Menguak Wasiat Soeharto Soal Pancasila yang Dulu Begitu Trend di Zaman Orde Baru

Hari ini, 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Perkembangan Pancasila, tak terlepas dari kepemimpinan Soeharto

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Cover Buku Penataran P4 (pedoman, penghayatan dan pengamalan Pancasila) 

TRIBUNJAMBI.COM - Hari ini, 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Perkembangan Pancasila, tak terlepas dari kepemimpinan Soeharto sewaktu menjadi Presiden RI di zaman Orde Baru.

Saat itu, ia mewajibkan seluruh siswa dan mahasiswa, PNS untuk mengikuti Penataran P4 (Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Baca: VIRAL! Perawat ini Dikecam Karena Bermain Ponsel Saat Tangani Pasien dengan Bantu Alat Nafas Manual

Baca: 13 Keistimewaan Rutin Membaca Alquran, Satu Diantaranya Ditempatkan Bersama Para Malaikat

Berikut pikiran dan ucapan Soeharto tentang Pancasila yang dikutip dari laman Soeharto.co:

Masyarakat Pancasila adalah masyarakat yang sosialistis religius. Pancasila menetapkan dua sifat, manusia sebagai individu dan makhluk sosial, tidak dapat dipisahkan. Mono dualistis sifatnya, tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya—“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 383

***

Masyarakat Pancasila, (masyarakat yang) sosialistis religius, karena religius mengandung sosialisme. Tetapi sosialisme belum tentu religius.—“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 383

***

Ciri-ciri utama (masyarakat pancasila) ialah tidak dapat menyetujui adanya kemelaratan, keterbelakangan, pertentangan, pemerasan, kapitalisme, feodalisme, kediktaturan, kolonialisme dan imperialisme. —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 228

***

Kapitalisme dititikberatkan pada individu, persaingan bebas. Siapa kuat dialah yang hidup dalam persaingan, ia mematikan usaha orang lain. Sedangkan, sosialisme bertitik tolak dari yang lain (kebersamaan dengan menutup/ membatasi kreativitas individu) —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 378-383

***

Kapitalisme dan sosialisme secara murni tidak sesuai dengan sifat kodrat hidup manusia. Sifat kodrati manusia yang universal, yang sebenarnya berlaku bagi bangsa manapun —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 378-383

***

Pancasila itu mementingkan kebersamaan dan individu, dengan percaya kepada adanya Tuhan —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 378-383

***

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved