pengukuran. (tribunjambi/abdullah usman)

"Harapannya juga selain dapat menjadi penopang saat dua komoditas tadi terpuruk, juga dapat menjadi ikon Batanghari ke depan dari hasil produksi aren tadi seperti gula aren dan olahan lainnya," paparnya.

Terpisah, Kabid Perkebunan Dinas Perkebunan dan Peternakan Batanghari, Jumri kepada Tribunjambi.com mengatakan, untuk bantuan bibit aren, sudah disalurkan sebanyak 3 ribuan bibit tersebut ke beberapa desa dan kecamatan di Batanghari.

"Untuk lokasinya ada di Desa Malapari dan sekitarnya serta kawasan pinggiran sungai, nantinya Kecamatan Muara Bulian akan menjadi sentra aren di Batanghari," tuturnya.

Baca: Debat Capres-Cawapres Digelar Lima Kali, Ada 14 Tema Usulan KPU, Ini Agendanya

Baca: Operasi Lilin 2018, Polres Merangin Turunkan Ratusan Personel, Dibantu Brimob

Baca: Daftar Kapolri sejak 1946-Sekarang, Ini Beberapa Orang Jenderal Polisi Legendaris

Sementara untuk tanaman aren yang ada di masyarakat saat ini kata dia, yang sudah ada sejak dulu ada total 55 hektare, tersebar dibeberapa kecamatan di Batanghari.

Tanaman araen yang ada bilang Jumri, sudah menghasilkan 23 ton dalam bentuk gulan aren. Dalam pertahunnya menghasilkan 17 ton aren, dalam perbulannya 739 kilo per hektar pertahun.

"Itu diluar bibit yang kita salurkan tadi, melainkan hasil aren dari tanaman milik warga yang sejak lama sudah ada," jelas dia. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved