Berita Viral

Terbongkar Sosok Hacker Bjorka Sebenarnya, Bobol 4,9 Juta Data Nasabah, Pantas Sulit Dilacak

Meski usianya tergolong muda, jejak hacker Bjorka di dark web cukup lincah. Dia sudah beroperasi sejak 2020 silam.

Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
ist
Terbongkar Sosok Hacker Bjorka Sebenarnya, Bobol 4,9 Juta Data Nasabah, Pantas Sulit Dilacak 

TRIBUNJAMBI.COM - Berikut perjalanan WTF, sang hacker Bjorka yang telah ditangkap Polda Metro Jaya.

Ya, TWF hacker Bjorka sudah membobol 4,9 juta data nasabah.

Rupanya semuanya ia lakukan hasil belajar dari medsos.

Selain itu WTF juga disebutkan sering menghabiskan waktunya di depan komputer.

Menurut pengakuan WTF, ia belajar menjadi hacker secara ototidak.

Kini WTF pun sudah ditangkap polisi dengan tuduhan  sebagai pemlik akun @bjorkanesiaa versi 2020.

Baca juga: Strategi Elit Jokowi: Cabut Laporan Ijazah Palsu, Sinyal Damai dengan Roy Suryo Cs dan Rebranding?

Baca juga: Mobil Korban Perampokan Berujung Maut di Jambi Terpantau CCTV Masuk  Jalan Tol Arah Palembang

Ia ditangkap penyidik Polda Metro Jaya ketika sedang berada di kawasan Kabupaten Minahasa pada Selasa (23/9/2025).

Meski usianya tergolong muda, jejak hacker Bjorka di dark web cukup lincah. Dia sudah beroperasi sejak 2020 silam.

Untuk menyamarkan aksinya Bjorka sering berganti-ganti nama.

Dilansir dari berbagai sumber, di tahun 2024, polisi menemukan jejak digitalnya di darkforum.st.

Jejaknya juga ditemukan di SkyWave, kemudian Shint Hunter pada Maret 2025, dan terakhir Oposite6890 pada Agustus 2025.

WFT juga rutin mengganti email, nomor telepon hingga akun kripto untuk menyamarkan identitasnya.

WFT sudah mulai berkecimpung di dark web sejak 2020. Dia menjual data-data yang diklaim berasal dari berbagai institusi dalam maupun luar negeri. Semuanya dijual dengan pembayaran mata uang kripto.

Terakhir, pada Februari 2025 lalu dia sempat mengunggah tampilan database nasabah bank swasta. 

Tak sampai di situ, dia juga nekat mengirim pesan langsung ke akun resmi bank tersebut. Dia kemudian mengklaim berhasil membobol 4,9 juta akun nasabah.

Hal itu pun sudah dibenarkan oleh AKBP Fian Yunus, menekankan bahwa WFT telah mengeksplor dark web sejak 2020. 

Fian menjelaskan bahwa di dark web, sejumlah akun anonim menjual berbagai jenis data, termasuk data pribadi hasil peretasan dan serangan ransomware. 

Namun, aparat penegak hukum internasional, yakni Interpol, FBI, serta kepolisian Prancis dan Amerika Serikat menutup platform dark web yang digunakan WFT. 

“Sehingga si pelaku ini akan lompat dari satu aplikasi dark web ke aplikasi dark web yang lain.

Tetapi perangkat bukti digital yang kita temukan itu masih tersimpan di dalam perangkat-perangkat tersebut dalam bentuk jejak digital,” ujar Fian dilansir dari Kompas.com Jumat (3/10/2025).

“Jadi tujuan pelaku melakukan perubahan nama-perubahan nama ini adalah untuk menyamarkan dirinya dengan membuat menggunakan berbagai macam, tentunya email atau nomor telepon atau apa pun itu sehingga yang bersangkutan sangat susah untuk dilacak,” ungkap Fian. 

Menurut Fian, WFT merupakan common enemy atau musuh bersama penyidik dari berbagai belahan dunia. 

Tidak menutup kemungkinan, pelaku tengah diburu oleh kepolisian negara lain. 

“Sehingga tidak menutup kemungkinan kita akan membuka ruang untuk adanya sharing informasi dengan kepolisian negara lain,” tegas dia. 

Sosok di balik WFT

Wakil Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, menegaskan, WFT bukan merupakan seorang ahli information technology (IT).

“Hanya orang yang tidak lulus SMK. Namun, sehari-hari secara outodidak dia selalu mempelajari IT,” ucap Fian dalam kesempatan yang sama.

“Jadi, dia mempelajari segala sesuatunya itu hanya dari IT dan melalui komunitas-komunitas media sosial,” tambah dia.

Kasubdit IV Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya, AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon, memastikan, WFT beraksi seorang diri di rumahnya tanpa bantuan orang lain.

“Ya, sehari-hari dia tidak ada pekerjaan, jadi memang setiap hari hanya di depan komputer. Dia sudah lama sekali dari 2020, dia sudah mulai mengenal dan mempelajari komunitas dark web, dark forum,” ungkap Herman.

“Dari situlah pelan-pelan dia mulai mempelajari bagaimana mencari uang di dunia dark web, di dunia komputer. Ya, itu saja,” tambah dia.

WFT kemudian menjual data di dark web dengan nilai puluhan juta. Namun, itu tergantung dengan kesepakatan pelaku dan pembeli.

Hasil penjualan ini digunakan WFT untuk kebutuhan sehari-hari. 

“Dari hasil tracing, dia gunakan untuk kebutuhan pribadi. Karena kan ternyata dia anak yatim piatu. Dia menghidupi semua keluarga. Dia anak tunggal, tapi dia menghidupi keluarga keluarga,” ujar Fian.

Namun, Fian tidak bisa memastikan, apakah WFT merupakan Bjorka yang memang sempat menghebohkan Indonesia atau tidak.

“Mungkin, jawabannya saya bisa jawab, mungkin. Apakah Bjorka 2020? Mungkin. Apakah dia Opposite 6890 yang dicari-cari? Mungkin,” kata Fian.

Fian menjelaskan, di dunia siber ada istilah everybody can be anybody. Oleh karena itu, polisi masih mendalami keterkaitannya.

“Kami perlu pendalaman lebih dalam lagi terkait dengan bukti-bukti yang kami temukan, baik itu data-datanya, jejak digitalnya, sehingga itu bisa kita formulasikan. Saya belum bisa menjawab 90 persen, tetapi kalau anda tanya sekarang, saya bisa jawab, mungkin,” ujar dia.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved