Berita Jambi

Mengenal Asal Usul Suku Anak Dalam atau Orang Rimba Jambi

Terdapat beberapa sebutan lain bagi Suku Anak Dalam, seperti Suku Kubu, Orang Rimba, atau Orang Ulu di Jambi

Editor: Suci Rahayu PK
Tribunjambi/Hendro Sandi
Suku Anak Dalam (SAD) di Jambi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Mengenal Suku Anak Dalam SAD) atau Orang Rimba di Jambi.

Kelompok minoritas di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel) ini jadi perbincangan pasca ditemukannya Bilqis Ramadhany (4) di kawasan SAD.

Pasalnya Bilqis merupakan korban penculikan di Makassar dan ditemukan di kawasan Mentawak, Kabupaten Merangin, Jambi.

Terdapat beberapa sebutan lain bagi Suku Anak Dalam, seperti Suku Kubu, Orang Rimba, atau Orang Ulu.

Sebagai Orang Rimba, mereka dikenal sebagai penghuni hutan yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).

Mereka tersebar di enam kabupaten, yaitu Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan Kabupaten Batanghari.

Asal usul Suku Anak Dalam

Dalam tradisi lisan disebutkan bahwa asal-usul nenek moyang Suku Anak Dalam berasal dari Maalau Sesat.

Nenek moyang mereka melakukan pelarian ke hutan rimba di Air Hitam, Taman Nasional Bukit 12. 

Baca juga: Beredar Video Bilqis dan Warga SAD Jambi Menangis saat Polisi Menjemput di Mentawak

Baca juga: Rismon Sianipar Akan Tuntut Polri Rp126 Triliun Bila Tuduhan Manipulasi Ijazah Jokowi Tak Terbukti

Orang Maalau Sesat yang lari tersebut kemudian disebut Moyang Segayo.

Ada juga yang pendapat yang menyebut bahwa bahwa Suku Anak Dalam berasal dari Pagaruyung yang mengungsi ke Jambi.

Pendapat ini diperkuat dengan kesamaan bahasa dan tradisi antara Suku Anak Dalam dengan Minangkabau, seperti sistem kekerabatan matrilineal yang ternyata juga dianut oleh suku ini.

Dilansir dari laman Pemerintah Kabupaten Bungo, Suku Anak Dalam dikenal primitif karena sebagian masih bertahan dengan tradisi lama, walaupun saat ini sebagian masyarakatnya telah tersentuh teknologi.

Mereka juga hidup secara berpindah-pindah atau nomaden di kawasan hutan-hutan belantara tersebut.

Dari cara berpakaian, beberapa dari mereka masih ada yang menggunakan cawat dan kemben untuk menutupi organ vital.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved