Pembunuhan Dosen di Bungo
Kejinya Bripda Waldi Bunuh Dosen Wanita di Bungo Jambi, Samarkan Bak Perampokan, Beraksi Sendirian?
Kejinya aksi Bripda Waldi, polisi di Polres Tebo, Jambi, bunuh dan rudapaksan dosen wanita di Bungo. Apakah Bripda Waldi beraksi sendiri?
Penulis: Suci Rahayu PK | Editor: Suci Rahayu PK
Ringkasan Berita:Pembunuhan dosen cantik di Bungo, Jambi
- Tersangka polisi bernapa Bripda Waldi, dinas di Polres Tebo
- Tersangka menyamarkan pembunuhan dan rudapaksa dengan perampokan
- Tersangka pakai wig untuk menyamarkan kamera CCTV
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Kejinya aksi Bripda Waldi, polisi di Polres Tebo, Jambi, yang bunuh dan rudapaksan dosen wanita di Bungo.
Bahkan Bripda Waldi menyamarkan pembunuhan dosen cantik berinisial EY itu sebagai kasus perampokan.
Untuk mengelabui polisi, Bripda Waldi mengambil mobil, sepeda motor, Hp korban serta perhiasan.
Apakah Bripda Waldi beraksi sendirian?
Satreskrim Polres Bungo resmi menetapkan Bripda Waldi Adiyat (W, 22), anggota Polres Tebo, sebagai tersangka kasus pembunuhan serta pencurian dengan kekerasan terhadap dosen wanita berinisial EY (38).
Penetapan dilakukan setelah gelar perkara.
Aksi pembunuhan terhadap dosen Institut Agama dan Kesehatan (IAK) Setih Setio Muara Bungo tersebut terjadi di Perumahan Al Kausar Residence, Muara Bungo, pada Sabtu (1/11/2025).
Jeli
Waldi punya akal bulus. Ia mencoba mengelabui saat menjalankan aksinya.
Kapolres Bungo, AKBP Natalena Eko Cahyono, menyebut pelaku sempat berupaya menyesatkan penyelidikan.
Pelaku jeli dalam melancarkan aksinya merenggut hidup dan kehormatan korbannya.
Baca juga: Miris! Bripda Waldi Pura-pura Kaget Usai Bunuh Dosen di Jambi, Ucap Turut Berduka ke Adik Korban
Baca juga: 10 Tersangka Korupsi PJU di Kerinci Dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Jambi
Kapolres Bungo AKBP Natalena Eko Cahyono menyebut tindakan pelaku dilakukan secara keji.
“Pelaku ini bengis dan kejam,” ujar AKBP Natalena.
Menurutnya, hasil pemeriksaan awal menunjukkan adanya tanda kekerasan berat pada tubuh korban.
Ia menambahkan, pelaku juga diduga mempersiapkan aksinya dengan matang, termasuk upaya menghindari pengawasan kamera keamanan.
“Pelaku ini memakai wig, rambut palsu, untuk keluar masuk rumah. Ini untuk mengelabui CCTV dan warga. Jadi yang terlihat adalah orang gondrong,” jelas Natalena.
Menurutnya, Waldi mencoba membuat kasus terlihat seperti perampokan.
"Pelaku berupaya mengelabui seolah-olah korban merupakan korban perampokan yang dibunuh, sehingga identitasnya tidak terbaca,” kata AKBP Natalena, Senin (3/11/2025).
Untuk memperkuat skenario tersebut, pelaku membawa kabur ponsel, kendaraan, dan perhiasan korban.
"Pelaku memang sangat jeli dan bengis, karena korban kondisinya itu sangat mengenaskan," ujar Natalena.
Kapolres memaparkan bahwa kasus terungkap setelah warga melaporkan temuan jenazah EY.
Tim khusus kemudian dibentuk dan olah TKP dilakukan.
"Dengan adanya tim khusus, kami menetapkan target untuk mengungkap kasus ini," ujarnya.
Data ponsel korban juga ditelusuri, termasuk komunikasinya dengan orang terdekat.
Hasil penyelidikan mengarah pada sosok berambut gondrong.
Dari penelusuran komunikasi dan bukti teknis, polisi mulai mencurigai Waldi, yang ternyata anggota Polri.
Baca juga: Daftar 9 Jabatan yang Akan Dilelang di Pemkot Jambi, Pendaftaran Mulai 6 November
Saat diperiksa, ia awalnya mengaku tidak berada di Bungo, namun hasil pelacakan lokasi ponselnya membantah pengakuan tersebut.
Seiring penyidikan mengarah ke dirinya, Waldi tampak semakin gelisah.
"Dia mulai gelisah saat diperiksa..." ujar Kapolres.
Setelah pemeriksaan intensif, Waldi akhirnya mengaku dan menunjukkan tempat ia menyembunyikan barang-barang korban, termasuk mobil Honda Jazz yang ditaruh sekitar 300 meter dari rumah kontrakannya dan motor PCX yang disimpan di parkiran RS H Hanafie Muaro Bungo.
Status Perkara
Hingga kini, baru satu tersangka yang ditetapkan, namun polisi masih mendalami kemungkinan adanya pelaku lain.
EY ditemukan pada Sabtu (1/11) siang setelah rekan korban curiga karena tidak dapat menghubunginya selama dua hari.
Jenazah EY telah dimakamkan di kampung halamannya, Kuamang Kuning.
Di Mapolres Bungo, karangan bunga dari berbagai pihak terlihat memenuhi halaman sebagai apresiasi atas cepatnya pengungkapan kasus.
Bripda Waldi dipastikan menghadapi hukuman berat, baik pidana maupun etik.
Kapolres menegaskan akan ada sanksi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH).
"Dikenakan ada dua hukum... kemungkinan kami akan lakukan kode etik kepolisian yaitu PTDH (Pemberhentian Tidak Dengan Hormat) itu jelas," tegas AKBP Natalena.
Motif Awal & Luka Korban
Dugaan sementara, motif pelaku berkaitan dengan hubungan asmara yang berakhir buruk.
Waldi disebut pernah menjalin hubungan dengan korban, namun ditolak saat mencoba mendekati lagi.
Polisi memastikan penanganan tetap transparan.
"Barang bukti yang diamankan honda jazz warna putih, serta motor PCX warna merah, serta handphone milik korban," jelas Kapolres.
EY dilaporkan hilang kontak selama dua hari sebelum ditemukan dalam kondisi meninggal di atas tempat tidur dan tertutup sarung.
Tim Inafis mengevakuasi jenazah ke RSUD H Hanafie untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kasatreskrim AKP Ilham Tri Kurnia menyebut "Beberapa tanda kekerasan pada tubuh korban…".
Penemuan jenazah dosen Institut Agama dan Kesehatan (IAK) Setih Setio Muaro Bungo, EY, berawal saat rekan-rekannya merasa curiga karena korban tidak hadir mengajar selama dua hari dan tidak dapat dihubungi.
Mereka kemudian mendatangi rumah korban yang dalam keadaan terkunci.
Warga sekitar membantu membuka pintu rumah.
Setelah didobrak, korban ditemukan tergeletak di atas tempat tidur dengan wajah tertutup bantal.
Penemuan tersebut langsung dilaporkan ke Polres Bungo.
Petugas Inafis bersama penyidik kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara dan membawa jenazah ke RSUD H Hanafie untuk pemeriksaan.
Hasil awal menunjukkan tanda kekerasan di tubuh korban.
"Beberapa tanda kekerasan pada tubuh korban. Penyebab pastinya, kita tunggu hasil autopsi lengkap," jelas Kasatreskrim AKP Ilham Tri Kurnia.
Pemeriksaan medis menemukan sejumlah luka mencurigakan, termasuk lebam di wajah, benjolan besar di bagian belakang kepala, serta memar di kedua bahu.
"Ditemukan lebam di seluruh bagian wajah, dan ada benjolan di kepala belakang berukuran sekitar 13 x 10 sentimeter," ujar dr Sepriadi usai melakukan pemeriksaan, Sabtu sore.
Selain memar di leher yang diduga akibat benturan benda tumpul atau tajam, tim medis juga menemukan indikasi kekerasan seksual.
"Habis itu ditemukan juga lebam di bagian leher," jelasnya.
Berdasarkan kondisi jenazah, korban diperkirakan meninggal sekitar 12 jam sebelum ditemukan, terlihat dari keluarnya darah berwarna gelap dari mulut dan hidung.
Pemeriksaan medis menunjukkan lebam di wajah, benjolan besar di kepala, memar di bahu, luka di leher, dan dugaan kekerasan seksual.
Berdasarkan kondisi tubuh, korban diperkirakan meninggal sekitar 12 jam sebelum ditemukan. (*)
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Simak informasi lainnya di media sosial Facebook, Instagram, Thread dan X Tribun Jambi
Baca juga: Miris! Bripda Waldi Pura-pura Kaget Usai Bunuh Dosen di Jambi, Ucap Turut Berduka ke Adik Korban
Baca juga: 10 Tersangka Korupsi PJU di Kerinci Dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Jambi
Baca juga: Daftar 12 Jabatan yang Akan Dilelang di Pemkab Tebo Jambi, Mulai Sekda-Sekwan
| Miris! Bripda Waldi Pura-pura Kaget Usai Bunuh Dosen di Jambi, Ucap Turut Berduka ke Adik Korban |
|
|---|
| 10 Tersangka Korupsi PJU di Kerinci Dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Jambi |
|
|---|
| Daftar Nama 39 Pejabat Eselon II, III dan IV di Pemkab Tanjabtim Jambi yang Dilantik Bupati Dillah |
|
|---|
| Daftar 12 Jabatan yang Akan Dilelang di Pemkab Tebo Jambi, Mulai Sekda-Sekwan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/20251103-Kapolres-Bungo-AKBP-Natalena-dan-oknum-polisi-Waldi-pembunuh-dosen-wanita-di-Bungo-Jambi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.