Pencarian Korban Lion Air JT 610 Dihentikan, Lalu Bagaimana dengan Kotak Hitam, Ini Jawabannya

Operasi pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat telah dihentikan Sabtu (10/11/2018) lalu

Editor: ridwan
TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO
Kabasarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi menaburkan bunga di lokasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP, perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Selasa (6/11/2018) siang. 

TRIBUNJAMBI.COM - Operasi pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat, telah dihentikan Sabtu (10/11/2018) lalu.

Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya M Syaugi beralasan, operasi dihentikan karena jumlah temuan semakin sedikit.

Pada Sabtu lalu misalnya, Tim SAR tidak menemukan satu pun bagian tubuh korban.

"Berdasarkan pantauan tersebut, kami dari tim SAR Basarnas pusat mengambil keputusan bahwa operasi SAR ini secara terpusat itu disudahi atau ditutup," kata Syaugi.

Operasi yang telah dilakukan sejak hari jatuhnya pesawat, yaitu pada 29 Oktober 2018 tersebut, telah menemukan sejumlah potongan tubuh korban (sebanyak 196 kantong jenazah).

Semua potongan bagian tubuh korban itu telah diserahkan ke RS Polri untuk diidentifikasi.

Baca: Sriwijaya FC Vs Barito Putera Siaran Langsung dan Live Streaming O Channel Mulai 18.30 WIB

Syaugi berharap, proses identifikasi dapat sesuai dengan manifes pesawat, yaitu ada 181 penumpang dan 8 awak dalam pesawat nahas tersebut.

Syaugi menyebutkan, Kantor SAR Jakarta dan Bandung tetap siap menerima laporan bila nelayan atau masyarakat menemukan tanda-tanda adanya korban.

"Melaksanakannya berapa lama? Terus. Karena mereka ini setiap hari tugasnya itu siaga 24 jam. Jadi kapan pun apabila masih ada, dia akan kerjakan itu," ujar Syaugi.

Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memastikan proses pencarian black box berisi cockpit voice recorder tetap berlanjut walau operasi pencarian korban dihentikan.

"Kami belum tahu sampai kapan pencarian ini bisa kami lakukan, tentunya juga kami harus nantinya berpikir masalah biaya karena biaya pencarian black box ini cukup masif (besar)," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.

Menurut Soerjanto, operasi pencarian black box membutuhkan dana banyak karena melibatkan teknologi-teknologi canggih.

Baca: Hong Kong Open 2018 - Jadwal 20 Wakil Indonesia yang Bertanding, Mulai 13 November 2018

Baca: Live Streaming Timnas Indonesia Vs Timor Leste Piala AFF 2018 13 November 2018 Siaran Langsung RCTI

Baca: Istri Dokter Yusril Blak-blakan, Fakta Dokter Suntik Bidan 56 Kali Ternyata Sempat Meracau

KNKT bahkan berniat menambah alat canggih baru bernama sub-bottom profiling yang tengah dipersiapkan di Surabaya.

"Ada equipment baru yang on boat-kan di ROV yaitu sub-bottom profiling yang bisa mendeteksi benda-benda di dalam lumpur sampai kedalaman empat meter," kata Soerjanto.

Ia berharap, alat itu bisa mendeteksi keberadaan black box berisi CVR yang diduga terendam di bawah lumpur dasar laut.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved