Kisah Pasukan Payung Kostrad Bak 'Hantu Terbang' yang Buat Anggota Fretelin Ketakutan Melihatnya

Operasi militer yang dijalankan oleh pasukan khusus kepunyaan Tentara Republik Indonesia (TNI) memang selalu mempertaruhkan nyawa

Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
코리아데일리
Pasukan Payung 

TRIBUNJAMBI.COM - Operasi militer yang dijalankan oleh pasukan khusus kepunyaan Tentara Republik Indonesia (TNI) memang selalu mempertaruhkan nyawa para anggotanya.

Tidak hanya terjadi di darat, air tapi juga di udara. Kisah itu sama seperti cerita satu ini.

Dalam operasi penerjunan agar pasukan payung bisa mendarat di lokasi yang tepat perlu dipandu tim intelijen (pasukan perintis) yang terlebih dahulu tiba di lokasi.

Mereka digembleng agar bisa melaksanakan operasi-operasi militer di daerah terpencil dan bisa dikirim ke sasaran dalam waktu singkat.

Pasukan perintis yang biasanya merupakan pasukan khusus itu secara senyap bisa berada di lokasi pendaratan setelah sukses melaksanakan operasi penyusupan.

Baca: Kisah 70 Anggota Tim Rajawali Kostrad Bertaruh Nyawa Rebut Irian Barat dari Tangan Belanda

Baca: Tontaipur! Pasukan Elite Kostrad TNI AD yang Jago Berkamuflase dengan Kubur Diri Pakai Pelepah Daun

Panduan ke lokasi pendaratan yang disampaikan oleh pasukan perintis bisa berupa kepulan asap warna kuning dari granat asap atau cahaya yang dipantulkan melalui cermin.

Cermin sendiri yang merupakan perlengkapan standar pasukan khusus selain bisa untuk memandu pasukan kawan juga bisa difungsikan sebagai alat untuk menciptakan api.

Jika tidak ada panduan pendaratan yang diberikan oleh pasukan perintis, maka operasi penerjunan pasukan akan memakai tanda-tanda alam atau bangunan tertentu yang bisa dilihat dari udara.

Pendaratan dengan cara dipandu benda-denda tertentu secara visual itu akan bekerja secara efektif jika dilakukan saat siang hari dan berudara cerah.

Pasukan Payung
Pasukan Payung 

Tapi jika operasi penerjunan pasukan dilaksanakan saat malam hari akan menjadi operasi militer yang sangat berbahaya karena minimnya panduan di darat.

Selain itu, operasi airborne saat malam hari juga harus dilakukan oleh pasukan payung yang sudah mendapatkan pelatihan terjun saat malam hari.

Panduan bagi pasukan payung yang sedang melaksanakan misi tempur saat malam hari yang paling efektif adalah berupa cahaya yang menyala dengan pola tertentu.

Baca: Kisah Benny Moerdani Banting Baret Merah Kopassus Dihadapan Komandannya, Para Perwira Tinggi Kaget

Baca: Sosok yang Terlupakan dalam Pembebasan Sandera di Papua oleh Kopassus, Searcher UAV

Baca: Keberanian Prajurit Kopassus Pratu Suparlan, Tubuh Dihujani Peluru Tapi Mampu Habisi 83 Pemberontak

Seperti yang pernah dilaksanakan oleh pasukan Lintas Udara (Linud) Kostrad ketika melancarkan operasi penerjunan dalam konflik di Timor-Timur pada Januari 1976.

Tujuan serbuan udara saat malam hari dan merupakan satu-satunya penerjunan malam selama operasi militer di Timor-Timur itu adalah untuk menguasai landasan udara di kota Same.

Agar pasukan payung Kostrad bisa mendarat tepat, untuk memandunya digunakan sebuah kapal perang TNI AL yang sedang lego Jangkar di lepas pantai Tanjung Lalete.

ILUSTRASI - Prajurit Kostrad
ILUSTRASI - Prajurit Kostrad (PENKOSTRAD)
Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved