Bercerita Pengalamannya Menulis Pidato untuk Soeharto, Yusril Sebut Tentara Sempat Ketakutan

TRIBUNTRIBUN.COM - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra, bercerita soal

Editor: ridwan
Lutfy Mairizal Putra
Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra di Markas Kamando (Mako) Brimob, Depok, Jumat (2/12/2016) 

TRIBUNTRIBUN.COM - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra, bercerita soal pengalamannya ketika masa orde baru.

Hal ini dikatakan Yusil ketika menjadi narasumber di acara Tokoh Kita, Jak TV, Sabtu (10/11/2018).

Mulanya, pembawa acara Adam Lubis bertanya soal pengalam Yusril yang sering mengkritisi pemerintahan era Soeharto, namun malah diajak Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) untuk menulis pidato Soeharto.

"Prof mungkin belum banyak yang tahu di balik sosok profesor Yusril Ihza Mahendra ini, beliau memberikan kontribusi yang besar dalam beberapa pidato kenegaraan yang diberikan oleh kepala negara, termasuk pidato pengunduran diri Presiden Soeharto betul?," tanya Adam Lubis.

"Waktu itu kan posisi Prof sebagai dosen yang cukup kritis mengkritisi bagaimana pemerintah pada era orde baru, faktor-faktor apa sehingga profesor sendiri bisa masuk atau tertarik ya, tanda kutip, untuk  menjalin komunikasi yang kritis, ya mungkin berlawanan, faktor apa yang mendorong pada waktu itu?," tambahnya.

Baca: Jelang Piala AFF 2018, Timnas Indonesia Vs Timor Leste, Ini yang Ditakutkan Bima Sakti

Yusril menjawab bahwa sebenarnya pada saat itu ia juga tidak menyangka bisa masuk dalam lingkaran Soeharto yang sering ia kritisi.

Namun, kebebasannya untuk berceramah mengkritisi Soeharto masih tetap ia laksanakan.

Berbekal berada di lingkaran Presiden, Yusril justru mendapatkan manfaat yakni tidak bisa dicekal oleh tentara ketika berceramah.

"Sebenarnya itu terjadi di luar dugaan saya, saya memang aktifis, dosen, dan banyak sekali menulis di beberapa media untuk mengkritisi pemerintah, sampai suatu hari saya dipanggil oleh Pak Moerdiono (mantan Mensesneg) almarhum," kata Yusril.

"Pada waktu itu untuk ditawari masuk sekretariat negara, saya tanya apa tugas-tugas saya di sini? Ya beliau bilang menyiapkan naskah-naskah kepresidenan, terutama menulis pidato presiden. Menyiapkan materi untuk sidang kabinet, surat-surat dan pidato-pidato wakil presiden, termasuk pidato Ibu Tien Soeharto pada waktu itu. Jadi saya bilang saya orang bebas Pak Moer, apa nanti saya kehilangan kebebasan? Oh tidak, di luar tembok istana sudah orang bebas," tambahnya menirukan jawaban Moerdiono waktu itu.

Baca: Sriwijaya FC Vs Barito Putera Siaran Langsung dan Live Streaming O Channel Mulai 18.30 WIB

Baca: Pencarian Korban Lion Air JT 610 Dihentikan, Lalu Bagaimana dengan Kotak Hitam, Ini Jawabannya

Baca: Hong Kong Open 2018 - Jadwal 20 Wakil Indonesia yang Bertanding, Mulai 13 November 2018

"Jadi saya menikmati juga, jadi saya speech writter-nya presiden, jadi kalau saya mau ceramah di suatu tempat dilarang oleh Koramil atau Kodim, saya bilang masak Anda mau melarang saya? Saya kerja di Setneg, pidato Pak Harto saya yang bikin, wah tentara ketakutan sama saya, jadi saya menikmati juga saat itu."

"Jadi di masa orde baru saya ceramah keras-keras pun mereka gak bisa nangkep saya juga, saya orang setneg kok, dan Pak Harto percaya sama saya," tambahnya.

Setelah Presiden Soeharto lengser, Yusril kembali di beri kesempatan menulis pidato untuk Presiden RI kedua, Habibie.

"Saya menulis 120-an pidato (untuk Soeharto), sampai pidato terakhir Pak Harto menyatakan berhenti jadi Presiden tahun 1998, waktu Pak Habibie saya menulis juga," tambahnya.

Sebelumnya, di acara yang sama, Yusril juga mengungkapkan cita-citanya yang hingga kini belum tercapai yakni menjadi Presiden RI.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved